TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dokter di Banjarnegara Ciptakan Ventilator dari Kipas Angin Bekas

Hanya butuh Rp5 juta per unit

Dok. RSI Banjarnegara

Banjarnegara, IDN Times - Dokter bedah Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara, Dr Agus Ujianto SpB dan asistennya, M Arif Ali Hidayat mengembangkan prototipe ventilator mekanik dengan bahan dasar kipas angin bekas.

Baca Juga: Dosen di Semarang Ciptakan Ventilator Berbasis IoT Pertama di Dunia

1. Didorong kebutuhan ventilator untuk pasien COVID-19

Dok. RSI Banjarnegara

Pada masa pandemik COVID-19 hampir semua rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan kekurangan respirator dan ventilator. Sebab virus corona menyebabkan kerusakan paru-paru sehingga kadar oksigen tubuh menurun, hingga membuat pasien kesulitan bernapas.

Ventilator merupakan mesin untuk membantu memasukkan lebih banyak oksigen ke paru-paru dan mengeluarkan karbondioksida. Alat tersebut membuat paru-paru tetap mengembang, sehingga kantung udara di paru-paru tidak mengempis.

"Hal ini karena paru-paru terjalin dengan pembuluh darah, kemudian ventilator membantu terjadi proses masuknya oksigen ke aliran darah,” ujar Agus yang juga Direktur RSI Banjarnegara.

2. Harganya miliaran rupiah dan sulit impor

Dok. RSI Banjarnegara

Tak banyak rumah sakit yang memiliki ventilator, salah satunya karena harganya yang mahal. Dari kondisi tersebut, Agus bersama asistennya berpikir keras menciptakan alat yang fungsinya sama, tetapi harganya jauh lebih murah dan terjangkau.

Ventilator ini terbuat dari komponen kipas angin bekas. Yaitu dinamo dan alat pengatur kecepatan gerak rotasi kipas yang digunakan. Kedua komponen tersebut dimanfaatkan sebagai penggerak pompa yang digunakan untuk memompa oksigen menuju paru-paru pasien.

"Harga ventilator di atas Rp1 miliar, bahkan saat ini kesulitan impor. Makanya kita berdua diskusi dan cari jalan keluar, bagaimana ada alat  yang fungsinya sama namun harga jauh lebih murah,” ungkap Agus.

Selama pembuatan ventilator ini, mereka belajar dari teknologi yang diterapkan di Jepang dan India. Dari hal itu, Agus dan asistennya menyimpulkan jika ventilator bisa menggunakan kipas angin bekas yang dimodifikasi agar mampu menyamai ritme pernafasan. Bagi Agus, yang terpenting, memiliki fungsi yang sama dengan ventilator yang harganya miliaran.

3. Menyamakan ritme napas menjadi tantangan terbesar

idsmed

Asisten Agus, Arif menyebut hal paling sulit dalam proses pembuatan ventilator manual tersebut adalah menyamakan ritme napas dengan ritme alat itu. Berkat ketekunan mereka, ritmenya bisa disinkronkan.

Ia menambahkan, jika dihitung biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan satu ventilator tersebut, tidak sampai menghabiskan dana Rp5 juta. Jika menggunakan motorik yang baru pun tak lebih dari Rp10 juta.

"Saat ini masih apa adanya. Namun secara prinsip kerja sudah oke. Ke depan akan kami tingkatkan tampilannya dengan memasang casing yang bagus. Untuk hak paten dan lainnya, dokter Agus akan melengkapinya," ungkap Arif.

Baca Juga: Donald Trump: Teman Saya, Presiden Jokowi Meminta Ventilator 

Stop Stop Ser
Berita Terkini Lainnya