TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KNKT: Laju Bus 70 Km/jam Sebelum Menabrak dan Terbakar di Kalikangkung

Murni kesalahan sopirnya

Bus terbakar di dekat gerbang tol Kalikangkung Semarang, Sabtu (28/12). Dok Damkar Kota Semarang

Semarang, IDN Times - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan laju bus PO Kramat Jati mencapai lebih dari 70 kilometer per jam, sebelum terlibat kecelakaan beruntun dan terbakar di ruas Tol Kalikangkung, Gondoriyo, Ngaliyan, Semarang.

Baca Juga: Bus Kramat Jati Terbakar di Kalikangkung, 10 Orang Mengalami Luka-luka

1. Sopir bus Kramat Jati pakai perseneling gigi lima

Pimpinan Investigasi KNKT Achmad Wildan di sela investigasi bus yang terbakar di Kalikangkung. IDN Times/Fariz Fardianto

Pimpinan Tim Investigasi KNKT, Achmad Wildan menuturkan, dengan laju hingga 70 kilometer per jam, ia memperkirakan sopir Bus Kramat Jati telah memakai gigi lima. Padahal, idealnya dengan kondisi jalanan yang menurun, laju bus hanya boleh menggunakan gigi tiga.

"Tapi dengan kecepatannya sampai 70 kilo per jam, pasti sopirnya pakai gigi lima. Itu sudah tinggi sekali. Padahal harusnya cukup gigi tiga. Akibat saking kencangnya, dia tidak bisa menggerakan setir dan remnya jadi tidak berfungsi," kata Wildan, saat menggelar investigasi kecelakaan bus Kramat Jati, pada Senin (30/12).

Baca Juga: 24 Orang Tewas, Kecelakaan Bus Sriwijaya Masuk Jurang di Pagaralam

2. Penyebab kecelakaan bus di Kalikangkung mirip yang dialami di Pagar Alam dan Pasuruan

(Petugas gabungan dari SAR Pagaralam, TNI, Polri, BPBD dan Tagana melakukan evakuasi korban kecelakaan Bus Sriwijaya dengan rute Bengkulu - Palembang yang masuk jurang di Liku Lematang, Dempo Selatan, Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019) ANTARA/HO-Basarnas Palembang

Ia mengatakan, kronologis kecelakaan yang dialami Bus Kramat Jati sama persis dengan bus yang terjun ke jurang di Pagar Alam Sumsel dan Pasuruan Jatim.

"Dan kesimpulannya kecelakaan di Kalikangkung sama dengan di Pagar Alam dan Pasuruan, bahwa pengemudi pakai gigi tinggi di jalanan yang menurun. Akibatnya remnya tidak bekerja. Kalau di istilah kita itu break fading. Itu pemicu 10 kecelakaan bus di Indonesia," bebernya.

3. Banyak tromol bus yang ngantong karena jalannya naik turun

IDN Times/Wildan Ibnu

Pihaknya pun prihatin dengan munculnya rentetan kecelakaan bus selama tahun ini. Mayoritas sopir bus, tambahnya tidak ada yang memahami prosedur mengemudi yang aman. 

Hal itu diperkuat dengan pengakuan sopir Kramat Jati, saat masuk Tol Kalikangkung, tromol busnya tiba-tiba mengunci. "Istilah teknisnya itu tromolnya sudah ngantong. Di Indonesia, rata-rata tromolnya memang banyak yang ngantong karena jalannya naik turun. Jadi mudah overheat," paparnya.

Kondisi tersebut, menurutnya juga diperparah dengan perilaku sopir bus yang memasang kampas rem dengan asal-asalan. Pemasangan kampas rem yang tidak teliti membuat posisinya tidak presisi. Hal ini yang membuat kemampuan pengereman pada bus menjadi menurun dan kurang pakem.

"Karena masang kampas remnya ngasal, sopirnya main ketok sembarangan, maka kondisinya jadi gak presisi. Nah, tromol yang ngantong itu penyebabnya ya gara-gara kemampuan remnya tidak pakem. Itu juga dialami bus Kramat Jati di Kalikangkung," jelasnya.

Baca Juga: Bus Terbakar di Gerbang Tol Kalikangkung, Tak Ada Korban Jiwa

Berita Terkini Lainnya