TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengamat Ungkap Ini Penyebab Banyak Bencana Terjadi di Jawa Tengah

Pemerintah bisa mengevaluasi asal ada kemauan politik

Ilustrasi gempa bumi. (IDN Times/Sukma Shakti)

Semarang, IDN Times - Bencana alam baik hidrometeorologi dan geologi mengintai Provinsi Jawa Tengah. Pada awal tahun 2021 saja sudah terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah. Mulai dari banjir, rob, tanah longsor, hingga erupsi Gunung Merapi

Baca Juga: Penutupan Muara Sungai Sebabkan Banjir Masih Terjadi Semarang 

1. Mitigasi bencana dapat dilakukan dengan mengevaluasi tata ruang di daerah

Pengamat Tata Ruang dan Lingkungan Perkotaan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Saratri Wilonoyudho. Dok Pribadi

Salah satu upaya untuk mengantisipasi risiko bencana perlu ada mitigasi, yakni mengevaluasi tata guna lahan atau tata ruang di kabupaten dan kota. Sebab, bencana yang terjadi seperti banjir dan tanah longsor tidak lepas dari kurang tepatnya pengelolaan dan pengembangan wilayah.

Pengamat Tata Ruang dan Lingkungan Perkotaan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Saratri Wilonoyudho mengatakan, ada dua penyebab terjadinya bencana yaitu alam dan ulah manusia.

‘’Contoh bencana alam antara lain gunung meletus dan angin topan, artinya tidak ada andil manusia secara langsung. Namun, kalau bencana banjir, tanah longsor, pasti ada indikasi dari ulah manusia yang menyebabkan lingkungan rusak,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times melalui sambungan telepon, Rabu (20/1/2020).

Menurut dia, pertumbuhan penduduk yang pesat dan membutuhkan tempat beraktivitas juga merupakan pemicu kerusakan lingkungan. Cikal bakal kerusakan lingkungan adalah masyarakat yang telah mengubah dan mengonversi lahan yang sudah ada dari lahan pertanian menjadi non-pertanian untuk tempat hunian dan aktivitas.

2. Perlu ada evaluasi kondisi tata ruang secara konsisten

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Kerusakan lingkungan itu yang berpotensi menjadi bencana seperti tanah longsor dan banjir. Bencana tanah longsor terjadi, karena tanah tidak kuat menahan beban dan juga tidak ada pepohonan, sehingga ketika ada hujan terjadilah bencana.

‘’Kemudian seperti di Kota Semarang yang menjadi langganan banjir dan rob, terjadi karena pembangunan yang tidak terkendali dan tidak memperhatikan tata ruang dengan baik. Sedangkan, rob terjadi karena perubahan iklim dan pemanasan global, sehingga mengakibatkan kenaikan permukaan air laut. Selain itu, di Kota Semarang pengambilan air tanah yang berlebihan juga menyebabkan penurunan muka tanah, ditambah lagi abrasi pantai karena penebangan pohon mangrove,’’ jelas dosen Fakultas Teknik Unnes itu.

3. Banyak perubahan lahan yang begitu pesat salah satunya di Kota Semarang

Tim SAR gabungan mengevakuasi warga lansia saat banjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Saratri mengungkapkan, untuk saat ini sebenarnya sangat mudah untuk melacak kondisi tata ruang yang tidak konsisten. Apalagi, sekarang ada drone sebagaimana dengan alat itu bisa dilihat daerah mana sebagai penahan aliran sungai, daerah mana yang rawan longsor karena tidak hijau lagi, dan semua itu bisa dilakukan oleh pemerintah.

‘’Penambahan jumlah penduduk memang tidak bisa terelakkan, tapi dalam kondisi sekarang memperhatikan tata ruang merupakan suatu keharusan yang penting sekali. Melalui tata ruang kita bisa meneliti daerah mana saja yang tidak boleh dijadikan aktivitas manusia, mana saja yang harus menjadi ruang terbuka hijau, dan sebagainya. Disini adalah tugas pemerintah yang harus memanajemen, karena mereka mendapat amanah dari rakyat,’’ ujar profesor di bidang ilmu kependudukan dan lingkungan perkotaan itu.

Dari penelitian Saratri tentang Evaluasi Kota Hijau yang dilakukan pada tahun 2017, telah terjadi perubahan lahan yang begitu pesat dari ruang terbuka hijau menjadi lahan aktivitas atau di Kota Semarang.

‘’Saat itu sudah tampak betapa pesatnya pembangunan ruang aktivitas seperti perumahan, area bisnis, pabrik, tapi ketika membangun tidak melihat daya dukung lingkungannya,’’ tuturnya.

Baca Juga: Tanah Longsor Dominasi Kejadian Bencana di Banjarnegara 

Berita Terkini Lainnya