TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemkot Surakarta Bantah ada Warga Solo Meninggal Karena Leptospirosis

Imbau warga waspada infeksi bakteri leptospira

ilustrasi tikus (pexels.com/Denitsa Kireva)

Surakarta, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta bantah ada warganya yang meninggal dunia akibat terjangkit penyakit leptospirosis.

Pasien berusia 60 tahun berinisial SJ tersebut sebelumnya dirawat di rumah sakit karena diduga terkena leptospirosis. Pasien mengalami gejala di antaranya panas, nyeri otot, dan mual muntah.

1. Gejala sama dengan leptospirosis

Leptospirosis. (Dok. Dinkes Kota Yogyakarta)

Pihak DKK Surakarta menyebutkan meski terdapat gejala yang sama dengan Leptospirosis, namun berdasarkan hasil pengecekan laboratorium, penyebab meninggalnya warga tersebut bukan karena Leptospirosis.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Surakarta Tenny Setyoharini mengakui memang ada pasien yang masuk ke salah satu rumah sakit di Solo dengan status suspek leptospirosis.

"Tetapi hasil labnya negatif, mungkin karena gejalanya mirip," katanya dilansir dari Antara, Senin (25/3/2024). 

2. Tahun lalu ada empat warga Solo meninggal karena Leptospirosis

Ilustrasi jenazah (IDN Times/Mia Amalia)

Meski terbukti negatif terjangkit bakteri leptospira, DKK Solo meminta masyarakat mewaspadai penyakit tersebut mengingat tahun lalu ada empat warga di Solo meninggal dunia akibat penyakit yang sama.

"Harapannya masyarakat menjaga lingkungan agar lebih bersih, tidak membuat tikus bersarang di lingkungan rumah kita, kalau habis beraktivitas cuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit yang tidak diinginkan," katanya.

Penyakit leptospirosis ditularkan oleh air kencing binatang yang mengandung bakteri leptospira.

"Bakteri ini bisa masuk dari luka di tangan atau kaki saat kontak dengan air atau media yang tercemar kencing tikus yang ada leptospiranya," katanya.

Berita Terkini Lainnya