Berkarya Lagi, Seniman Muda Semarang Ekspresikan Ikon Warak Ngendog
Baru pertama dilakukan semenjak pandemik COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Kepala di warak ngendog itu berasal dari naga atau kambing Jawa, sih? Atau malah sebenarnya mainan iseng dengan craftmanship (keahlian) yang buruk di awal kemunculannya yang kemudian diglorifikasi dan dibebani politik identitas ketika eksistensinya diangkat menjadi simbol Kota Semarang?
Ya. Warak ngendog adalah binatang jadi-jadian kreasi warga Semarang yang sudah eksis menjelang awal abad ke-20. Kemunculannya selalu dibarengi dengan tradisi Dugderan saat datangnya bulan Ramadan di Semarang.
Baca Juga: Alasan PPKM Level 2, Gak Ada Arak-arakan Warak Ngendok saat Pembukaan Dugderan
1. Tafsir soal warak ngendog masih muncul
Dari referensi visual yang didokumentasikan sebelum tahun 2000-an, awal fisik warak ngendog jauh dari yang saat ini ada. Terutama bagian kepala yang menyerupai naga atau kilin.
Antropolog Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, A Khairudin mengatakan, perdebatan tafsir atas warak ngendog sempat mengemuka saat dinyatakan bagian tubuh tertentu mewakili etnisitas tertentu.
"Mainan itu tiba-tiba menyinggung isu etnis yang kalau tidak hati-hati jatuh pada prasangka rasial," katanya.
Baca Juga: Antropolog Undip: Eksploitasi SDA Rentan Langgar Hak Masyarakat Adat