5 Fenomena Unik Schadenfreude: Kenapa Senang Melihat Orang Gagal?

- Schadenfreude adalah kesenangan atas penderitaan orang lain, terjadi tanpa disadari dalam berbagai situasi sehari-hari.
- Merasa senang saat melihat orang sombong gagal, menikmati kegagalan rival, dan puas melihat kesalahan teman kerja adalah contoh fenomena schadenfreude.
- Perasaan ini bisa merusak hubungan sosial dan membuat sulit merasa bahagia secara tulus, sehingga penting untuk mengenali situasi yang memicu schadenfreude.
Pernah gak sih, kamu merasa sedikit puas atau senang saat melihat orang lain gagal? Kalau pernah, kamu sebenarnya sedang merasakan sesuatu yang disebut schadenfreude. Kata ini berasal dari bahasa Jerman yang berarti “kesenangan atas penderitaan orang lain.” Meski terdengar gak baik, ternyata schadenfreude adalah fenomena yang wajar dialami manusia. Biasanya, ini muncul tanpa disadari, terutama dalam situasi tertentu.
Namun, bukan berarti kamu boleh memelihara perasaan ini. Kalau dibiarkan, schadenfreude bisa merusak hubungan sosial dan membuatmu sulit merasa bahagia secara tulus. Nah, biar lebih paham, yuk kenali 5 fenomena unik schadenfreude yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari!
1. Ketika orang yang sombong "jatuh"

Pernah merasa lega saat melihat orang yang sombong akhirnya gagal? Ini salah satu bentuk schadenfreude yang cukup umum. Ketika seseorang terus-menerus memamerkan kesuksesannya atau meremehkan orang lain, kegagalan mereka terasa seperti "karma" yang memuaskan.
Fenomena ini muncul karena kamu cenderung gak suka dengan sikap angkuh dan merasa bahwa kegagalan mereka adalah pelajaran yang pantas. Tapi hati-hati, meski terlihat wajar, perasaan ini bisa jadi tanda bahwa kamu kurang berempati. Sebaiknya, gunakan momen ini untuk introspeksi diri, bukan untuk merayakan kegagalan orang lain.
2. Sainganmu mengalami kegagalan

Saat sedang bersaing, baik itu dalam pekerjaan, sekolah, atau olahraga, ada kepuasan tersendiri saat rival kamu gagal. Fenomena ini terjadi karena kamu merasa "aman" dari ancaman mereka. Perasaan ini makin kuat jika kamu punya hubungan kompetitif yang intens, seperti rivalitas di tempat kerja.
Meski wajar dalam batas tertentu, merayakan kegagalan pesaing bisa menciptakan hubungan yang kurang sehat. Daripada fokus pada kegagalan mereka, lebih baik jadikan kompetisi sebagai motivasi untuk memperbaiki diri.
3. Ketika orang yang dianggap "beruntung" mengalami masalah

Orang yang selalu terlihat “beruntung” sering jadi sasaran schadenfreude. Kamu cenderung menganggap mereka gak mengalami perjuangan seperti kamu, sehingga ketika mereka menghadapi kesulitan, ada rasa puas yang muncul.
Fenomena ini sebenarnya lebih mencerminkan rasa irimu terhadap hidup mereka yang terlihat sempurna. Padahal, semua orang punya masalahnya masing-masing, hanya saja mungkin tidak terlihat. Yuk, coba ubah pola pikir ini dan ingat bahwa setiap orang itu punya tantangannya masing-masing.
4. Melihat tokoh publik jatuh dari "tahta"-nya

Kasus ini sering terjadi dalam dunia hiburan atau politik. Ketika selebritas atau tokoh terkenal menghadapi skandal atau kegagalan, banyak orang merasa puas karena mereka dianggap “turun ke bumi.” Fenomena ini mencerminkan kebutuhamu untuk merasa setara dengan mereka yang biasanya kamu anggap "lebih tinggi."
Meski terasa seperti hiburan, terlalu menikmati kegagalan mereka bisa menciptakan pola pikir negatif. Sebaiknya, fokus pada hal positif dan jangan terlalu membandingkan kehidupanmu dengan orang lain, termasuk tokoh publik.
5. Kesalahan orang lain yang membuat kamu terlihat lebih baik

Pernah gak, merasa senang saat teman kerja melakukan kesalahan karena itu bikin kamu terlihat lebih baik di mata bos? Fenomena ini sering terjadi di lingkungan yang penuh tekanan, seperti tempat kerja atau sekolah. Kamu merasa kegagalan orang lain adalah kesempatan untuk menunjukkan kelebihanmu.
Meski terlihat “menguntungkan,” kebiasaan ini sebenarnya gak baik untuk hubungan jangka panjang. Daripada mencari keuntungan dari kesalahan orang lain, lebih baik bantu mereka untuk bangkit. Ini gak cuma bikin hubungan lebih harmonis, tapi juga menunjukkan sisi empati kamu.
Schadenfreude mungkin fenomena yang wajar, tapi bukan berarti harus dirayakan. Perasaan ini sering muncul karena kamu memproyeksikan rasa iri, tekanan, atau kebutuhan untuk merasa lebih baik dari orang lain. Dengan mengenali situasi yang memicu schadenfreude, kamu bisa belajar untuk lebih memahami dan mendukung orang lain, bukan sekadar menikmati kegagalan mereka.
Yuk, mulai sekarang fokus pada kebahagiaan yang tulus, karena itu jauh lebih memuaskan daripada sekadar menikmati kesulitan orang lain!