TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mahfud MD: Dulu Kita Dibully Aktivis saat Tangani COVID-19, Sekarang Dipuji Dunia

Mahfud MD kenang ketika sulit hadapi pandemik

Menkopolhukam Mahfud MD memberikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Kesiapan Pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 di Medan, Jumat (4/7). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Semarang, IDN Times - Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD menyatakan kerja-kerja pemerintah yang selama ini menangani pandemik COVID-19 mulai membuahkan hasil positif. Ia mengingat jika dulu pemerintah kerap dibully para aktivis di medsos, saat ini pemerintah justru menuai pujian dari masyarakat dunia. 

"Waktu dulu kita semua panik. Orang tiba-tiba diwajibkan pakai masker. Masker yang tadinya cuma seharga Rp25 ribu, lalu harganya jadi Rp90 ribu. Karena memang awal pandemik orang sulit dapat masker. Kemudian pemerintah dibully aktivis di medsos. Tapi pemerintah tetap menjalankan tugas menjaga keselamatan rakyatnya. Keselamatan rakyat jadi hukum tertinggi. Dan sekarang, kita dipuji dunia sebagai negara yang berhasil mengatasi COVID-19," ujar Mahfud dalam seminar Studium General, di kampus Universitas Semarang (USM), Jalan Arteri Soekarno-Hatta, Semarang, Rabu (20/10/2021). 

Baca Juga: Mahfud Sebut Pinjol Ilegal Jebakan, Banyak Pasal untuk Jerat Pelaku 

1. Mahfud MD sebut penanganan pandemik sempat diragukan masyarakat

Seorang warga yang tidak mengenakan masker melintas, di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus corona (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Ia mengungkapkan pemerintah selama pandemik berusaha membangun dukungan dalam nuansa keberagaman dan kebhinnekaan. 

Diakuinya bahwa ketika awal pandemik, semua orang meragukan adanya wabah virus Corona. "Mulai dari rumah sakit yang tidak mau dijadikan tempat perawatan COVID-19. Ada juga yang melawan rumah sakit karena merasa paling benar. Ada yang ditolak pas dikuburkan," ungkapnya.

2. Kebijakan pemerintah juga timbulkan pro kontra

Pekerja menunjukkan masker kain produksi penjahit konveksi di Kampung Cibangkur, Lebak, Banten (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Sedangkan, katanya di sisi lain banyak yang mengkritik langkah pemerintah ketika melakukan pembatasan kegiatan masyarakat. Termasuk mempertanyakan sikap pemerintah yang tidak melakukan lockdown sekalian. 

Kalangan pemuka agama juga sempat menyatakan bahwa COVID-19 merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. 

"Kalangan agama itu ada yang nganggap kalau dibiarin sendiri pasti sembuh sendiri. Dan ada juga yang bilang harus ada usaha untuk menghindarinya. Dokter kan ada yang mengkritik kegiatan pemerintah dan ada mendukung," terangnya.

Baca Juga: Status PPKM Semarang di Level 1, Mal Buka dengan Kapasitas 100 Persen 

Berita Terkini Lainnya