TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ganjar Ingatkan Mendagri Tito Hati-hati Soal Pilkada Tak Langsung

Pemilihan lewat DPRD malah rawan jual beli

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (Dok. Kemendagri)

Semarang, IDN Times - Wacana Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian soal pemilihan kepala daerah (pilkada) tak langsung mendapat tanggapan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Ganjar mengingatkan Tito untuk berhati-hati ihwal perubahan sistem pemilihan tersebut.

Baca Juga: Ongkos Jadi Bupati Rp30 M, Tito: Pilkada Langsung Harus Dievaluasi 

1. Pemilihan lewat DPRD malah rawan jual beli

IDN Times/Dhana Kencana

Ganjar menyatakan menurut sejarah Indonesia, pilkada secara tidak langsung pernah dilakukan dan hal tersebut tidak berhasil.

"Dulu itu kan sudah pernah, dipilih di DPRD. Tapi publik tidak happy karena hanya dikooptasi oleh DPRD. Apa yang terjadi kemudian, disana terjadi suap, jual beli, ada orang yang diumpetin (disembunyikan). Makanya solusinya pemilihan langsung. Kalau hari ini mau kembali (ke pemilihan oleh DPRD), kita bisa memprediksi nanti di situ juga akan terjadi jual beli," kata Ganjar, Selasa (19/11).

2. Perubahan sistem harus dilihat baik buruknya

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Untuk mengubah sebuah sistem, lanjutnya, harus dilakukan dengan hati-hati. Dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Ganjar mengingatkan kepada Tito dan pemerintah untuk mempertimbangkan kebijakan tersebut, secara maslahat dan mudaratnya.

"Harus hati-hati betul, jangan sampai seperti politik setrika, maju mundur maju mundur. Harus diperhatikan maslahat dan mudaratnya kalau mau kembali seperti dulu," tegasnya.

3. Masalah utama adalah pada mahalnya biaya kampanye

ANTARA FOTO

Meski demikian, Ganjar menegaskan harus ada revisi perihal pelaksanaan pilkada langsung. Revisi itu harus dilakukan dengan diskusi berbagai pihak terkait untuk memecahkan masalah yang ada.

"Problem awalnya kan dari mahalnya biaya kampanye. Jadi saran saya, yang harus diperbaiki adalah cara berkampanye, cara mengelola keuangan, atau adanya intervensi negara, pembatasan kampanye sampai debat-debat sehingga mereka tidak terlalu boros," ungkapnya.

Baca Juga: OTT Dinilai Mendagri Tito Bukan Prestasi Hebat, KPK: Tapi Tetap Perlu

Berita Terkini Lainnya