Aspirasi Anak-Anak di Semarang soal Perundungan dan Ruang Difabel

- Ratusan anak-anak di Kota Semarang menghadiri Konferensi Anak dalam peringatan Hari Anak Nasional 2025
- Anak-anak membicarakan isu pengakuan prestasi non akademik, perlunya ruang dan dukungan bagi anak disabilitas, serta perundungan
- Acara tersebut menjadi wadah bagi anak-anak untuk menyampaikan aspirasi dan permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari
Semarang, IDN Times - Ratusan anak-anak di Kota Semarang menghadiri Konferensi Anak dalam acara puncak peringatan Hari Anak Nasional 2025 di Balai Kota Semarang, Kamis (21/8/2025). Pada acara tersebut sejumlah anak membicarakan sejumlah isu mulai dari pengakuan prestasi non akademik, perlunya ruang dan dukungan bagi anak-anak disabilitas, hingga perundungan.
1. Keysha gagas komunitas orang tua dan anak disabilitas

Salah satunya Keysha, seorang anak yang menggagas komunitas orang tua dengan anak disabilitas untuk bersama mendampingi dan mengembangkan potensi anak-anak mereka.
Gagasan dari Keysha langsung diapresiasi oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng. Ia mengungkapkan bahwa saat ini Semarang telah memiliki enam dari target 16 Rumah Inspirasi dan Rumah Bersama Indonesia di tingkat kecamatan, yang menjadi ruang khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Keysha luar biasa karena tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga teman-temannya. Semangat seperti inilah yang harus kita dukung bersama,” katanya.
2. Pemkot Semarang akan sediakan beasiswa bagi anak berprestasi

Selain usulan dari Keysha, wali kota juga berkomitmen untuk menyediakan beasiswa bagi anak-anak berprestasi dan membangun pusat kegiatan anak di setiap kecamatan. Selain itu, juga memberikan apresiasi tinggi kepada anak-anak yang telah menyampaikan aspirasi mereka tentang pentingnya membangun Kota Semarang yang ramah anak.
“Ini luar biasa! Ini baru pertama kali anak-anak diajak bicara soal bagaimana membangun Kota Semarang yang ramah anak. Betul enggak,” ucapnya disambut riuh peserta.
Pada kesempatan tersebut juga hadir Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan. Ia juga menekankan pentingnya penyediaan ruang publik yang layak dan ramah anak.
3. Dorong daerah kembangkan pusat kegiatan anak

“Anak-anak harus punya ruang olahraga, ruang ekspresi seni, amphitheater kecil, tempat bermain hingga ruang keluarga. Itu adalah bentuk lingkungan positif yang mampu mengalihkan anak dari paparan negatif, seperti media sosial yang tidak sehat atau konten digital berbahaya,” ungkapnya.
Veronica juga mendorong daerah untuk mengembangkan pusat-pusat kegiatan anak yang inklusif dan menyeluruh. Ia menyebut bahwa kehadiran ruang-ruang tersebut bisa mendorong anak-anak untuk menunjukkan prestasi di lingkungan sendiri.