Cukai Rokok Tak Naik, Pengusaha Bakal Tambah Kapasitas Produksi

- Pengusaha rokok menyambut baik kebijakan Menteri Keuangan tidak menaikkan tarif cukai hasil tembakau pada tahun 2026.
- Kebijakan tersebut akan dimanfaatkan pabrikan rokok untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menambah jumlah karyawan.
- Para pelaku usaha rokok berencana untuk menambah kapasitas produksi karena adanya kesempatan dari kebijakan tersebut.
Semarang, IDN Times - Pelaku usaha rokok menyambut baik kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa karena tidak menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun 2026. Kesempatan itu akan dimanfaatkan pabrikan rokok yang sedang tumbuh untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menambah jumlah karyawan.
1. Bisa kalah saing kalau tarif cukai rokok naik

Seperti produsen rokok HS yang baru berdiri sejak tahun 2024 di Kabupaten Magelang. Menurut pemiliknya, Muhammad Suryo, kebijakan Menteri Purbaya itu sangat positif bagi keberlanjutan usahanya.
‘’Kami bisa kalah saing sebagai pabrik rokok baru kalau tarif cukai naik,’’ ungkapnya, Senin (15/12/2025).
Untuk diketahui, pabrik rokok HS sudah beroperasional selama dua tahun dan memiliki 3.000 karyawan. Saat ini per hari lebih dari 5 juta batang rokok baik Sigaret Kretek Tangan (SKT) maupun Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang dihasilkan.
HS memiliki sejumlah varian produk yang laku keras di pasaran. Produk HS Kretek di antaranya HS Slim, HS Click dan HS Filter telah dipasarkan di seluruh Indonesia.
2. HS akan bangun 3 pabrik baru

Suryo menuturkan, tidak naiknya tarif CHT pada 2026 memungkinkan pabrikan rokok lokal seperti HS untuk melakukan pengembangan usaha.
‘’Sebab, sesuai rencana kami akan melakukan peningkatan kapasitas produksi dengan membangun tiga pabrik baru di Yogyakarta tahun depan,’’ ujarnya.
Selain itu, Suryo yang juga CEO Surya Group Holding Company itu berencana akan memperluas pabrik yang saat ini sudah beroperasi di Magelang dengan luas lahan 50 hektare.
Ia mengungkapkan, sekarang salah satu pabrik baru yang telah selesai dibangun berada di daerah Sleman dan direncanakan beroperasi pada Februari mendatang.
3. Targetkan rekrut 10.000 karyawan

"Saat ini kami sudah memiliki 3000 karyawan. Dengan pembangunan pabrik baru itu, tahun depan kami targetkan bisa mempekerjakan 10.000 karyawan," katanya.
Dalam perekrutan karyawan, tidak ada syarat khusus untuk mendaftar sebagai karyawan HS. Bahkan, pabrik rokok tersebut tidak mempermasalahkan terkait pengalaman kerja calon pelamar, yang biasanya menjadi syarat utama mendaftar di berbagai perusahaan di Indonesia.
"Pengalaman kerja bagi kami tidak penting, kami akan berikan pelatihan. Karyawan saya saat ini yang 3.000 orang itu juga hampir semua tidak berpengalaman. Tapi karena dilatih dan mereka tekun serta mau bekerja keras, mereka bisa bekerja dengan baik," jelasnya.
4. Bisnis rokok masih menjanjikan

Hanya saja pemilik usaha akan memprioritaskan warga sekitar pabrik bisa terserap. Upaya ini agar masyarakat sekitar bisa merasakan dampak positifnya.
Sementara, terkait kondisi ekonomi yang tak menentu serta bisnis rokok di Indonesia yang memiliki banyak tantangan saat ini, Suryo mengatakan tidak takut.
Justru, itu jadi semangat bagi pria yang memiliki prinsip harus berbeda dalam bisnis dengan orang lain itu. Baginya, bisnis rokok di Indonesia masih sangat menjanjikan dan memiliki potensi yang sangat besar.
"Potensinya masih sangat besar dan pasar masih terbuka lebar. Kami optimis, HS akan tumbuh semakin besar dan mampu bersaing dengan pabrikan rokok terkenal lain baik di kancah nasional maupun internasional," tandasnya.


















