TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BNN Ajak Millennial Lacak Peredaran Ganja di Jawa Tengah, Mau?

Tren kasus terus naik, pelajar dan mahasiswa sasaran narkoba

Kepala BNN Jateng Brigjen Pol Purwo Cahyoko saat mengungkapkan peredaran narkoba di sejumlah wilayahnya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Kasus penyalahgunaan narkotika di Jawa Tengah mengalami tren kenaikan signifikan sejak tahun 2020. BNN Jawa Tengah melansir atas kekhawatiran terhadap temuan kasus narkoba yang melibatkan para siswa SMA dan mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi.

Berdasarkan hasil penindakan BNN Jateng tahun 2020 ditemukan 2.708 kasus. Jumlahnya naik ketika memasuki 2021 menjadi 2.800 kasus. 

Baca Juga: Kurangi Overload Lapas, BNN Jateng Minta RSUD Sediakan Tempat Rehabilitasi

1. Peredaran ganja, sabu, dan ekstasi banyak ditemukan di Semarang

ilustrasi daun ganja (IDN Times/Arief Rahmat)

Kepala BNN Jateng, Brigjen Pol Purwo Cahyoko mengatakan, tren peningkatan kasus narkoba masih terjadi di tahun 2022 lantaran banyaknya pemakai maupun pengedar yang berhasil diringkus personelnya. 

"Dari bulan Januari--Mei 2022 saja sudah ditemukan lebih 400 kasus. Ini grafik kasusnya naik terus karena dari tahun 2020 kita menangkap 900 pelaku, tahun 2021 ada kurang lebih 987 pelaku dan tahun ini sudah 150 pelaku. Paling banyak kalau wilayah Semarang mereka terlibat peredaran ganja, sabu, ekstasi lalu sisanya turunannya seperti tembakau gorila dan sejenisnya. Jelas temuan yang ada sekarang sangat mengkhawatirkan. Makanya kita makin meningkatkan razia," kata Purwo kepada IDN Times di kantornya, Kawasan Madukoro, Semarang Barat, Kamis (23/6/2022). 

2. Pelajar dan mahasiswa pakai ganja demi pertemanan

Ilustrasi daun ganja, pengedar ganja (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia mengaku, peredaran narkoba terutama ganja saat ini tidak pandang bulu. Semua lapisan masyarakat banyak yang terjerat. Hasil penyelidikan BNN juga mendapati fakta bahwa terdapat siswa SMA dan mahasiswa yang terjerumus mengonsumsi ganja kara efek pertemanan. 

Purwo berkata, ada temuan beberapa pelajar SMA dan mahasiswa yang mengonsumsi ganja supaya mendapatkan teman yang baru. 

"Kebanyakan pemakainya orang di atas usia 21 tahun tapi banyak juga yang usianya 16 sampai 17 tahun. Memang penggunanya dari kalangan remaja dan pekerja. Kalau remaja biasanya coba-coba dari pergaulannya, lalu ada dorongan dari teman-temannya. Nah, karena pengin masuk ke kelompok geng sekolahnya, dia lalu ikut memakai. Jadi kalau pelajar itu biasanya efek rokok, miras, dan larinya mencoba obat. Persentase pelajar dan mahasiswa yang terlibat penggunaan narkoba sekitar 35 persen," ujar Purwo. 

3. Sopir dan pekerja pelabuhan pakai narkoba buat stimulan

ilustrasi narkoba (IDN Times/Mardya Shakti)

Sedangkan kasus narkoba yang menjerat para pekerja saat ini jumlahnya hampir 60 persen. Menurutnya, para pekerja yang memakai narkoba dengan alasan untuk menambah stamina. Padahal di sisi lain, narkoba justru merusak sistem syaraf, organ tubuh sampai menimbulkan kematian. 

"Ya kalau pekerja pakai narkoba seringnya buat penambah kekuatan. Karena sifatnya narkoba itu sebagai halusinasi, depresan dan stimulan. Contohnya kayak sopir yang perlu melek biar gak tidur maka dibutuhkan efek stimulan. Terus pekerja yang butuh kegiatan di atas 8 jam atau 24 jam ada juga yang menggunakan narkoba. Misal di sektor konstruksi dan pelabuhan. Ini disebabkan narkoba sudah melibatkan semua lapisan masyarakat. Baik orang miskin orang kaya, anak-anak sampai mahasiswa," paparnya. 

4. BNN libatkan millennial melacak ganja

Jajaran BNN Jateng dan Diresnarkoba Polda menunjukan tersangka. Dok Humas BNN Jateng

Tercatat, BNN Jateng sejak Januari--Juni 2022 telah melakukan rehabilitasi ratusan pengguna narkoba. Proses rehabilitasi diputuskan setelah keluar assisment dari BNN, dokter, dan aparat kepolisian. 

Saat ini, BNN melibatkan para millennial ke berbagai sudut kampung, desa maupun lingkungan kelurahan untuk melacak peredaran ganja. 

"Kalau ada anggota keluarga mereka, teman-temannya atau warga desa yang kelihatannya menggunakan ganja, maka tugas anak muda yang mengobatinya. Mereka kita beri tugas untuk menyembuhkan dengan metode khusus rehabilitasi. Minimal kalau yang pengguna stadium ringan dan sedang bisa dideteksi dan disembuhkan dengan cepat," katanya. 

Baca Juga: 6 Daerah di Jateng Dapat Kiriman Vaksin PMK, Distribusinya Diam-diam

Berita Terkini Lainnya