TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terdampak Corona, Supir Angkot dan Penjual Gorengan Lega Terima BST

Mereka harus berhenti bekerja karena COVID-19

Ilustrasi penerima Bantuan Sosial Tunai (IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Semarang, IDN Times - Sejumlah warga tampak mengantre untuk masuk di aula Kantor Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, Kamis (14/5).

Mereka menjalani pemeriksaan sesuai protokol kesehatan COVID-19 seperti wajib memakai masker, mencuci tangan di wastafel portabel yang disediakan, diukur suhu tubuh, dan jika tahapan tersebut lolos mereka bisa mengisi daftar absen untuk mengambil dana Bantuan Sosial Tunai (BST) di dalam aula.

1. Warga mengantre BST sesuai protokol kesehatan COVID-19

Ilustrasi penerima BST di Kelurahan Kalipancur Kota Semarang. IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Sambil duduk di bangku yang berjarak satu meter satu sama lain, para warga yang mendapat undangan untuk menerima dana bantuan senilai Rp600 ribu itu sabar menunggu nomor antreannya dipanggil.

Saat tiba giliran, mereka pun juga melewati dua kali pemeriksaan, yaitu menunjukkan Kartu Keluarga, KTP, dan surat undangan pengambilan BST kepada petugas PT Pos Indonesia. Kemudian, baru mencairkan dana dan difoto dengan uang bantuan yang mereka terima.

Sri Sularsih (39) datang bersama suaminya Suparji, sambil menunggu nomor antreannya dipanggil dia sesekali memeriksa syarat yang akan ditunjukkan kepada petugas.

Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai penjual jajanan di kantin SD Isriati Islamic Center Semarang itu merupakan salah satu warga yang terdampak COVID-19. Dia tidak berjualan sejak sekolah diliburkan dan siswa belajar dari rumah.

2. Sri Sularsih tidak memiliki penghasilan sejak tidak bisa berjualan di kantin sekolah

Ilustrasi penyaluran BST. IDN Times/Anggun Puspitoningrum

‘’Jadi ya sekarang nggak jualan, cuma ngurusi pekerjaan rumah tangga,’’ ungkap warga Jalan Abdulrahman Saleh No 285, RT 8 RW 11 itu. 

Ketika masih berjualan ibu dua anak itu bisa membawa pulang sekitar Rp50 ribu per hari. Namun, sejak sekolah diliburkan, tidak ada pemasukan dan tidak bisa membantu keuangan keluarga.

Kini hanya suaminya yang bekerja sebagai penjaga sekolah di SD Isriati Islamic Center. Gaji dari pekerjaan suami tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Untungnya, nama Sularsih terdata sebagai salah satu penerima BST. Meskipun, dia tinggal di rumah yang merupakan fasilitas di lingkungan sekolah tersebut, keluarganya terdata sebagai warga Kelurahan Kalipancur.

‘’Ini baru pertama kali saya dapat bantuan, karena Pak RT mendata saya sebagai warga yang terdampak virus corona. Alhamdulillah, rasanya senang sekali, uang ini rencana mau buat belanja kebutuhan sehari-hari,’’ tuturnya.

3. Sejak COVID-19 penghasilan Sunarno sebagai sopir angkot hanya Rp20 ribu per hari

Perasaan lega dan bahagia juga dirasakan Sunarno (56), setelah menerima dana BST. Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai supir angkot jurusan Pasar Johar-Mangkang itu tampak menata 6 lembar uang Rp 100 ribu ke dalam dompetnya.

‘’Rasanya masih tidak percaya bisa menerima uang bantuan ini. Sebab, sejak ada virus corona saya nggak narik angkot, karena sepi,’’ tutur warga Jalan Candi Mutiara Tengah Perum Pasadena itu.

Hampir tiga bulan Sunarno tidak bekerja. Meskipun tetap bekerja, hasil yang didapat nilainya sangat minim. ‘’Kalau nekat narik dapatnya cuma Rp20 ribu per hari, nilai tersebut tidak cukup jika harus menyetor ke pemilik angkot sebesar Rp80 ribu per hari,’’ katanya.

Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, istrinya menerima pesanan makanan dari tetangganya. ‘’Untuk mencukupi kebutuhan rumah hasil tersebut masih kurang, karena anak saya juga masih butuh biaya kuliah. Jadi, uang ini bisa untuk belanja buat kebutuhan sehari-hari. Terima kasih,’’ imbuhnya.

Berita Terkini Lainnya