Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Penyebab Anak Gampang Meledak Emosinya dan Cara Mengatasinya

ilustrasi anak yang meledak emosinya (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak yang meledak emosinya (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Kurang tidur membuat anak lebih mudah rewel dan emosional
  • Lapar atau gula darah turun bisa memicu anak cepat tersulut emosi
  • Anak yang kesulitan mengungkapkan perasaan cenderung meledak emosinya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap anak pasti pernah mengalami ledakan emosi, entah berupa tangisan, amarah, atau sikap keras kepala. Hal ini sebenarnya wajar, karena anak masih belajar memahami perasaan dan cara menyalurkannya. Namun, jika terlalu sering terjadi, tentu bisa membuat orangtua kewalahan.

Penting bagi orangtua untuk mengetahui penyebab di balik emosi anak yang mudah meledak. Dengan begitu, kamu bisa membantu si kecil mengelola emosinya secara sehat dan penuh kasih sayang. Berikut enam penyebab umum yang perlu kamu waspadai, lengkap dengan cara mengatasinya.


1. Kurang tidur

ilustrasi anak sedang tidur (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak sedang tidur (pexels.com/cottonbro studio)

Kurang tidur membuat anak lebih mudah rewel dan emosional. Tubuh yang lelah membuat anak kesulitan mengendalikan perasaan, sehingga hal kecil bisa memicu tangisan atau kemarahan. Kondisi ini sering terjadi pada anak dengan jadwal tidur yang tidak teratur.

Atasi dengan membangun rutinitas tidur yang konsisten setiap malam. Pastikan kamar anak nyaman, tenang, dan bebas dari gangguan cahaya atau suara. Rutinitas yang teratur akan membantu anak lebih tenang dan stabil secara emosional.


2. Lapar atau gula darah turun

ilustrasi anak sedang makan (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi anak sedang makan (pexels.com/Alex Green)

Perut kosong sering kali jadi pemicu anak cepat tersulut emosi. Gula darah yang menurun bisa membuat anak merasa lemas, tidak nyaman, dan akhirnya mudah marah. Jika dibiarkan, anak bisa mengalami tantrum yang sulit dikendalikan.

Sediakan camilan sehat seperti buah potong, yoghurt, atau biskuit gandum di sela waktu makan. Pastikan anak memiliki jadwal makan yang teratur agar gula darah tetap stabil. Dengan begitu, anak lebih mudah mengendalikan perasaannya.


3. Kesulitan mengungkapkan perasaan

ilustrasi orangtua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi orangtua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Anak yang masih kecil belum sepenuhnya bisa menyalurkan emosi lewat kata-kata. Saat merasa sedih, marah, atau kecewa, mereka lebih memilih berteriak atau menangis. Kondisi ini wajar karena keterbatasan kosakata.

Bantu anak dengan mengenalkan kata-kata sederhana untuk menggambarkan emosi, seperti “sedih”, “marah”, atau “senang”. Ajak mereka mengucapkan kata-kata ini saat mengalami perasaan tertentu. Dengan latihan rutin, anak akan lebih terampil mengekspresikan diri tanpa harus meledak.


4. Terlalu banyak stimulasi

ilustrasi anak sedang belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi anak sedang belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Lingkungan yang terlalu bising atau aktivitas yang terlalu padat bisa membuat anak kewalahan. Overstimulasi ini sering membuat anak sulit berkonsentrasi dan akhirnya meluapkan rasa lelah dengan marah. Orangtua sering kali tidak sadar bahwa anak butuh waktu tenang.

Redakan stimulasi dengan memberi jeda untuk aktivitas santai. Ajak anak membaca buku, mendengarkan musik lembut, atau bermain sendiri di ruang tenang. Keseimbangan antara aktivitas dan waktu istirahat sangat penting untuk kesehatan emosinya.


5. Meniru lingkungan

ilustrasi anak mendengar orangtua bertengkar (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak mendengar orangtua bertengkar (pexels.com/cottonbro studio)

Anak adalah peniru ulung dari perilaku orang di sekitarnya. Jika anak sering melihat orangtua atau orang terdekat meledak emosinya, mereka akan menganggap itu cara normal untuk bereaksi. Lingkungan yang tidak tenang bisa memperburuk kondisi emosional anak.

Jadilah contoh yang baik dalam mengelola emosi. Tunjukkan cara menghadapi marah dengan bernapas dalam-dalam atau berbicara tenang. Dengan melihat teladan yang positif, anak akan belajar mengelola emosinya secara lebih sehat.


6. Kurang perhatian atau kasih sayang

ilustrasi orangtua dengan anak (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi orangtua dengan anak (pexels.com/Yan Krukau)

Kadang, anak meledak hanya untuk menarik perhatian. Saat merasa diabaikan, mereka bisa menggunakan emosi sebagai cara komunikasi. Kondisi ini sering muncul jika anak jarang mendapat waktu khusus bersama orangtua.

Luangkan waktu untuk bermain, mengobrol, atau sekadar memberi pelukan hangat. Kehadiran emosional dari orangtua akan membuat anak merasa aman dan dicintai. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi meledak hanya untuk mendapatkan perhatian.

Ledakan emosi pada anak bisa dicegah dengan memahami penyebabnya dan memberi respons yang tepat. Dengan kasih sayang dan perhatian, anak akan belajar mengelola emosinya secara lebih sehat.



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

6 Penyebab Anak Gampang Meledak Emosinya dan Cara Mengatasinya

24 Sep 2025, 13:00 WIBLife