Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Semarang, IDN Times - Pengembangan batik pewarna alam di Kampung Malon, Gunungpati mendukung pembangunan berkelanjutan di Kota Semarang. Hal itu disampaikan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu dalam sesi penilaian Integrated Sustainability Indonesia Movement (I-SIM) Sustainable Development Goals (SDGs).
1. Kampung Batik Malon berkembang pesat sejak 2016
Program tersebut dinilai berhasil dan masuk 10 besar program terbaik se-Indonesia sejalan dengan 17 program SDGs.
"Sejak tahun 2016, Kampung Batik Malon telah berkembang pesat. Awalnya hanya ada dua pengrajin, kini berkembang menjadi enam pengrajin dan 55 tenaga kerja,” ungkapnya, Jumat (20/9/2024).
Pengembangan ini, kata Ita, selaras dengan visi dan misi RPJMD serta mendukung 17 tujuan SDGs, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi lokal dan kampung tematik produktif.
Baca Juga: UMKM Batik Sragen Tembus Pasar Internasional Berkat Dukungan Pertamina
2. Dorong pemasaran hingga luar negeri
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Ita menuturkan, pengembangan Kampung Batik Malon merupakan komitmen Pemerintah Kota Semarang dalam mendukung pengembangan batik yang ramah lingkungan. Tak hanya sebatas mendorong hingga berhasil, namun pihaknya juga terus berkomitmen mengembangkan keberlanjutan program kampung batik alami tersebut.
"Kami mulai mendorong pemasaran ke pasar luar negeri yang memiliki minat terhadap berbagai produk ramah lingkungan. Selain itu, diversifikasi pewarna alami dari bahan-bahan lokal seperti daun dan sisa kayu, budidaya tanaman indigo serta pengembangan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) batik portable juga dilakukan," jelasnya.
Hasilnya, perkembangan Kampung Batik Malon turut memperkuat sektor pariwisata Kota Semarang. Dampaknya terlihat dari meningkatnya kunjungan wisatawan, diversifikasi produk batik, mulai dari kain hingga kerajinan siap pakai seperti tas, sepatu, dan dompet.