TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menguak Aktivitas Pengikut Theosofi Semarang: Perkuat Hubungan Tanpa Dogma

Presiden Sukarno pernah belajar Theosofi, lho

Gedung Wijayakusuma di Jalan DI Panjaitan Semarang yang memasang simbol Bintang Daud sebagai penanda markas Theosofi. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Kawasan Kampung Kali Semarang sore itu tampak ramai. Hari mulai beranjak petang tatkala IDN Times menyusuri sepanjang Jalan Mayjen Suroyo Semarangf. Beberapa kali terlihat alang kendaraan berseliweran menerobos simpul-simpul jalan.

Sekitar 10 menit IDN Times tiba di tempat yang dituju. Di dekat perempatan Jalan DI Panjaitan, terdapat sebuah bangunan berkelir hijau tua yang bertuliskan Wisma Wijayakusuma. 

Yang istimewa ialah pada atap bangunan tersebut terpasang simbol Bintang Daud yang dipadukan dengan lingkaran berbentuk kepala ular, guratan lambang ANKH serta swastika. 

Simbol yang sama rupanya juga ditemukan di depan pintu masuk Gedung Wijayakusuma. Di dalam ruangannya ada berbagai rupa foto-foto tokoh pemuka agama dari segala penjuru dunia. Di gedung itulah saban hari para pengikut Theosofi mengadakan diskusi sampai bermeditasi. 

Baca Juga: Penghayat Sebut Sesajen Jadi Tradisi untuk Dekatkan Diri kepada Tuhan

Pengikut Theosofi pelajari hal-hal yang ilmiah

Yohanna Ina menunjukkan kartu anggota sebagai pengurus Theosofi Indonesia. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Yohanna Ina Solati merupakan seorang warga Gajahmungkur Semarang yang sudah menggeluti berbagai kegiatan di Theosofi sejak bertahun-tahun lamanya. 

Ketika ditemui IDN Times, ia memperkenalkan diri sebagai Sekretaris Pengurus Besar Persatuan Warga Theosofi Indonesia (Perwathin). Bukti sahihnya bisa dilihat dari kartu tanda anggota berwarna ungu yang ditunjukkan di dalam gedung. 

"Di dalam ruangan ini kita tidak pernah belajar mengenai dogma-dogma agama. Yang kita bahas setiap kali pertemuan adalah sebuah hal-hal yang sifatnya ilmiah tanpa menyinggung satu kepercayaan agama," kata Ina sapaan akrabnya, Jumat (25/3/2022). 

Meditasi ala Theosofi untuk menjernihkan batin dan pikiran

Empat pengikut Theosofi Kota Semarang saat berfoto bersama di Gedung Wijayakusuma. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Bagi Ina, mengikuti setiap kegiatan Theosofi tak ubahnya untuk memperkaya nalar sekaligus membersihkan segala kotoran yang ada di dalam batin. 

Maka dari itu, ia berulang kali berkata jika seorang pengikut Theosofi akan selalu diajak untuk bermeditasi dengan menjauhi segala keramaian. Jika dicermati, meditasi ala Theosofi ini hampir mirip dengan kegiatan zikir dalam ajaran Islam. 

Tapi menurut Ina, meditasi yang ia lakukan bersama pengikut Theosofi beda dari konsep agama pada umumnya.

"Kita pada hari-hari tertentu selalu melakukan meditasi, bernafas dalam kesunyian. Dengan memfokuskan pikiran pada satu napas, kita berusaha membersihkan batin kita dari hal-hal yang bersifat duniawi," terangnya. 

Tidak mempelajari dogma apapun

Seorang warga memotret foto-foto kenangan milik pengikut Theosofi di Kota Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ina bilang dengan meditasi maka alam pikiran kita menjadi terbuka. Hati menjadi bersih. Mata batin menjadi jernih. Pada ajaran Theosofi, para pengikutnya tidak diajarkan menyembah pada satu Tuhan atau mempelajari dogma atau ajaran. Bahkan tidak ada nama ketua dan koordinator pada setiap acara diskusi. 

"Kita tidak membedakan ras, suku, agama dan golongan. Di sini semuanya punya kedudukan yang sama tanpa dibeda-bedakan," ujar Ina. 

"Malahan kita manggil sesama anggota dengan sapaan Brother dan Sister atau bro dan sis. Kalau sekarang ya mirip Partai Solidaritas Indonesia (PSI)," sahut Adi, seorang pengikut Theosofi lainnya sambil tertawa lebar. 

Bung Karno pernah belajar Theosofi

gettyimages

Meski begitu, menurut Adi menjalankan lelaku ritual di Theosofi bukannya tanpa hambatan. Saat pandemik misalnya, acara diskusi harus ditiadakan sementara. Sebagai gantinya semuanya beralih lewat YouTube. 

Ina lantas menjelaskan bahwa di Semarang ada sekitar 17 warga yang menjadi pengikut setia Theosofi. Sedangkan para simpatisannya mencapai ratusan sampai ribuan orang. 

Ditilik dari historisnya, Theosofi selalu mendengungkan diskusi ilmiah yang menjunjung tinggi sikap pluralisme. Di Indonesia, Sang Proklamator Ir Sukarno disebutkan pernah mempelajari Theosofi. 

Secara khusus juga ada 50 tokoh pendiri bangsa yang rutin belajar Theosofi. Tokoh yang belajar Theosofi kebanyakan menganut Kejawen dan penghayat. 

Pengikut Theosofi sangat menghormati Gus Dur

gusdur.net

Ketika IDN Times melihat seluruh dinding ruangan Gedung Wijayakusuma, terpampang foto-foto kenangan dari para pengurus terdahulu. Di atas pintu masuk misalnya tergantung pigura bergambar Mahathma Gandhi. Juga ada foto Presiden Kelima Indonesia KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Gus Dur sangat dihormati oleh pengikut Theosofi sebagai bapak pluralisme layaknya sikap yang ditunjukkan oleh warga Thionghoa. 

"Para pendiri bangsa seperti Bung Karno yang merumuskan negara Pancasila sempat mempelajari Theosofi. Jadi perannya beliau itu ada. Selain itu ada 50 tokoh pendiri bangsa yang belajar Teosofi. Segala hal yang berhubungan dengan alam semesta kita pelajari. Mulai evolusi manusia, hubungan manusia dengan tuhan dan kita dituntut untuk berfikir positif. Sampai yang berhubungan pada sesuatu yang natural. Sehingga pada akhirnya kita bisa memunculkan kalau yang disebut sekarang itu cenayang," akunya. 

Baca Juga: Aturan Diklaim Kian Mudah, 8.810 Penghayat di Jateng Sudah Punya e-KTP

Berita Terkini Lainnya