TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pandemik COVID-19, Dokter di Jateng Tolak Jalani Swab, Ini Alasannya

Para dokter wajib jalani swab

dr. Hafiz dengan rekan-rekannya di RSUI (Dok. Pribadi)

Semarang, IDN Times - Banyaknya para dokter yang terpapar virus Corona (COVID-19) di Jawa Tengah lantaran dipicu keengganan untuk mengikuti tes swab PCR. Fakta tersebut terungkap saat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah menyelidiki kasus penularan COVID-19 di kalangan tenaga medis yang muncul belakangan ini.

Baca Juga: Sudah 60 Dokter di Indonesia Meninggal Dunia saat Tangani Virus Corona

1. Para dokter khawatir kehilangan pekerjaan saat masa pandemik

Ilustrasi dokter menggunakan masker (Unsplash.com/Ashkan Forouzani)

Humas IDI Jawa Tengah, Reni Yulianti mengatakan selama ini para dokter memendam kekhwatiran bakal kehilangan pekerjaan bila nantinya dinyatakan positif COVID-19.


"Dan itu yang jadi masalah kita selama ini. Soalnya banyak dokter di sini gak mau ikut tes PCR. Karena kalau PCR dia positif kan gak boleh praktek dulu. Mereka takut kehilangan job pas pandemik," katanya saat dikontak IDN Times, Senin (1/7/2020).

2. Para dokter harus jalani swab dua minggu sekali

Ilustrasi Swab test. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Reni mendorong kepada setiap dokter untuk menjalani swab setelah kelar menangani pasien COVID-19 di rumah sakit. Swab bisa dilakukan tiap dua pekan sekali.

Ketika dokter yang dinyatakan positif COVID-19 dengan hasil angka penularan virusnya dibawah 20, maka nyawanya tak akan bisa tertolong lagi.

"Kalau dokter gak dites PCR maka gak keliatan ada virusnya atau gak. Ibaratnya denhan angka penularan virus 0-40, jika hasil PCR-nya 40 keatas dia normal. Tapi kalau hasilnya 10-20 itu sudah sesak napas. Obat anti-virus gak mempan lagi. Dia pasti udah gak ketolong lagi," jelasnya.

Baca Juga: 25 Dokter RS Moewardi Kena COVID-19, Ganjar: Nakes Tangani Pasien Aman

Berita Terkini Lainnya