4 Tips Menengahi Anak-anak yang Bertengkar, Hindari Memihak!

- Anak-anak sering bertengkar karena perbedaan pendapat, keinginan, atau memperebutkan sesuatu.
- Orangtua harus tetap tenang, mendengarkan kedua pihak tanpa memihak, dan mengajarkan anak untuk mengungkapkan perasaan dengan kata-kata.
- Orangtua perlu mengajarkan konsep berbagi, kompromi, dan menggunakan pertengkaran sebagai momen pembelajaran yang berharga.
Anak-anak sering kali bertengkar karena berbagai faktor yang berbeda, mulai dari perbedaan pendapat, keinginan, atau memperebutkan sesuatu. Walau memang hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi, namun konflik ini memang harus ditangani dengan bijak agar nantinya tidak sampai menjadi kebiasaan negatif yang mungkin dapat memengaruhi hubungan antar saudara atau pun teman.
Sebagai orangtua tentunya penting sekali untuk berperan dalam menjadi penengah yang adil di antara anak-anaknya. Hal ini termasuk untuk membantu anak-anak menyelesaikan masalah mereka sambil terus mengajarkan nilai-nilai, seperti kompromi, kerjasama, empati, dan juga berbagi. Simaklah beberapa tips efektif berikut ini untuk menengahi anak-anak yang bertengkar agar nantinya tidak sampai harus memihak.
1. Tetap tenang dan jangan langsung menyalahkan

Pada saat anak-anak bertengkar selalu usahakan untuk tetap bersikap tenang dan tidak langsung menyalakan salah satu pihak, sebab ini akan menjadi kebiasaan yang buruk. Reaksi yang emosional akan semakin memperburuk situasi atau bahkan membuat anak jadi merasa tidak dipahami atau disayang oleh orangtuanya.
Coba dengarkan terlebih dahulu alasan dari kedua pihak dengan sabar tanpa terkesan memotong atau pun menghakimi. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan segala perasaannya dengan cermat. Berusahalah untuk bersikap netral, termasuk menunjukkan bahwa semua pihak mendapatkan perhatian yang sama, sehingga nantinya akan mengajarkan anak untuk lebih terbuka dalam mencari solusi.
2. Ajarkan anak untuk mengungkapkan perasaan dengan kata-katanya

Ada banyak konflik yang bisa terjadi antara anak-anak karena memang mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Sebetulnya orangtua bisa mengajarkan anak untuk mengungkapkan perasaannya menggunakan kata-kata, bukan melalui tindakan fisik, seperti pada saat marah atau pun merasa kesal.
Salah satu contohnya adalah jika memang anak tidak suka apabila mainannya direbut, maka sebaiknya sampaikan hal tersebut dengan jelas daripada harus bereaksi menangis atau berteriak. Setidaknya hal tersebut akan membiasakan anak untuk mengungkapkan perasaan yang mereka miliki secara verbal, sehingga konflik yang terjadi bisa lebih mudah diselesaikan dan anak pun memahami pentingnya komunikasi.
3. Ajarkan pentingnya berbagi dan kompromi

Pertengkaran sering kali terjadi karena anak anak mungkin memperebutkan sesuatu yang mereka anggap penting. Pada situasi seperti ini orangtua harus mengajarkan anak mengenai konsep berbagi dan keinginan untuk berkompromi agar bisa sama-sama mencapai solusi yang adil, sehingga tidak sampai terus bertengkar satu sama lainl
Salah satu contohnya jika anak-anak bertengkar mengenai mainan, maka orangtua bisa membantu mereka untuk menentukan giliran bermain berdasarkan waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Coba jelaskan pada anak bahwa berbagi bukan hanya membuat mereka menjadi adil, namun juga membantu menikmati aktivitas bersama-sama. Setidaknya melalui cara tersebut, maka anak akan belajar bahwa kompromi merupakan bagian penting dalam proses interaksi sosial yang dilakukan.
4. Gunakan konflik sebagai peluang untuk belajar

Setiap pertengkaran yang mungkin terjadi pada anak-anak, sebaiknya dijadikan momen tersebut sebagai pembelajaran yang berharga. Setelah suasana sudah mulai mereda, coba diskusikan dengan anak mengenai apa yang terjadi dan bagaimana cara mereka untuk mencegah konflik serupa di masa depan, sehingga nantinya tidak sampai terulang kembali.
Coba tanyakan pada anak apa yang mungkin bisa menjadi solusi agar nantinya pertengkaran tersebut tidak sampai terulang. Mungkin saja jika orangtua dapat melibatkan anak dan menjadi solusi, maka nantinya anak-anak dapat belajar caranya bertanggung jawab atas segala tindakan yang mereka lakukan, serta memahami bahwa konflik tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang lebih baik. Hal tersebut akan membantu anak untuk membangun keterampilan problem solving sejak dini.
Menengahi anak-anak yang bertengkar memang membutuhkan kesabaran dan pendekatan yang tepat. Hal ini dilakukan agar nantinya anak bisa memahami konflik yang terjadi, serta mencegah hal tersebut terulang kembali di kemudian hari. Ingatlah bahwa tujuan utama bukan hanya menghentikan pertengkaran, namun juga membentuk anak menjadi pribadi yang bijak dalam menghadapi perbedaan!