TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tingkat Kematian COVID-19 di Banyumas 4,8 Lampaui Jateng dan Indonesia

Laboratorium Banyumas juga layani spesimen PCR 3 kabupaten

Ilustrasi proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19. (IDN Times/Aldila Muharma dan Fiqih Damarjati)

Banyumas, IDN Times - Tingkat kematian atau mortality rate COVID-19 di Kabupaten Banyumas tembus pada angka 4,8 persen. Kondisi tersebut tampak dari jumlah pasien yang meninggal dunia akibat virus corona, sejak awal pandemik hingga Jumat (15/1/2021) yang telah mencapai 275 kasus. 

Baca Juga: Belum Datang, Vaksinasi COVID-19 di Banyumas Mundur Februari 2021

1. Mortality rate di Banyumas melampaui angka Jawa Tengah dan nasional

Mobil Jenazah yang mengantarkan jenazah pasien COVID-19 ke TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020). IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas, Sadiyanto melalui Plt Kabid Pelayanan Kesehatan, Arif Sugiono mengatakan, sejak awal Januari 2020 hingga saat ini pasien yang meninggal dunia karena COVID-19 mencapai 59 orang. Adapun, rata-rata dalam satu hari terdapat tiga orang yang meninggal dunia karena virus corona.

‘’Kondisi itu yang membuat Kabupaten Banyumas menjadi salah satu daerah yang harus memberlakukan PSBB (red: Pemberlakuan Sosial Berskala Besar). Ya, karena tingkat kematian atau mortality rate di sini cukup tinggi di angka antara 4,6 persen sampai 4,8 persen. Lebih tinggi sedikit di atas provinsi Jateng (4,10 persen) dan Indonesia (2,95 persen),’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (15/1/2020).

Saat ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas mengimbau kepada masyarakat yang mengalami gejala mengarah kepada COVID-19 untuk segera memeriksakan diri supaya mendapatkan penanganan. Upaya screening tersebut untuk menekan penyebaran COVID-19 di masyarakat.

2. Tes swab PCR di Banyumas mencapai 200-500 per hari

Ilustrasi Swab Test. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Arif menuturkan, Pemkab setempat melalui Dinas Kesehatan dan rumah sakit rujukan masih terus melakukan tes swab PCR. Per hari, jumlahnya mencapai 200-400 tes swab baik di tingkat Dinkes maupun rumah sakit. Namun, jika ada penemuan kasus atau klaster baru, bisa sebanyak 300-500 tes swab.

‘’Tes itu berasal dari 15 rumah sakit rujukan yang ada di Banyumas dan Dinkes yang berasal dari hasil tracing kontak erat. Kemudian, setelah itu sampel tes PCR kami periksa di laboratorium yang ada di Banyumas. Kami ada empat laboratorium rujukan untuk uji sampel swab, antara lain di RSUD Margono dengan kapasitas 700-1.000 per hari, RSUD Banyumas 100 per hari, Laboratorium Universitas Soedirman 100 per hari, dan RS DKT Wijayakusuma 100 per hari,’’ jelasnya.

3. Spesimen tes PCR dari luar Banyumas menyebabkan antrean di laboratorium rujukan

Ilustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Untuk mendapatkan hasil spesimen tes PCR tersebut, lanjut Arif, tidak memerlukan waktu lama, yakni sekitar satu hingga dua hari. Namun, jika kasus tinggi secara teknis akan ada antrean. Sehingga, hasil tes baru bisa diketahui 5-7 hari.

‘’Hal ini karena yang melakukan pemeriksaan sampel PCR di laboratorium tersebut tidak hanya dari Banyumas, tapi juga dari kabupaten lain seperti Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap semua ke sana. Sehingga, misalnya per kabupaten mengirim 1.000 sampai 1.500 sampel tentu pasti ada antrean. Belum lagi ada kendala teknis seperti reagen habis atau kasus yang perlu di-treatment,’’ ujarnya.

Setelah diketahui hasil uji sampel tes swab dari laboratorium, rumah sakit akan melaporkan ke Dinkes Banyumas. Kemudian, Dinkes memperhitungkan hasil dari swab, termasuk dari klinik dan laboratorium swasta. Data tersebut akan dijadikan satu dan masuk sistem new all record (NAR) untuk dilaporkan kepada Bupati Banyumas.

‘’Kami memang ada website, tapi kadang update agak terlambat sehingga data juga kami laporkan ke bapak bupati dan rutin akan disampaikan melalui media sosial Instagram resmi beliau,’’ kata Arif.

Baca Juga: Data Total Pasien Meninggal COVID-19 Pusat dan Jateng Beda 2.401 Orang

Berita Terkini Lainnya