5 Fakta Penilaian Diri dari Hasil Luka yang Belum Sembuh, Pahami

- Trauma dan luka batin bisa membuat otak mencari jalan pintas dengan menghakimi orang lain untuk merasa aman.
- Trauma masa kecil dapat menyebabkan seseorang salah tafsir terhadap situasi biasa dan cenderung melompat pada kesimpulan cepat.
- Kekerasan emosional waktu kecil dapat mengubah struktur otak, membuat seseorang lebih mudah tersulut emosi dan salah membaca situasi di kemudian hari.
Pernah gak merasa langsung menilai seseorang dengan keras, lalu belakangan sadar kalau sebenarnya gak tahu banyak soal mereka? Nah, penilaian itu seringnya bukan tentang mereka, tapi tentang diri sendiri.
Otak kamu suka pakai jalan pintas buat merasa aman, apalagi kalau masih ada luka lama yang belum beres. Nah, ini dia 5 alasan kenapa trauma yang gak tersentuh ini bikin cara pandang kamu jadi miring. Yuk simak!
1. Menilai orang sering jadi cara palsu merasa aman

Saat hidup terasa berantakan, otak bakal cari jalan cepat buat merasa semua terkendali. Salah satunya: menghakimi orang lain. Ini lebih sering terjadi kalau ada luka emosional yang belum sembuh, di mana otak berusaha menghindari rasa rentan dengan cepat ngecap orang.
Orang yang pernah mengalami trauma masa kecil cenderung merasa hidupnya dikendalikan faktor luar. Akibatnya, ada dorongan kuat buat menghakimi supaya tetap merasa berkuasa.
2. Trauma bikin cara pandang jadi kabur

Trauma gak cuma bikin hati luka, tapi juga ngubah cara kamu melihat dunia. Orang yang punya luka emosional yang belum beres cenderung salah tafsir. Situasi biasa aja bisa terasa kayak ancaman besar.
Trauma masa kecil bisa bikin otak suka lompat ke kesimpulan cepat atau salah paham maksud orang. Akhirnya, orang bisa kelihatan jahat padahal sebenarnya nggak. Ini jelas ngaruh ke hubungan sosial dan bikin salah paham makin sering.
3. Luka batin sering diubah jadi menyalahkan orang

Kalau rasa sakit di dalam diri belum dibereskan, kamu jadi gampang banget memproyeksikan rasa itu ke orang lain. Tanpa sadar, orang lain yang kena semprot, padahal masalahnya ada di dalam diri sendiri.
Ada teori 'just-world' yang bilang kalau orang cenderung percaya semua hal terjadi karena pantas. Ini kadang jadi tameng biar kamu gak ngerasa dunia itu kejam, tapi efek sampingnya malah suka nyalahin korban atau ngehakimi orang seenaknya.
4. Pengalaman masa kecil bentuk reaksi dewasa

Apa yang terjadi waktu kecil, diam-diam nge-set reaksi kamu waktu dewasa. Kalau dulu sering dapat pengalaman negatif, otomatis reaksi emosional jadi lebih meledak-ledak.
Kekerasan emosional waktu kecil bisa mengubah struktur otak, khususnya bagian yang ngatur emosi dan kontrol diri. Ini bikin orang lebih gampang kebawa emosi, gampang curiga, dan salah baca situasi di kemudian hari.
5. Penyembuhan dimulai dari diri sendiri

Menyadari kalau penilaian kamu ke orang lain mungkin datang dari luka lama itu langkah awal buat sembuh. Begitu kamu mulai ngerti apa yang sebenarnya jadi pemicu, kita jadi bisa ngasih reaksi yang lebih sehat.
Terapi seperti cognitive-behavioral therapy banyak bantu orang buat beresin trauma masa lalu dan bangun cara pikir yang lebih sehat. Dengan lebih kenal diri sendiri, kamu bisa lebih bijak dan lembut dalam menilai orang lain.
Menerima bahwa penilaian tajam ke orang lain sering kali cerminan luka batin sendiri itu membebaskan banget. Dengan berani hadapi dan obati trauma masa lalu, kamu bisa bangun hubungan yang lebih tulus dan sehat. Yuk, mulai lebih kenal diri sendiri dan kasih diri sendiri ruang buat sembuh!