Lika-liku Desa Tuwel Tegal Menjaga Kemandirian Menekan Stunting
Tegal, IDN Times - Anak menjadi masa depan desa. Kata-kata tersebut terus terpatri dalam benak Saeful Muslimin saban melangkahkan kaki ke kantor Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.
Terletak di kaki Gunung Slamet, Saeful sebagai Kades Tuwel senantiasa menaruh harapan kepada warganya untuk turut terlibat mengurangi jumlah anak stunting.
Di tengah kesulitan yang dihadapi Desa Tuwel, Saeful tetap berusaha mengutamakan pelayanan kesehatan bagi warganya. Ini bukan sekedar kegiatan prioritas. Namun juga menanamkan empati kepada warga yang berada di garis kemiskinan.
"Kalau buat kesehatan harus prioritas di sini. Kan Dinkes juga terus gembar-gemborkan soal stunting. Karena buat saya, anak-anak ini masa depan desa. Jadi apapun kondisinya kami tetap laksanakan programnya pemerintah," kata Saeful, Rabu (29/10/2025).
Alokasi dana desa untuk Desa Tuwel mengalami penurunan
Saeful harus putar otak untuk meracik penggunaan anggaran yang bersumber dari dana desa. Dalam setiap musyawarah desa (musdes) maupun musyawarah dusun (musdus), ia selalu menekankan pembangunan fisik di Desa Tuwel tetap melibatkan peran aktif masyarakat.
Tahun 2025 Desa Tuwel memperoleh kucuran dana desa sebanyak Rp1,7 miliar. Angka yang dirasakan oleh Saeful mengalami penurunan ketimbang tahun sebelumnya. "Yang sekarang ini juga ada pengurangan dana desa. Tahun ini kisaran alokasinya Rp1,7 miliar," sambungnya.
Dana desa tahun ini juga diperuntukkan untuk pembiayaan Kopdes Merah Putih 30 persen, pembiayaan ketahanan pangan bagi BUMDes 20 persen dan penyertaan anggaran untuk BLT sebesar 15 persen.
Tetap merawat Rumah Anak SIGAP
Kendati begitu, Saeful agak lega karena atas sengkuyung warganya, kegiatan-kegiatan pembangunan fisik macam perbaikan jalan, jembatan, irigasi bahkan jambanisasi selama ini dapat dikerjakan sampai kelar.
Ia senang warganya ikut bergerak membantu setiap pembangunan di desanya. Termasuk merawat layanan kesehatan anak di Rumah Anak SIGAP. Rumah Anak SIGAP merupakan tempat bagi para orang tua yang memiliki anak stunting untuk memperbaiki gizi buah hati mereka.
"Kalau jambanisasi Allhamdulillah sudah selesai semua. Nah, karena kesehatan jadi prioritas, makanya untuk (anggaran) pos kesehatan sudah gak bisa diutak-atik. Buat saya itu harus ada. Seperti kayak Rumah Anak SIGAP ini harus kami anggarkan dananya karena layanan stunting sudah dirasakan manfaatnya sama masyarakat," tutur pria berusia 61 tahun ini.
Angka stunting Desa Tuwel berhasil ditekan di bawah rata-rata nasional
Yang dimaksud Rumah Anak SIGAP ialah tempat layanan program stunting yang diinisiasi Tanoto Foundation bersama Pemkab Tegal dan perangkat Desa Tuwel. Bangunan Rumah Anak SIGAP berada di samping gerbang kantor Desa Tuwel.
Saeful merasa perlu nguri-nguri Rumah Anak SIGAP lantaran merasa eman bila layanan tersebut mandek begitu saja. "Kita kasihan sama Tanoto sudah memberi kalau gak dilanjutkan eman-eman," ujarnya.
Ia mengingat sebelum ada inisiasi dari Tanoto, jumlah anak yang mengalami stunting di Desa Tuwel sangat banyak. Tercatat tahun 2021 saja, prosentase anak stunting Desa Tuwel mencapai 28 persen.
Walaupun layanan Rumah Anak SIGAP telah diambilalih Kantor Desa Tuwel semenjak 2024, namun Saeful bilang angka stunting saban bila terus menurun.
"Total ada 673 balita yang resiko stunting. Terus yang benar-benar kena stunting ada 90 anak. Itu data yang kami catatkan di bulan Agustus kemarin. Lalu per September angka stunting di sini sudah turun 13,3 persen, kalau nasional kan 14 persen, jadi capaian di Tuwel sudah di bawah nasional," timpal Yuyun Aniatul Farah, Koordinator Rumah Anak SIGAP Tuwel.
Anak stunting Desa Tuwel dilatih kemampuan bahasa dan motorik
Saban hari bahkan saban minggunya, Rumah Anak SIGAP Tuwel melayani untuk kebutuhan 50 anak stunting. Setiap hari anak stunting diberi asupan makanan bergizi per jam 09.00 dan sore.
Yuyun menyampaikan Rumah Anak SIGAP juga rutin meningkatkan tumbuh kembang anak melalui banyak kegiatan. Terutama telaten melatih kemampuan bahasa anak-anak.
"Jadi rata-rata anak-anak yang lulus stunting dari sini, kemampuan bahasanya lebih cakap ketimbang anak lainnya. Karena si ibunya terus diminta menggali empat kemampuan dari bahasa, motorik, kemampuan kognitif dan lainnya," kata Yuyun.
Banyak emak-emak yang menggantungkan harapannya di Rumah Anak SIGAP karena pelayanan yang diberikan tergolong bagus dan memadai.
"Malahan banyak ibu-ibu tetap kepengin (bawa anaknya) di Rumah Anak SIGAP sambil menunggu masuk PAUD. Akhirnya memang antusiasme warga tinggi," kata Yuyun.
Alokasikan 15 persen dana desa buat Rumah Anak SIGAP
Saeful bilang Rumah Anak SIGAP tahun ini dapat anggaran dari dana desa 15 persen atau kisaran Rp108 juta. Anggaran ini dimanfaatkan untuk pemberian PMT, operasional petugas, aksi door to door ke rumah-rumah warga sampai kegiatan penyuluhan gizi.
Selain itu, untuk meminimalisir resiko stunting, pihaknya menangani 26 balita gizi kurang ke dalam layanan kafe balita atau kafeta. "Ada 26 balita gizi kurang dilayani oleh petugas kafeta atau kafe balita. Karena kalau mereka sudah masuk ke gizi buruk itu berpotensi kembali stunting," ungkapnya.
Dengan luasan Desa Tuwel mencapai 6.000 hektare, atas peran aktif petugas desa, wilayah tersebut jadi satu-satunya desa di Kecamatan Bojong yang mengantongi surat layak higienis dari Dinkes.
"Kami harapannya dari Tanoto tetap pantau operasional Rumah Anak SIGAP. Karena walaupun sudah putus anggarannya sejak 2024, kami minta setiap layanannya harus diperhatikan. Terutama dalam anggarannya," paparnya.

















