TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Depresi Merasa Kena Corona, WNA Asal Korea Ditemukan Gantung Diri

Sempat punya riwayat perjalanan ke China

IDN Times/Debbie Sutrisno

Solo, IDN Times - Seorang perempuan warga negara asing (WNA) asal Korea Selatan berinisial JE, ditemukan tewas gantung diri di kamar hotel, di Solo, Jawa Tengah. Peristiwa gantung diri terjadi pada Minggu (23/2) lalu sekitar pukul 14.00 WIB.

Kematian korban diduga karena depresi karena menrasa terjangkit virus corona atau COVID 19.

Baca Juga: Isi Surat WNA Korea yang Gantung Diri di Solo, Depresi Karena Corona

1. Merasa kena virus corona

Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Penyebab kematian perempuan 57 tahun asal Korea Selatan tersebut didapat dari olah tempat kejadian perkara dan pemeriksaan jasad korban oleh petugas dari Polresta Surakarta.

Dalam pemeriksaan tersebut petugas menemukan sebuah memo yang ditulis korban. Memo yang betuliskan bahasa korea tersebut menyebutkan tetang kondisi kesehatan korban yang merasa terinfeksi virus corona. Korban menyatakan mengalami sakit iritasi pada tenggorokan.

Selain itu, korban juga menuliskan riwayat perjalanan sebelum ke Solo, dimana korban sempat melakukan perjalanan ke China dan kembali ke Korea.

2. Kematian karena depresi

(IDN Times/Larasati Rey)

Kapolresta Surakarta, Kombes Pol Andy Rifai membantah kematian korban akibat terjangkit virus corona. Menurutnya, korban tewas bunuh diri lantaran depresi dengan penyakit yang tak kunjung sembuh.

hal tersebut, dibuktikan dari hasi pemeriksaan terhadap jasad korban di laboratorium forensik RSUD Dr Moewardi Solo, usai dievakuasi. Dalam pemeriksaan tersebut korban dinyatakan negatif virus corona.

"Korban depresi karena sakit. Bukan virus corona," kata Andy saat dikonfirmasi, Minggu (1/3).

Baca Juga: Merasa Tertular Virus Corona, WN Korea di Solo Gantung Diri di Hotel 

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang | (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor | (0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta | (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang | (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang | (0341) 423444

Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Berita Terkini Lainnya