TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

15 Titik Rawan Longsor Muncul di Jateng, Dipicu Pembukaan Lahan Ilegal

Potensi longsor 500 meter-1 kilometer

Ilustrasi Longsor (IDN Times/Mardya Shakti)

Semarang, IDN Times - Memasuki puncak musim penghujan pada awal 2021, ada belasan titik rawan tanah longsor yang tersebar di Jawa Tengah

Berdasarkan hasil analisa titik jenuh tanah dan curah hujan yang lebat, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng menyatakan kawasan yang memiliki potensi bencana tanah longsor risiko sedang hingga tinggi di tahun ini terdeteksi di wilayah Salem, Kabupaten Brebes hingga di timur Kroya, Kabupaten Cilacap.

"Kita sedang mengkaji teknis untuk melakukan mitigasinya. Karena di setiap spot perbukitan pasti ada kurang lebih 500 meter-1 kilometer area tanah longsor. Dari kejadian tahun-tahun sebelumnya, malah ada yang dampaknya meluas hingga 25 hektar," ujar Kepala Dinas ESDM Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko, saat dikontak IDN Times, Jumat (22/1/2021). 

Baca Juga: Dilanda Cuaca Ekstrem, 7 Wilayah di Jateng Kebanjiran, Rumah Warga Roboh

1. Potensi bencana tanah longsor tersebar di Salem hingga Wadaslintang Wonosobo

javatravel.net

Ia menyebut potensi tanah longsor saat ini ada di pemukiman warga wilayah Salem, Brebes, Cilacap bagian utara, sebagian Majenang, Kroya Cimanuk Timur, Desa Karangkemas, Banyumas, sebagian besar wilayah Purbalingga, Slawi bagian selatan.

Lalu longsor juga berpeluang melanda Banjarnegara bagian utara hingga memanjang masuk Kecamatan Wanayasa, Kalibening, Pekalongan bagian selatan, Kendal bagian selatan, Temanggung, Purworejo dan Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo.

2. Pembukaan lahan yang masif picu longsor di Jateng

Ilustrasi Perumahan (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut, ia memperkirakan resiko tanah longsor yang semakin meluas di Jawa Tengah disebabkan tiga faktor utama. Masing-masing karena ulah sebagian masyarakat yang melakukan pembukaan lahan yang serampangan tanpa mengantongi izin resmi dari pihaknya. 

Kemudian ada pula faktor alam yang membuat adanya retakan tanah yang menimbulkan erosi yang dalam. Dan terakhir munculnya titik jenuh tanah di sepanjang bantaran sungai. 

"Yang jelas, dengan dilakukan pembukaan lahan oleh masyarakat tanpa IMB saat ini telah menganggu area serapan air tanah di lereng perbukitan. Itu parahnya lagi banyak rumah warga yang menempati lahan tebing yang curam. Lereng yang ditempati tidak dibuat material penguatan. Sehingga material yang menumpuk diatas bukit menjadi titik yang curam," jelasnya. 

3. Sudah ada longsor kecil-kecil di Salem dan Magelang

ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

Sedangkan, menurut Pelaksana Tugas Kepala BPBD Jateng, Syafruddin, awal tahun 2021 bencana tanah longsor telah melanda sejumlah daerah dengan intensitas yang kecil. 

"Kita memantau ada longsor kecil-kecil di perbukitan pegunungan antara wilayah Salem dengan Magelang. Ketimbang tahun lalu, titik longsor yang sekarang terjadi seringnya skala kecil. Dan masing-masing kabupaten kota sedang melakukan pendataan," bebernya. 

4. Pemprov Jateng andalkan dana status darurat masing-masing daerah

ilustrasi Petugas BPBD PPU distribusikan makanan buat warga korban banjir (IDN Time/Dok BPBD PPU)

Soal kesiapsiagaan yang dilakukan Pemprov Jateng, pihaknya mengklaim saat ini mengandalkan dana darurat bencana yang telah dialokasikan oleh 35 kabupaten/kota. Dana daruat yang ia maksud senilai Rp1 miliar. 

"Dana penanggulangan bencana tahun ini kita benar-benar mengandalkan dari dana status penetapan darurat. Di Cilacap, Banyumas, Magelang, Boyolali dan Klaten itu sudah menganggarkan sampai Rp1 miliar," ungkapnya.

Baca Juga: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Berbagai Wilayah Indonesia

Berita Terkini Lainnya