Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Pria Lebih Memilih Memendam Masalah daripada Bercerita

ilustrasi seorang pria sedang memikirkan masalah yang dia dapatkan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi seorang pria sedang memikirkan masalah yang dia dapatkan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Banyak pria merasa perlu untuk menyelesaikan masalah secara mandiri sebagai bentuk kekuatan dan kemampuan
  • Kemandirian dianggap sebagai nilai dalam budaya maskulinitas, sehingga mengekspresikan kerentanan dihindari agar tidak terlihat lemah
  • Ketakutan akan penilaian negatif mendorong beberapa pria untuk merahasiakan masalah mereka sampai menemukan solusi sendiri
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masyarakat sering mengenal pria sebagai sosok yang cenderung menyimpan masalah rapat-rapat. Mereka lebih memilih menyelesaikan persoalan secara mandiri sebelum membagikannya kepada orang lain. Berbagai faktor memicu fenomena ini, mulai dari norma sosial yang menuntut kemandirian hingga rasa enggan terlihat lemah saat mengekspresikan emosi.

Pria sering beranggapan bahwa memendam masalah dan mencari solusi sendiri menunjukkan kekuatan serta kemampuan mereka. Selain itu, stigma negatif terhadap pria yang terlihat "lemah" turut mendorong mereka untuk merahasiakan kesulitan yang sedang terjadi. Memahami alasan di balik sikap tertutup ini sangat penting supaya dapat menghargai gaya komunikasi mereka. Berikut adalah penjelasan lengkap mengapa pria enggan menceritakan masalahnya.

1. Kemandirian

ilustrasi pria menunjukan sisi mandiri dan tidak bergantung terhadap orang lain (pexels.com/Jeffrey Czum)
ilustrasi pria menunjukan sisi mandiri dan tidak bergantung terhadap orang lain (pexels.com/Jeffrey Czum)

Banyak pria dididik untuk menjadi mandiri dan menyelesaikan masalah mereka sendiri. Mereka merasa bahwa dengan mencari solusi sendiri, mereka dapat menunjukkan kekuatan dan kemampuan mereka.

Kemandirian menjadi nilai yang ditanamkan dalam budaya maskulinitas, di mana kemampuan untuk mengatasi rintangan tanpa bergantung pada bantuan orang lain dianggap sebagai tanda kekuatan dan kedewasaan. Seiring dengan itu, mereka mungkin menginternalisasi gagasan bahwa mengekspresikan kerentanan atau meminta bantuan dapat dianggap sebagai tanda kelemahan, sehingga lebih memilih untuk menangani masalah secara independen.

2. Tidak ingin terlihat lemah

ilustrasi pria terlihat kuat secara fisik dan mental (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pria terlihat kuat secara fisik dan mental (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Beberapa pria mungkin enggan untuk mengungkapkan masalah mereka kepada orang lain karena takut terlihat lemah atau rentan. Mereka merasa bahwa dengan mengakui kesulitan atau masalah emosional, hal itu dapat meruntuhkan citra kekuatan dan ketangguhan yang ingin mereka pertahankan di hadapan orang lain. Terutama ketika masalah tersebut berkaitan dengan emosi atau hubungan, pria sering kali merasa perlu untuk menahan diri agar tidak dianggap tidak mampu mengatasi masalah.

Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk memendam masalah tersebut, berharap dapat menemukan solusi secara mandiri tanpa harus mengekspos kerentanan mereka kepada orang lain. Ini dapat menjadi bentuk perlindungan diri dari kemungkinan penilaian negatif atau persepsi yang merugikan terhadap kekuatan dan kemampuan mereka.

3. Ketakutan akan penilaian

ilustrasi pria sedang menilai seseorang yang sifatnya subjektif (pexels.com/Khaled Reese)
ilustrasi pria sedang menilai seseorang yang sifatnya subjektif (pexels.com/Khaled Reese)

Ketakutan akan penilaian sering menjadi faktor penting yang mendorong beberapa pria untuk memendam masalah mereka. Dalam masyarakat, terdapat stigma yang melekat pada pria yang mengekspresikan emosi atau mengakui ketidakmampuannya dalam menyelesaikan masalah. Mereka khawatir bahwa dengan membuka diri tentang masalah mereka, akan muncul penilaian negatif dari orang lain, yang dapat merusak citra maskulinitas atau kemampuan mereka dalam menangani situasi.

Sebagai akibatnya, beberapa pria cenderung memilih untuk merahasiakan masalah mereka sampai mereka menemukan solusi sendiri. Mereka berpikir bahwa dengan mempertahankan penampilan kuat dan mandiri, mereka dapat menghindari penilaian negatif dan mempertahankan posisi mereka dalam hierarki sosial. Oleh karena itu, ketakutan akan penilaian menjadi faktor yang memengaruhi keputusan pria dalam memilih apakah mereka akan membagikan masalah mereka kepada orang lain atau tidak.

4. Rasa malu

ilustrasi pria sedang merenung karena merasa malu (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi pria sedang merenung karena merasa malu (pexels.com/Pixabay)

Rasa malu sering kali menjadi penghalang bagi beberapa pria dalam berbagi masalah mereka sebelum menemukan solusinya. Mereka mungkin merasa bahwa mengungkapkan masalah mereka sebelum menemukan solusi akan mengungkapkan ketidakmampuan atau kelemahan pribadi, yang bisa merusak citra maskulinitas mereka.

Dalam budaya yang memperkuat stereotip tentang kekuatan dan ketahanan dalam hal penyelesaian masalah, banyak pria merasa terbebani oleh harapan untuk menunjukkan kejantanan dan kemampuan mengatasi segala sesuatu tanpa bantuan. Namun, penting untuk menyadari bahwa merasa malu dalam berbagi masalah sebelum menemukan solusinya bisa menjadi beban yang berat bagi pria dan dapat menghambat dukungan dan pemecahan masalah yang dibutuhkan.

5. Cara untuk memahami diri

ilustrasi pria cerdas (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi pria cerdas (pexels.com/Pixabay)

Beberapa pria cenderung memendam masalah karena mereka percaya bahwa dengan cara itu, mereka dapat memperdalam pemahaman mereka tentang masalah tersebut. Dengan memikirkan masalah secara mendalam, mereka merasa dapat melihatnya dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan solusi yang lebih baik. Proses ini seringkali dianggap sebagai langkah awal yang penting sebelum mereka merasa nyaman untuk berbagi dengan orang lain atau mencari bantuan.

Mereka percaya bahwa dengan memendam masalah dan memprosesnya sendiri terlebih dahulu, mereka dapat merumuskan rencana tindakan yang lebih tepat. Bagi mereka, langkah-langkah ini merupakan bagian penting dari proses penyelesaian masalah yang efektif.

Pria biasanya baru bersedia membuka suara ketika mereka yakin telah menemukan solusi atas masalahnya. Keinginan untuk mandiri hingga ketakutan akan terlihat rentan sering kali menjadi penyebab utamanya. Meskipun mereka sulit membuka diri, kamu perlu mengingat bahwa diskusi dengan orang terdekat justru bisa menghadirkan solusi yang lebih baik. Dukungan yang tepat akan membantu mereka merasa lebih ringan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

5 Tanaman Buah yang Cepat Panen, Cocok untuk Pekarangan Rumah!

10 Des 2025, 15:00 WIBLife