Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Temanggung, IDN Times - Para petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tetap bisa memanen cabai meski saat ini wilayah tersebut dilanda hujan ekstrem yang merupakan dampak buruk dari fenomena La Nina.
Baca Juga: Gawat! Muncul Klaster Piknik, 9 Warga Temanggung Positif COVID-19
1. Petani cabai sebut irigasinya tidak terganggu dan bisa memanen 6-7 kilogram
IDN Times/Aldzah Fatimah Aditya Seorang petani cabai di Temanggung, Masdik menyatakan ditengah curah hujan yang ekstrem pada bulan ini, saluran irigasi sawahnya justru tidak terganggu.
"Saya bisa panen cabai enam sampai tujuh kilogram. Hasil panennya memang sangat banyak walaupun di desa saya sering hujan lebat," kata Masdik.
2. Para petani terbantu dengan sekolah lapang iklim dari BMKG
Peserta sekolah iklim di Temanggung. Dok Humas BMKG Semarang Ia mengaku saat ini terbantu dengan adanya sekolah lapang iklim yang digelar tim BMKG Semarang. Proses pengenalan iklim pada kegiatan itu, katanya cukup efektif menambah pengetahuannya.
Nantinya ia ingin mencoba menanam asparagus dan vanili dengan melihat perubahan cuaca yang sedang terjadi di Temanggung.
"Kami berterima kasih kepada BMKG karena atas bimbingan SLI ini, para petani di Temanggung sangat terbantu, dan semoga ke depannya dapat merambah komoditas lain seperti asparagus dan vanili," katanya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Hasil panen cabai naik 4 kilo per pohon saat hujan ekstrem
Ilustrasi Suasana Hujan (IDN Times/Sukma Shakti) Sementara itu, Koordinator kegiatan SLI Jawa Tengah sekaligus Kepala Stasiun BMKG Klimatologi Kelas I Semarang, Tuban Wiyoso, dalam keterangan resminya kepada IDN Times mengatakan, hasil panen cabai di wilayah Temanggung saat ini justru mengalami peningkatan. Yaitu sebanyak 0,4 - 0,7 kilogram per pohon, dengan harga cabai mencapai Rp27.000 per kilogram.
Begitu pula dengan panen tomat di wilayah Desa Jogoyasan mengalami peningkatan rata-rata produksi 4 kilogram per pohon dengan harga Rp4.000 per kiligram. Sedangkan hasil panen non SLI hanya 2-3 kilogram per pohon.
Selain mampu mendongrak produksi cabai, katanya, para petani mendapat pengetahuan mengenai budidaya cabai di luar musim dengan kajian agroekosistem lokal, memperoleh pengetahuan mengenai informasi iklim dan cuaca, sehingga dapat melakukan mitigasi iklim.
"Setiap petani nantinya dapat memanen yang tepat dengan memperhitungkan pola tanam dan umur tanaman, serta dapat menentukan waktu panen," kata Tuban.
Baca Juga: Bahaya! Fenomena Awan Lentikular di Gunung Merapi dan Merbabu Jateng