Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Semarang, IDN Times - Dalam beberapa bulan belakangan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang menjadi zona merah COVID-19 karena memiliki kasus pasien positif virus corona tertinggi. Dalam sebulan terakhir jumlah kasus mencapai 40 hingga 60 warga di kecamatan tersebut yang terkonfirmasi positif COVID-19.
1. Jumlah warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 capai 56 kasus
Tenaga kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) mengambil tes swab dari pekerja pabrik tepung, di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di desa Moriya pinggiran kota Ahmedabad, India, Senin (14/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave) Melansir dari data peta sebaran COVID-19 di Kota Semarang yang diunggah di akun Instagram Dinas Kesehatan Kota Semarang @dkksemarang, per Selasa (22/9/2020) jumlah pasien positif dari Kecamatan Semarang Barat mencapai 56 kasus. Jumlah itu tertinggi dibandingkan 15 kecamatan lain yang ada di Ibu Kota Jawa Tengah.
Camat Semarang Barat, Heroe Soekendar mengatakan, tingginya kasus positif virus corona di wilayah yang dipimpinnya itu sudah terjadi sekitar dua bulan terakhir.
Baca Juga: Viral! 5 Fakta Teror Warga Semarang Positif COVID-19 Sebarkan Virus
2. Selain klaster rumah makan, ada klaster keluarga dan takziah
unsplash.com/National Cancer Institute Adapun, kasus positif COVID-19 muncul dari sejumlah klaster seperti, klaster keluarga, klaster takziah, dan terakhir klaster rumah makan.
‘’Munculnya klaster-klaster tersebut membuat kasus positif melonjak tajam. Apalagi, ditambah belum lama ini ada klaster rumah makan di Kelurahan Krobokan yang jumlah kasusnya mencapai 20 orang,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Rabu (23/9/2020).
Kemudian, adanya klaster keluarga di Kecamatan Semarang Barat ini terjadi di Kelurahan Salaman Mloyo.
'’Ada 5 hingga 7 orang dalam satu keluarga yang terpapar virus corona. Namun, tertularnya darimana saya kurang tahu. Sedangkan, klaster takziah terjadi di Kelurahan Krapyak sebulan lalu dengan jumlah kasus mencapai 15 orang,’’ tuturnya.
3. Klaster takziah terjadi karena jabat tangan dan cipika-cipiki saat melayat orang meninggal
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Heroe menjelaskan, kronologi klaster takziah ini terjadi karena antara keluarga yang berduka dan pelayat ada kontak fisik seperti salaman atau berjabat tangan dan juga cipika-cipiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri).
‘’Sebenarnya dalam kondisi pandemik ini hal itu tidak boleh, tapi karena tidak paham mereka tetap lakukan itu dan tanpa disadari akhirnya mereka tertular virus corona. Sehingga, kami terus mengimbau jika ada orang yang meninggal lebih baik tidak masuk ke rumah duka. Kemudian, apabila ada anggota keluarga yang meninggal karena COVID-19, anggota keluarga lainnya diharapkan langsung melakukan karantina mandiri selama 14 hari,’’ jelasnya.
4. Kasus tertinggi ada di Kelurahan Gisikdrono, Krobokan, Kembangarum
Dalam upaya menekan angka positif COVID-19 yang masih tinggi pemangku jabatan di Kecamatan Semarang Barat terus melakukan sosialisasi dan patroli ke warga di 16 kelurahan yang ada di sana.
Sebab, dari peta sebaran kasus virus corona masih ada di 13 dari 16 kelurahan di sana. Adapun, kasus tertinggi ada di Kelurahan Gisikdrono (11 kasus), Krobokan (10 kasus), dan Kembangarum (8 kasus).
Baca Juga: Update COVID-19 di Semarang, Tambah 24 Positif dan 16 Meninggal