6 Fakta Terkini Primata di Indonesia, Status Mengkhawatirkan Lho
Perannya gak tergantikan. Yuk, jaga dan lestarikan mereka!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap tanggal 30 Januari, masyarakat peduli lingkungan memperingati Hari Primata Indonesia. Peringata tersebut dilatarbelakangi atas kondisi primata di Indonesia.
Hari Primata Indonesia tercetus sebagai bentuk aksi keprihatinan maraknya perdagangan ilegal primata Indonesia. ProFauna melansir, lebih dari 95 persen perdagangan primata di Indonesia merupakan hasil tangkapan dari alam.
Fakta tersebut mengkhawatirkan keberlangsungan hidup primata. Selain perdagangan ilegal, penyebab lain turunnya populasi adalah rusaknya habitat akibat bencana alam, alih fungsi lahan, perburuan liar, dan lain-lain.
“Selain perlindungan terhadap individu dan spesies, edukasi untuk menumbuhkan kepedulian terhadap primata harus terus dibangun, terutama kepada masyarakat yang tinggal di dekat habitat mereka. Masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa banyak keuntungan yang didapat, jika hidup selaras dengan hutan dan satwa yang tinggal didalamnya, termasuk primata,” kata Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Minggu (30/1/2022).
Bagaimana kondisi primata di Indonesia saat ini? Simak 6 faktanya di bawah ini.
1. Jenis satwa primata Indonesia
Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) pada 2018 melansir, jenis primata yang paling banyak ada di Indonesia berasal dari genus Presbytis (Surili) sebanyak 15 spesies. Kemudian disusul Macaca (Makaka) 10 spesies, Tarsius (Tarsius) 9 spesies, Hylobates (Owa) 8 spesies, dan genus Nycticebus (Kukang) 6 spesies.
Surili tersebar di Pulau Sumatra yang mana di setiap wilayah hanya ditemukan satu spesies saja. Berbeda dengan Pulau Kalimantan, Surili ditemukan hidup tumpang tindih dengan Presbytis yang lain. Perbedaan itu karena penyusun habitat terutama pohon pakan lebih beragam di Pulau Kalimantan dibandingkan di Sumatra.
Baca Juga: 12 Potret Populasi Owa Jawa di Hutan Hujan Tropis Pekalongan
Baca Juga: Kopi Owa, Buah Konservasi Berkelanjutan untuk Masa Depan Indonesia