Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Citra Satelit Perlihatkan Area Terbuka di Gunung Slamet, Dugaan ada Penambangan

idntimes.com
Kenampakan citra Google Earth yang memperlihatkan jalur bukaan jalan hauling (jalan tambang yang mengarah ke atas punggungan bukit (Inzet sebelah baratlaut dari G. Rataamba; 1.971 mdpl) yang bersumber dari Citra Google Earth, 31 Desember 2020, Rabu (10/12/2025).(IDN Times/Dok. M. Aziz Muslim)
Intinya sih...
  • Citra satelit picu dugaan penambangan terbuka
  • Tak ada izin tambang di MinerbaOne ESDM, tapi jejak dipertanyakan
  • Perlu ditelusuri bekas eksplorasi PLTPB atau aktivitas galian?
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Purwokerto, IDN Times - Dugaan aktivitas penambangan material batuan dan pasir di wilayah lereng hingga punggungan Gunungapi Slamet kembali memicu polemik. Warga di sejumlah desa kaki gunung mengaku cemas terhadap potensi kerusakan lingkungan, sementara pemerintah diminta memastikan ada atau tidaknya kegiatan tambang di kawasan yang memiliki ketinggian lebih dari 1.500 mdpl itu.

Kepada IDN Times, Rabu (10/12/2025) Ir. Mochammad Aziz, S.T., M.T., akademisi sekaligus pemerhati geologi dan pertambangan, menilai bahwa fenomena "aktivitas tambang" yang selama ini ramai dibicarakan harus dibuktikan dengan data dan pengecekan langsung di lapangan.

Menurutnya, sejumlah citra Google Earth memang memperlihatkan area terbuka berwarna cokelat pada lereng barat daya Gunung api Slamet yang tampak seperti terasering tambang.

1. Citra satelit picu dugaan penambangan terbuka

idntimes.com
Ir. Mochammad Aziz, S.T., M.T., akademisi sekaligus pemerhati geologi dan pertambangan yang juga dosen Unsoed Purwokerto, Rabu (10/12/2025).(IDN Times/Foto: Humas Unsoed)

Aziz menyebut adanya zona terbuka yang rapi mirip desain tambang open pit pada elevasi sekitar 1.971 mdpl. Pola area tersebut dianggap tidak mirip kegiatan eksplorasi acak seperti yang pernah dilakukan PT Sejahtera Alam Energi (SAE) pada proyek panas bumi (PLTPB), melainkan lebih menyerupai bench tambang yang sistematis.

"Rona citra yang terlihat rapi ini menimbulkan pertanyaan baru, apakah benar ada aktivitas mining di wilayah lereng maupun punggungan Gunungapi Slamet?"ujarnya.

Menurutnya, dalam peta geologi regional Purwokerto-Tegal (Djuri dkk., 1996), kawasan tersebut memang didominasi batuan Gunungapi Slamet Tak Terurai (Qvs) berupa breksi, lava, dan tuf yang secara geologi berpotensi menjadi target pengambilan material.

2. Tak ada izin tambang di MinerbaOne ESDM, tapi jejak dipertanyakan

idntimes.com
Penampakan teras atau bench yang diperkirakan bentukan dari mesin eskavator dalam menggali dan membuat pola yang rapi seperti jenjang terasering atau dibuat bench pada lerengnya, Rabu (10/12/2025).(IDN Times/Tangkapan layar@Aziz)

Secara administratif, data MinerbaOne ESDM dan MODI ESDM tidak menunjukkan adanya perusahaan pemegang izin tambang batuan atau pasir di wilayah tersebut. Namun paradoks muncul karena citra lapangan memperlihatkan lereng yang tampak dikupas rapi.

Aziz menekankan pentingnya verifikasi lapangan oleh tim ESDM provinsi maupun Satgas penertiban tambang ilegal.

"Ketidakpastian informasi justru membuat kecemasan masyarakat makin besar, termasuk pemerintah kabupaten dan provinsi,"katanya.

3. Perlu ditelusuri bekas eksplorasi PLTPB atau aktivitas galian?

idntimes.com
Penampakan design bangunan dan jalan hauling (tambang?) yang cukup rapi, tertata, dan terarah, Rabu (10/12/2025).(ISN Times/Tangkapanayar@Aziz)

Dari hasil penelusuran citra, area yang diduga mengalami pengupasan tampak berada di barat laut Curug Lima Kedungbanteng hingga barat Curug Igir Duwur. Lokasi itu sejajar dengan jalur proyek panas bumi yang sempat dihentikan.

"Isu tambang dan isu rencana berlanjutnya kembali proyek PLTPB sama sama beredar, ini harus dicermati dengan pengamatan teknis langsung dari Kedungbanteng menuju G. Rataamba," jelasnya.

Aziz menilai sebagian jejak itu bisa saja merupakan akses eksplorasi lama. Namun tanpa pengecekan resmi, kecurigaan masyarakat sulit diredam.

4. Mitigasi wajib diperketat, potensi bencana mengintai

idntimes.com
Penampakan sebahagian Lembar Peta Geologi Regional Lembar Purwokerto-Tegal, Skala 1 : 100.000 (M. Djuri, H. Samodra, T.C. Amin, dan S. Gafoer; 1996), Rabu (10/12/2025).(IDN Times/Tangkapan layar @Aziz)

Menurutnya, wilayah berlereng terjal di atas 1.500 mdpl sangat rentan terhadap longsor maupun banjir bandang jika ada pembukaan lahan tanpa standar reklamasi. Ia mengingatkan bahwa kawasan Gunung api Slamet adalah aset geologi yang perlu dikelola secara berkelanjutan.

"Penertiban illegal mining, pengawasan mining access, hingga jaminan pascatambang wajib dibuat ketat agar tidak muncul bencana yang tidak diharapkan,"katanya.

Ia juga menekankan bahwa kolaborasi masyarakat, akademisi, LSM, investor, dan dinas teknis sangat penting agar pemanfaatan sumber daya mineral tetap sejalan dengan prinsip green sustainable mining.

Aziz menutup analisanya dengan ajakan kepada pemerintah untuk melakukan inspeksi lapangan dan mengumumkan hasilnya secara terbuka agar polemik dapat dihentikan.

"Ketakutan masyarakat harus dijawab dengan data dan tindakan, tanpa itu, ruang munculnya disinformasi akan terus terbuka,"ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

Citra Satelit Perlihatkan Area Terbuka di Gunung Slamet, Dugaan ada Penambangan

10 Des 2025, 11:02 WIBLife