Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fadly Zon Sebut Pesantren Bisa Jadi Motor Pelestarian Budaya Indonesia

idntimes.com
Menteri Kebudayaan RI, Fadly Zon saat menilik bedug yang ada di Ponpes Al Fallah didampingi Pengasuh Ponpes KH. Ahmad Sobri pada Kamis malam, (11/9/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)
Intinya sih...
  • Pesantren sebagai pusat kreativitas budaya
  • Budaya Islam yang damai dan berakulturasi
  • Dukung taman baca dan musium sastra Ahmad Tohari
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyumas, IDN Times - Menteri Kebudayaan Fadly Zon melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fallah, Purwokerto. Kedatangannya disambut hangat oleh pengasuh ponpes, KH Ahmad Sobri termasuk 1300 santri, Kamis (11/9/2025).

Fadly menyebut, pesantren punya peran besar dalam mengembangkan kebudayaan nasional, selain itu menegaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tidak tertandingi. Dari hasil perjalanannya ke 101 negara, ia menyaksikan berbagai museum, namun menurutnya, kebudayaan Nusantara tetap yang paling unik.

"Dari Aceh sampai Papua, seni, sastra, permainan tradisional, hingga kuliner lokal adalah ekspresi budaya yang luar biasa, Indonesia punya 1.340 suku bangsa dan 718 bahasa daerah. Banyak di antaranya sudah diakui UNESCO, seperti batik, wayang, keris, angklung, hingga kebaya,"ujarnya kepada IDN Times.

1. Peran pesantren dalam melestarikan budaya

idntimes.com
Fadly Zon (kiri) saat berada di kediaman budayawan Ahmad Tohari, Kamis (11/9/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Menteri Fadly Zon melihat pesantren bisa menjadi pusat kreativitas budaya. Dengan jumlah lebih dari 42 ribu pesantren di Indonesia, santri bisa melahirkan festival, karya film, hingga seni pertunjukan yang berakar dari tradisi pesantren.

"Kalau pesantren membuat film yang menampilkan tari, musik, dan karya sastra khas pesantren, itu akan menjadi sejarah baru, media sosial juga bisa menjadi platform ampuh untuk mengenalkan budaya Indonesia ke dunia," katanya.

Ia mencontohkan Pacu Jalur, lomba perahu tradisional di Riau yang sudah berlangsung lebih dari seabad. Tradisi ini baru populer kembali setelah viral di media sosial. Begitu juga karya sastra “Ronggeng Dukuh Paruk” asal Banyumas yang sudah diadaptasi menjadi film. "Talenta di pesantren luar biasa, bahkan ada sastrawan dunia dari Tinggarjaya, Banyumas, yang karyanya diangkat ke layar lebar,"imbuhnya.

2. Budaya Islam yang damai dan berakulturasi

idntimes.com
Menteri Fadly Zon (tengah berpeci) saat hadir di Ponpes Al Fallah yang mengupas sejarah dan kebudayaan Islam, Kamis (11/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Fadly juga menyinggung temuan cagar budaya yang menunjukkan interaksi Islam sejak abad ke-7, salah satunya koin dinasti Umayyah di Tapanuli Selatan.

Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa Islam masuk ke Indonesia secara damai dan berakulturasi dengan budaya lokal. "Masjid Demak adalah contoh dialog budaya, karena itu, pesantren juga bisa membangun museum budaya pesantren, seperti Museum KH Hasyim Asy’ari di Jombang,"jelasnya.

Fadly mengingatkan bahwa memajukan kebudayaan adalah perintah konstitusi. “UUD 1945 Pasal 34 jelas menyebutkan negara wajib memajukan kebudayaan. maka pesantren, santri, dan masyarakat semua punya peran di dalamnya,"katanya.

3. Dukung taman baca dan musium sastra Ahmad Tohari

idntimes.com
Kementerian kebudayaan mensupport perpustakaan taman baca dan musium Ahmad Tohari yang hingga kini mencapai progres 62 persen pembangunan, Kamis (11/9/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Sebelumnya, Menteri Fadly Zon menyempatkan berkunjung ke kediaman Budayawan Banyumas Ahmad Tohari yang berada tak jauh dari Ponpes Al Fallah. Selain bersilaturahmi, Ia juga menilik progres pembangunan Taman Baca dan musium sastra Ahmad Tohari yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan.

"Selain silaturahmi, karena pak Ahmad Tohari ini sudah puluhan tahun berteman, dan sebagai menteri budaya saya sangat mendukung dan ikut berkontribusi terhadap pengembangan perpustakaan taman bacaaan dan musium sastra agar bermanfaat untuk kembali kepada budaya baca,"katanya.

Selain itu Ia juga menekankan substansi budaya lokal harus dipertahankan dengan berkarya mengangkat tema tradisional."Karena dari situ kita bisa melihat seperti Ronggeng Dukuh Paruk royaltinya juga cukup banyak,"katanya disambut tawa yang hadir.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

5 Cara Elegan Bikin Mantan Nyesel Tanpa Perlu Balas Dendam

12 Sep 2025, 08:30 WIBLife