Cerita Dalang Wayang Potehi, Dirazia Satpol PP saat Pandemik COVID-19

Anak maestro dalang potehi harus jualan angkringan

Beberapa hari menjelang perayaan Imlek tahun ini terasa sangat berbeda bagi Thio Haouw Lie. Hujan yang terus menerus mengguyur Kota Semarang membuatnya lebih banyak berdiam diri di rumah. 

Saat ditemui IDN Times di rumah leluhurnya dekat bantaran Kali Semarang, Haouw Lie tidak ada kesibukan sama sekali. 

Di dalam rumahnya, ia lalu mengeluarkan sebuah kotak besar yang berisi tumpukan boneka kayu. Boneka yang jumlahnya mencapai 60 buah itulah yang mestinya menemani Haouw Lie menggelar pertunjukan wayang potehi saat perayaan Imlek. 

Hari-harinya saat ini hanya dihabiskan dengan merapihkan boneka wayang potehi agar tetap terawat dengan baik. 

"Karena lagi ada wabah virus Corona, jadinya tahun ini gak ada Imlekan. Otomatis saya juga gak bisa manggung," aku lelaki yang punya nama Indonesia Herdian Chandra Irawan tersebut, Sabtu (30/1/2021). 

1. Potehi merupakan boneka kayu yang dimainkan memakai jari tangan

Cerita Dalang Wayang Potehi, Dirazia Satpol PP saat Pandemik COVID-19Dua tokoh wayang potehi dimainkan oleh Thio Haouw Lie di rumahnya. IDN Times/Fariz Fardianto

Potehi sendiri berasal dari kata Po yang artinya kain, Tei artinya sebuah kantong dan Hi yang diartikan sebuah boneka kayu. Boneka potehi terbuat dari kayu mahoni. "Cara mainnya sangat gampang. Tinggal memakai jari telunjuk untuk menggerakan kepalanya, jempol dan ketiga jari untuk menggerakan kedua tangannya," ujarnya. 

Baca Juga: Kisah Para Perajin Gudo Populerkan Potehi hingga ke Pecinan Semarang

2. Dalang wayang potehi biasanya tampil di sejumlah daerah untuk memeriahkan Imlek

Cerita Dalang Wayang Potehi, Dirazia Satpol PP saat Pandemik COVID-19Sebuah tokoh wayang potehi yang sering ditampilkan saat Imlek di Kota Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia mengaku sebelum pandemik, biasanya dirinya kerap menggelar pertunjukan wayang potehi di sejumlah tempat guna memeriahkan perayaan Imlek. Terhitung selama setahun ia kerap wara-wiri manggung di berbagai hotel di Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta hingga luar Jawa. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Tarif yang dibanderol bervariasi. "Saya setiap pentas wayang potehi tarifnya sekitar Rp3 juta, gak terlalu besar yang penting laris dapat orderan manggung. Paling sering ya di Semawis, karena setiap Imlek komunitas Pecinan Semarang rutin menggelar acara menyambut datangnya Imlek," katanya.

3. Selama pandemik, dalang wayang potehi menganggur

Cerita Dalang Wayang Potehi, Dirazia Satpol PP saat Pandemik COVID-19Thio Haouw Lie terlihat merapihkan tumpukan wayang potehinya. IDN Times/Fariz Fardianto

Meski begitu, kemeriahan Imlek dengan segala tradisinya tak bisa dilakukan dengan semarak pada tahun ini. Haouw Lie yang notabene merupakan anak kedua dari maestro dalang wayang potehi Thio Tiong Gie alias Teguh Chandra tersebut praktis sekarang benar-benar menganggur. 

"Saya hampir dapat orderan manggung dua kali di Yogyakarta, tapi dua minggu lalu tiba-tiba dibatalkan, karena pertimbangannya ada COVID-19. Mungkin panitianya takut kalau acaranya menimbulkan kerumunan. Ya sudah kita gak bisa ngapa-ngapain," ujarnya. 

Setali tiga uang, sumber penghasilannya dari memproduksi kerajinan barongsai kini juga mandek total. "Kalau sebelum pandemik kan yang pesan barongsai banyak. Dengan situasinya pandemik COVID-19 ditambah lagi kondisinya hujan deras, barongsai yang saya buat gak laku," urainya. 

4. Anak maestro dalang wayang potehi ini juga harus jualan angkringan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya

Cerita Dalang Wayang Potehi, Dirazia Satpol PP saat Pandemik COVID-19Wayang Potehi yang dipamerkan di Semawis Semarang. IDN Times/Fariz Ferdianto

Agar dapurnya tetap mengepul, sejak enam bulan terakhir ia memutuskan berjualan angkringan di Jalan Gang Beteng, kawasan Pecinan. Namun, adanya pembatasan kegiatan masyarakat seringkali ia harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP. "Pas jualan angkringan kita kena Satpol. Tapi mau gimana lagi, kondisi kayak gini mesti pintar cari lubang rezeki," katanya. 

Di tahun ini, ia memanjatkan doa agar pandemik COVID-19 segera sirna. Dengan begitu, warga Thionghoa bisa merayakan Imlek dengan kesehatan yang terjaga sekaligus perekonomian kembali pulih. 

"Kalau di kalangan Tionghoa musim hujan biasanya dianggap sebuah berkah, cuma yang sekarang ini kita justru banyak prihatinnya," kata Haouw Lie. 

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Dinikmati di Pasar Imlek Semawis 2020 Semarang

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya