Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Indikator Kesehatan yang Berhubungan Langsung dengan Berat Badan

ilustrasi tes kesehatan (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi tes kesehatan (pexels.com/Thirdman)
Intinya sih...
  • Indeks massa tubuh (BMI) berkaitan dengan risiko penyakit seperti diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, batu empedu, dan kanker tertentu.
  • Lingkar pinggang dan rasio pinggang-pinggul bisa menjadi prediktor risiko kematian yang lebih akurat dibanding BMI, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi memiliki kaitan erat dengan berat badan dan dapat memicu stroke, serangan jantung, bahkan kerusakan ginjal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kenapa sih kamu sebaiknya memperhatikan ukuran tubuh yang lain, bukan cuma angka di timbangan? Lima indikator kesehatan berikut ini punya hubungan kuat dengan berat badan, dan bisa jadi petunjuk penting untuk melihat kondisi tubuh secara keseluruhan.

Kamu bakal tahu apa saja yang perlu diperhatikan, risiko apa yang mungkin muncul, dan langkah sederhana yang bisa kamu mulai dari sekarang. Yuk, simak selengkapnya!

1. Indeks massa tubuh (BMI)

ilustrasi orang gemuk (pixabay.com/jarmoluk)
ilustrasi orang gemuk (pixabay.com/jarmoluk)

BMI atau indeks massa tubuh adalah cara praktis untuk menghitung estimasi lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan. Angka ini membagi orang dewasa ke dalam beberapa kategori: kurus (di bawah 18,5), normal (18,5–24,9), kelebihan berat badan (25–29,9), dan obesitas (30 ke atas). Meski tergolong simpel dan gratis, BMI punya keterbatasan karena gak melihat seberapa besar otot, kepadatan tulang, atau distribusi lemak di tubuh. Jadi, seseorang yang atletis bisa masuk kategori obesitas padahal tubuhnya fit.

Walaupun gak sempurna, BMI tetap berkaitan erat dengan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, jantung, tekanan darah tinggi, batu empedu, dan kanker tertentu. Melacak perubahan BMI dari waktu ke waktu bisa membantumu memahami tren berat badan dan risiko penyakit. Bahkan penurunan berat badan sebesar 5–10% saja dari total berat tubuh sudah terbukti berdampak positif terhadap banyak indikator kesehatan.

2. Lingkar pinggang dan rasio pinggang-pinggul

ilustrasi lingkar pinggang (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi lingkar pinggang (pexels.com/cottonbro studio)

Lingkar pinggang dan rasio pinggang-pinggul adalah ukuran penting yang menunjukkan di mana lemak tubuh paling banyak disimpan. Lemak di sekitar perut, apalagi yang menumpuk di sekitar organ dalam (lemak visceral), punya hubungan erat dengan risiko penyakit metabolik. Jika lingkar pinggang melebihi 102 cm untuk pria atau 88 cm untuk wanita, kamu perlu waspada. Begitu juga kalau rasio pinggang-pinggul di atas 1.0 (pria) atau 0.85 (wanita), risikonya meningkat.

Orang dengan bentuk tubuh seperti apel (lemak menumpuk di perut) lebih rentan kena penyakit jantung, diabetes, bahkan kanker, dibanding yang bentuk tubuhnya seperti pir (lemak di pinggul dan paha). Ukuran pinggang-pinggul bisa jadi prediktor risiko kematian yang lebih akurat dibanding BMI, terutama pada orang dewasa yang lebih tua. Jadi, gak ada salahnya mulai mengukur pinggang secara rutin sebagai bagian dari kontrol kesehatan.

3. Tekanan darah

ilustrasi hipertensi (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi hipertensi (pexels.com/Thirdman)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi punya kaitan erat dengan berat badan. Lebih dari 85% penderita hipertensi punya BMI di atas 25. Kelebihan berat badan bisa mengaktifkan sistem tubuh yang menaikkan tekanan darah secara bertahap. Kalau angka tekanan darahmu berada di atas 130/85 mmHg atau kamu sudah harus minum obat untuk mengendalikannya, ini bisa jadi sinyal adanya sindrom metabolik.

Tekanan darah yang terus tinggi bikin jantung bekerja ekstra keras dan bisa merusak pembuluh darah. Ini bisa memicu stroke, serangan jantung, bahkan kerusakan ginjal. Kabar baiknya, penurunan berat badan meski hanya sedikit, bisa membantu menormalkan tekanan darah. Ditambah lagi dengan olahraga teratur dan pola makan yang sehat, tekanan darah bisa turun secara alami tanpa harus bergantung penuh pada obat.

4. Kadar gula darah dan sindrom metabolik

ilustrasi gula darah (unsplash.com/Kate)
ilustrasi gula darah (unsplash.com/Kate)

Berat badan juga memengaruhi kadar gula darah. Kalau kadar gula puasa kamu sudah di angka 100 mg/dL atau lebih, atau HbA1c di atas 5,7%, itu bisa mengarah ke kondisi pradiabetes atau bahkan diabetes. Lemak yang menumpuk di sekitar perut sangat berperan dalam gangguan ini. Sindrom metabolik sendiri bisa didiagnosis kalau kamu punya 3 dari 5 tanda berikut: lingkar pinggang besar, trigliserida tinggi, kolesterol HDL rendah, tekanan darah tinggi, dan kadar gula puasa tinggi.

Punya sindrom metabolik bisa menggandakan risiko kamu terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga perlemakan hati. Tapi kabar baiknya, menurunkan berat badan sebanyak 5% saja dari berat total tubuh bisa memberikan perubahan nyata, gula darah lebih stabil, tekanan darah turun, kolesterol membaik, dan peradangan tubuh ikut menurun. Semua itu bisa tercapai dengan langkah sederhana seperti menjaga pola makan dan rajin bergerak.

5. Kadar lemak darah (Kolesterol dan trigliserida)

ilustrasi obesitas (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi obesitas (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Berat badan berlebih, terutama di bagian perut, biasanya bikin kadar kolesterol jahat (LDL) naik, kolesterol baik (HDL) turun, dan trigliserida melonjak. Kombinasi ini jadi penyebab utama penyumbatan pembuluh darah, yang akhirnya berujung ke risiko serangan jantung dan stroke. Pantauan kadar lemak darah sangat penting untuk jaga jantung tetap sehat.

Dengan mengatur pola makan dan olahraga teratur, kamu bisa memperbaiki profil lemak darah secara signifikan. Kolesterol jahat bisa ditekan, kolesterol baik naik, dan trigliserida turun. Bahkan perubahan kecil seperti mengurangi makanan tinggi lemak trans dan menambahkan aktivitas fisik tiap hari bisa membawa dampak besar. Jadi, jangan tunggu sakit dulu untuk mulai peduli sama kadar kolesterol.

Kelima indikator ini bisa memberi gambaran kondisi tubuhmu yang sebenarnya, lebih dari sekadar melihat angka di timbangan. Kalau salah satu mulai naik, tandanya kamu perlu bertindak. Coba mulai dari langkah kecil, lebih banyak bergerak, jaga pola makan, dan rajin cek kesehatan. Tubuhmu pasti kasih respon positif kalau kamu serius jaga kesehatannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us