Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Semarang, IDN Times - Penyebaran virus corona (COVID-19) di Indonesia telah menelan banyak korban, termasuk para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan kasus tersebut. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat hingga Minggu (12/7/2020), total ada 60 dokter yang meninggal dunia.
1. Sebanyak 60 kasus kematian dokter tercatat sejak kasus pertama virus corona di Indonesia
Ilustrasi uji swab. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja Humas PB IDI, dokter Halik Malik menyebut jumlah kematian tenaga medis dalam penanganan COVID-19 di rumah sakit dan fasilitas kesehatan jumlahnya terus bertambah. Bahkan dalam dua hari belakangan, terdapat empat dokter yang meninggal dunia.
‘’Jumlah ini tercatat sejak kasus pertama positif COVID-19 ada di Indonesia pada awal bulan Maret 2020,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Minggu (12/7/2020).
Baca Juga: Tugas di Puskesmas Boja Kendal, Seorang Dokter Alumni Unisula Meninggal
2. Berikut daftar dokter yang meninggal dunia dalam penanganan COVID-19
Poster duka cita atas meninggalnya dua dokter dari IDI Semarang dan Jepara dari PB IDI. Istimewa Terkait hal itu, imbuh Halik, PB IDI telah membentuk tim audit guna mendalami dan menelusuri lebih jauh terkait kematian dokter sepanjang pandemik virus corona.
‘’Selain itu, kami juga turut mengadvokasi adanya jaminan keselamatan dan perlindungan dokter yang bertugas di masa pandemik ini,’’ tuturnya.
3. Jumlah ketersediaan dan tidak meratanya distribusi APD jadi faktor penyebab kematian
Petugas medis menggunakan APD lengkap di dalam mobil (Dok. IDN Times) Sejumlah faktor melatarbelakangi tingginya angka kematian dokter dalam penanganan virus corona. Salah satunya adalah minim alat pelindung diri (APD).
Sebab untuk pelayanan tingkat primer, klinik, puskesmas, dokter praktek mandiri, dan rumah sakit di daerah, ketersediaan APD masih minim. Sehingga, harapannya ke depan hal itu jumlahnya dapat dipenuhi.
‘’APD ini sangat diperlukan oleh tenaga medis saat bertugas. Namun, ketersediaan APD di lapangan jumlahnya belum merata dan terpenuhi. Untuk di rumah sakit rujukan jumlahnya memang cukup baik, karena distribusinya sudah dipenuhi oleh pemerintah dan gugus tugas,’’ aku Halik yang juga pakar Ilmu Kesehatan Masyarakat itu.
4. Dua dokter residen turut gugur saat menjadi garda terdepan penanganan virus corona
Ilustrasi pemakaman Jenazah COVID-19. Dok. Kemensos Sementara, faktor risiko yang memperberat kondisi mereka saat terpapar virus corona antara lain adanya penyakit penyerta atau pengorbit seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas, asma, dan sebagainya. Kemudian, usia lanjut juga menjadi faktor pemicu bagi dokter yang terinfeksi COVID-19. Kerentanan tersebut menyebabkan para dokter tidak tertolong.
‘’Namun, jika ditanya mayoritas usia dokter yang terkena COVID-19. Usianya sangat beragam, tidak hanya usia lanjut, tapi ada juga dua dokter residen yang gugur saat bertugas menangani COVID-19 dalam daftar 60 korban tersebut, yaitu dokter Putri Wulan Sukmawati dari Surabaya dan dokter Miftah Fawzy Sarengat dari Balikpapan,’’ tandas Halik.
Baca Juga: Insentif Tenaga Medis COVID-19 Semarang Cair Juni 2020 untuk 3 Bulan