Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

3 Beban Mental yang Sering Dirasakan oleh Anak Terakhir, Bikin Sedih

ilustrasi seorang perempuan yang sedang bersedih (pexels.com/Liza Summer)
Intinya sih...
  • Anak terakhir sering dipandang sebagai anak beruntung karena mendapat kehidupan lebih layak dan perlindungan dari orangtua saat diserang oleh kakaknya.
  • Tidak semua anak terakhir mendapatkan keistimewaan untuk dimanjakan, banyak yang harus menerima barang bekas kakaknya dan didorong untuk memiliki pencapaian lebih mengesankan.
  • Sering kali hanya anak terakhir yang merawat kedua orangtuanya, membuat mereka merasa kurang adil dibandingkan kakak-kakaknya yang bebas mengejar mimpinya di luar kota.

Anak terakhir sering kali dipandang sebagai sosok anak yang paling beruntung. Bagaimana tidak, mereka yang terlahir paling akhir biasanya sudah menikmati kehidupan yang lebih layak, tidak seperti kakak-kakaknya yang lahir pada saat orangtua masih berjuang membangun perekonomian keluarga agar stabil. Tidak hanya itu, seorang adik juga memiliki privilege tersendiri karena sering mendapatkan perlindungan dari orangtua saat “diserang” oleh kakaknya.

Terlepas dari semua keuntungan tersebut, menjadi anak terakhir ternyata juga memiliki perjuangannya sendiri. Tidak jarang mereka harus menghadapi situasi sulit yang bahkan tidak dialami oleh kakak-kakaknya. Jika kamu juga terlahir sebagai anak terakhir, mungkin akan turut merasakan beberapa beban mental yang kerap bikin sedih berikut ini.

1.Terkadang harus puas menggunakan barang-barang bekas kakaknya

ilustrasi barang-barang bekas yang masih layak guna (pexels.com/cottonbro studio)

Tidak dapat dimungkiri bahwa orangtua biasanya kerap memanjakan anak terakhir. Dianggap sebagai anak yang paling butuh perlindungan, mereka bisa dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Jelas hal ini terdengar sangat menyenangkan.

Namun, ternyata tidak semua anak terakhir mendapatkan keistimewaan untuk dimanjakan dan dikabulkan semua keinginannya semacam itu. Banyak dari mereka yang harus rela menerima barang-barang bekas kakaknya karena dianggap masih layak digunakan. Tentu mereka bisa tetap bersyukur, tetapi bukan hal yang salah juga sebagai manusia biasa untuk merasa gengsi karena tidak dapat menikmati barang baru seperti teman-temannya.

2.Dituntut untuk jauh lebih sukses dari kakaknya

ilustrasi seseorang yang merasa stres (pexels.com/Karolina Grabowska)

Meski kerap mendapatkan limpahan kasih sayang ekstra dari kedua orangtua, ternyata anak terakhir tidak selalu bebas dari tekanan. Pasalnya, mereka justru didorong untuk memiliki pencapaian yang jauh lebih mengesankan dari kakak-kakaknya. Ketika belum memenuhi ekspektasi, orangtua sering membandingkan mereka dengan saudara yang lain.

Memang mendorong untuk meraih kesuksesan besar tidak keliru, justru harus dilakukan agar anak bisa membangun masa depan yang lebih terjamin. Sayangnya, terkadang cara orangtua yang kurang tepat dapat menimbulkan ketakutan tersendiri. Alih-alih membuat anak terakhir semakin termotivasi, keadaan tersebut malah menjadikan mereka merasa tidak berharga bila belum melebihi kehebatan kakak-kakaknya.

3.Kerap diminta tinggal di rumah untuk menjaga orangtua

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/SHVETS Production)

Merawat kedua orangtua saat usia mereka sudah semakin senja merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan oleh setiap anak. Pasalnya, selama ini mereka telah memberikan jiwa dan raga untuk membesarkan buah hatinya hingga menjadi sosok terhormat dan punya bekal hidup yang berharga. Ketika sudah berhasil mencapai segalanya, sudah semestinya anak bergantian berbuat baik kepada orangtuanya.

Namun, sering dijumpai keadaan di mana hanya anak terakhir yang merawat kedua orangtuanya. Kemungkinannya ada dua, yaitu mereka diminta oleh orangtua untuk tinggal dirumah dan merawatnya atau “dihadiahi” tugas tersebut oleh kakak-kakaknya yang sudah memiliki keluarga di perantauan.

Sebenarnya bukan perkara tidak ikhlas atau merasa terbebani, hanya saja anak terakhir sering merasa situasi ini kurang adil. Orangtua memberikan kebebasan bagi anak-anak yang lebih tua untuk mengejar mimpinya ke mana saja, sedangkan mereka diminta untuk tetap berada di rumah. Memang berat, tetapi apa lagi yang bisa dilakukan selain menuruti perintah tersebut?

Anak terakhir memang biasanya mendapatkan porsi kasih sayang ekstra dari kedua orangtuanya. Kendati demikian, mereka juga berjuang menghadapi tantangan hidup yang kerap kali membebani mental. Kalau berada di posisi seperti ini, apa yang akan kamu lakukan?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ratna Kurnia Ramadhani
EditorRatna Kurnia Ramadhani
Follow Us