TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bupati di Jateng Protes Data Vaksinasi Tak Sinkron di Pusat dan Daerah

Dikira daerah menyimpan stok

Ganjar Pranowo (Dok. Humas Pemprov Jateng)

Grobogan, IDN Times - Terjadi perbedaan data vaksinasi antara pemerintah pusat dan sejumlah kabupaten di Jawa tengah. Karena perbedaan data tersebut data progres vaksinasi pusat dan daerah berbeda.

Salah satu perbedaan data antara pusat dan daerah tersebut terjadi di Kabupaten Grobogan. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turun langsung untuk mengecek penyebab ketidaksinkronan data antara pemerintah pusat dan kabupaten tersebut.

Baca Juga: Langgar HET, Apotek di Grobogan Jual Obat Rp17 Ribu Jadi Rp100 Ribu

1.Ganjar sebut data Kabupaten Grobogan kacau

Vaksinasi sopir dan driver ojek online di Tangerang (ANTARA FOTO/Fauzan)

Ganjar yang mengecek pelaksanaan vaksinasi di Desa Wolo, Kabupaten Grobogan, Selasa, (3/8/2021) menemukan data penerima vaksinasi Kabupaten Grobogan kacau balau.

Akibatnya terdapat perbedaan data vaksinasi antara pemerintah pusat dan daerah setempat.Ganjar menemukan penyebab perbedaan data vaksinasi, yakni setiap acara vaksinasi, semua data diinput secara langsung melalui aplikasi Pcare, kemudian data diinput melalui aplikasi Smile.

Dari hal itu kemudian diketahui ada ketidakcocokan data antara pemerintah pusat dengan daerah.

2.Hampir seluruh kabupaten protes dikira menyimpan stok padahal sudah disuntikkan

Vaksin COVID-19 Tahap 3 telah tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa (12/1/2021) (IDN Times/Maya Aulia)

Pemerintah pusat melihat stok vaksin di daerah masih banyak karena penginputan data ke aplikasi Smile belum sempurna.

"Saya hanya mau meluruskan saja, karena kemarin saat saya sampaikan ke pusat, hampir seluruh kabupaten protes. Lho, kami sudah menyuntikkan banyak, dan sudah habis, kok datanya seolah-olah kami masih menyimpan stok. Ini Bu Bupati Grobogan juga komplain, makanya langsung saya cek," kata Ganjar.

3. Sistem Pcare dan Smile yang tak sinkron

ANTARA FOTO/Olha Mulalinda

Ganjar mengatakan ada dua sistem yang perlu dikoreksi, yakni Pcare atau aplikasi yang digunakan untuk menyimpan data setelah orang divaksin, dimana setiap yang datang divaksin langsung dimasukkan datanya.

"Ini (aplikasi Pcare) sebenarnya adalah data paling riil. Sementara pusat yang dipakai acuan data dari aplikasi Smile, ternyata butuh waktu lama untuk mengisi ke aplikasi Smile, mulai disuntik, direkap di aplikasi Pcare, baru dilaporkan. Lha, ini kalau belum diinput di Smile, maka dibaca dan dianggap stok masih banyak," ujarnya.

Baca Juga: 6 Sentra Vaksinasi di Semarang ini Tutup, Stok Tersisa 28 Ribu

Berita Terkini Lainnya