TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Psikolog Ikut Terpapar Usai Berhari-hari Layani Terapi Mental Pasien COVID-19

Probowatie layani terapi mental 10 orang dalam sepekan

ilustrasi konsultasi dengan ahli kesehatan mental (pexels.com/Alex Green)

Semrang, IDN Times - Kecemasan berlebihan yang berujung pada paranoid akhir-akhir ini kerap dijumpai Probowatie Tjondronegoro tatkala menangani para pasien COVID-19. 

Ia yang saban hari bekerja di klinik psikolog RS Santo Elisabeth Semarang itu berkata bukan perkara yang gampang untuk memberikan terapi mental bagi pasien COVID-19 yang mayoritas berasal dari pengusaha, ASN dan ibu-ibu rumah tangga 

 

Baca Juga: Tangani Anak Nakal Menurut Psikolog, Keliru Kalau Dibawa ke Dukun 

1. Probowatie temukan pasien COVID-19 resah dengan kondisi yang makin gak menentu

google images

Psikolog berusia 54 tahun ini benar-benar butuh ketelatenan dan kesabaran ekstra mengingat pasiennya kerap menutup diri dan terkesan malu atas infeksi virus corona yang diidapnya. 

"Ya banyak sih yang konsultasi mengenai penanganan COVID-19. Yang datang ke saya ada yang jujur. Tapi kadang ada yang agak malu-malu. Dia awalnya datang dan bilangnya resah karena situasinya semakin gak menentu. Sehingga akhirnya emosinya jadi susah dikontrol. Maka pasien COVID-19 yang saya tangani itu rata-rata emosinya sedang labil," akunya kepada IDN Times melalui telepon, Jumat (3/7/2021). 

2. Sehari Probo memberikan terapi mental bagi 2-3 pasien COVID-19

ilustrasi konseling dengan psikolog atau psikiater (pexels.com/cottonbro)

Dalam sehari Probo memberikan terapi mental bagi dua sampai tiga pasien COVID-19. Sedangkan dalam sepekan jumlah pasiennya kurang lebih 10 orang. 

Kebanyakan, katanya pasien datang dalam kondisi sudah sembuh dari paparan virus Corona. "Kalau akhir-akhir ini banyak yang datang satu keluarga. Ada bapak ibu sama anaknya yang ngeluh ketakutan berlebihan. Sebagian besar gejala yang muncul mereka jadi sabaran, over protektif, sering gampang marah. Dan banyak yang bertanya-tanya, sudah merasa pakai protokol kesehatan ketat kok masih bisa kena virus Corona. Bagi saya ini fenomena baru karena penularan virusnya begitu cepat dan ganasnya," ujarnya. 

3. Terapi mental diberikan selama beberapa hari

http://www.watchmojo.com

Dengan tingginya penularan COVID-19 ditambah banyaknya warga Semarang yang meninggal dunia menjadikan pasiennya mengalami paranoid setiap hari. 

"Saya biasanya memberikan terapi mental sampai beberapa hari. Pernah juga saya kasih resep khusus untuk menenangkan dirinya. Supaya gak gampang panik menghadapi situasi sekitar rumahnya," akunya. 

Baca Juga: Semarang di Level 4, PPKM Darurat Ketat, Mal dan Tempat Ibadah Tutup

Berita Terkini Lainnya