Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

10 Peribahasa Jawa Menggunakan Nama Hewan, Ada Gajah?

ilustrasi gajah (pixabay.com/Jonny_Joka)

Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang memiliki penutur paling banyak di Indonesia. Sama halnya seperti bahasa Indonesia, bahasa Jawa juga memiliki peribahasa atau biasa disebut dengan "paribasan". Peribahasa Jawa ini sangat identik dengan kehidupan masyarakat Jawa sehari-hari. 

Uniknya, ada peribahasa Jawa yang menggunakan nama hewan dalam kalimatnya. Berikut 10 peribahasa Jawa penuh makna yang menggunakan nama hewan.

1. Ana gula ana semut

ilustrasi semut mendatangi gula (pixabay.com/PaulNI)

Peribahasa "ana gula ana semut" memiliki makna tempat yang banyak rejeki pasti didatangi banyak orang. Peribahasa ini juga bermakna sama seperti gula yang didatangi semut karena rasanya manis.

Peribahasa ini sama dengan peribahasa Indonesia "ada gula ada semut" yang artinya dimana banyak kesenangan di situlah banyak orang datang. Perbedaannya hanya terletak pada bahasa yang digunakan, bukan artinya.

2. Asu rebutan balung

ilustrasi anjing menggigit tulang (pixabay.com/jameslee)

Peribahasa "asu rebutan balung" memiliki makna memperebutkan sesuatu yang sepele atau tidak penting. Asu rebutan balung berarti anjing yang berebut tulang.

Anjing diibaratkan sebagai orang yang memperebutkan sesuatu, sedangkan tulang diibaratkan sebagai barang yang tidak berharga. Hal ini mungkin berbanding terbalik dengan sudut pandang anjing dimana tulang adalah barang yang berharga.

3. Bebek mungsuh mliwis

ilustrasi bebek (pixabay.com/MolnarSzabolcsEldery)

Peribahasa "bebek mungsuh mliwis" memiliki makna bersaing dengan sesama orang pintar. Bebek dan mliwis (belibis) diibaratkan orang yang sama-sama pintar atau sepadan karena keduanya adalah jenis burung yang suka air.

Bebek yang bermusuhan dengan mliwis sama artinya dengan orang pintar yang bermusuhan dengan orang pintar juga. Kata bermusuhan atau bersaing disini bersifat umum, bisa dalam hal kekayaan, kekuatan, dan lainnya.

4. Cecak nguntal cagak

ilustrasi cicak (pixabay.com/jeh6)

Peribahasa "cecak nguntal cagak" memiliki makna menginginkan hal yang tidak seimbang dengan kekuatan atau kemampuan. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya cicak makan tiang. 

Cicak ini diibaratkan sebagai seseorang yang menginginkan sesuatu namun tidak melihat kemampuannya sehingga mustahil dapat dikerjakan. Bagaimana bisa seekor cicak makan tiang?

5. Enggon welut didoli udhet

ilustrasi belut (pixabay.com/PENEBAR)

Peribahasa "enggon welut didoli udhet" memiliki makna orang pandai ditunjuki kepandaian yang tidak seberapa. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi tempat belut dijuali anak belut.

Belut dalam hal ini mewakili orang pandai atau tempatnya orang pandai, sedangkan anak belut mewakili orang yang pandainya tidak seberapa, karena posisinya lebih rendah atau lebih kecil dibanding dengan belut.

6. Gagak nganggo lare merak

ilustrasi burung merak (pixabay.com/VMonte13)

Peribahasa "gagak nganggo lare merak" memiliki makna orang biasa/kecil berperilaku atau bertindak seperti orang penting/besar. Peribahasa ini berarti gagak yang mengenakan bulu merak.

Secara umum, hal ini menggambarkan orang biasa (gagak) berlagak seperti orang penting (merak). Peribahasa ini juga sering digunakan untuk mengibaratkan perilaku jahat yang ditutupi dengan perbuatan baik.

7. Gajah alingan suket teki

ilustrasi gajah (pixabay.com/Jonny_Joka)

Peribahasa "gajah alingan suket teki" memiliki makna sifat atau perilaku lahir dengan batin yang tidak sama atau suka berpura-pura pasti akan terlihat. Peribahasa ini diibaratkan seekor gajah yang berlindung dibalik rumput kecil. Hal ini bermakna bahwa sifat yang dibuat-buat pasti akan terlihat. 

8. Iwak lumebu wuwu

ilustrasi ikan masuk perangkap (pixabay.com/chanwity)

Peribahasa "iwak lumebu wuwu" memiliki makna orang yang mudah dibohongi. Iwak artinya ikan, lumebu artinya masuk, dan wuwu artinya bubu atau perangkap ikan. Ikan yang masuk ke dalam perangkap diibaratkan sebagai seseorang yang mudah sekali tertipu.

9. Njagakake endhoge si blorok

ilustrasi ayam bertelur (pixabay.com/Pexels)

Peribahasa "njagakake endhoge si blorok" memiliki makna berharap sesuatu yang belum pasti. Endhog blorok berarti telur warna-warni. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia secara utuh, peribahasa tersebut berarti mengharapkan telur warna-warni.

Karena telur ayam tidak mungkin berwarna-warni, maka dari itu peribahasa tersebut bermakna mengharapkan sesuatu yang belum pasti atau sulit terjadi.

10. Kebo nyusu gudel

ilustrasi kerbau dan anaknya (pixabay.com/pixel2013)

Peribahasa "kebo nyusu gudel" memiliki makna orang yang lebih tua meminta pendapat ke orang yang lebih muda. Kebo adalah kerbau, sedangkan gudel adalah anak kerbau. Kerbau yang menyusu kepada anak kerbau diartikan sebagai orang tua yang belajar atau mencari ilmu kepada orang yang lebih muda.

Itulah 10 peribahasa Jawa yang menggunakan nama hewan dalam kalimatnya. Ternyata maknanya dalam juga, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us