Ndaru Padma Putri atlet para tenis asal DIY. (Dok/PB Peparnas XVII Solo)
Beruntung nyawa Ndaru masih tertolong, namun kenyataan pahit harus diterimanya. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan tulang belakangnya patah, dan seluruh sistem sarafnya dari pinggang hingga ke bawah juga rusak menyebabkan kakinya lumpuh. Pascakejadian tersebut Ndaru sempat depresi selama lima tahun.
"Saya bisa dibilang depresi ada sekitar lima tahun, tetapi bukan depresi yang saya ngamuk-ngamuk gitu, lebih ke tidak bisa berdamai dengan diri sendiri, di situ saya menjadi pribadi yang reaktif dan temperamental," ungkap Ndaru.
Momen kebangkitan Ndaru terjadi di tahun 2010 saat ia dikenalkan dengan komunitas tenis kursi roda Bantul hingga ia akhirnya bisa bermain pada ajang profesional pertamanya, PEPARNAS Riau 2012.
"Setelah lima tahun menjadi penyandang disabilitas, disitu saya dikenalkan pada komunitas tenis kursi roda Bantul, lalu saya iseng-iseng ke lapangan, lihat-lihat senior main, lama kelamaan nyoba kursi roda dan raket. Tahun 2012 ada event PEPARNAS di Riau, sebenarnya saya tidak tertarik untuk ikut, karena masih sekolah SMA kelas 1, saya gak mau ninggalin sekolah karena mau ujian kenaikan kelas," tutur
"Nama saya sudah didaftarkan oleh pengurus NPC Kabupaten Bantul, mau ndak mau saya harus latihan dan ikut, di situ saya nangis karena takut kalau izin sekolah terlalu lama sampai dua minggu, tetapi ternyata dari sekolah mengizinkan," tambah dia.
Setelah event PEPARNAS Riau, Ndaru selalu rutin menjadi langganan atlet tenis kursi roda hingga sekarang. Semangat pantang menyerah dan menggali potensi diri selalu ia gaungkan untuk teman-teman sesama penyandang disabilitas.
"Jangan takut mencoba, jangan bilang enggak bisa. Kalau Sudah nyoba tapi tidak bisa, boleh mencari alternatif lain, tetapi kalau belum mencoba tapi bilang tidak bisa itu namanya sudah menyerah," tegas Ndaru.