TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Senyum Ceria Ijal, Bocah Tanpa Kewarganegaraan yang Bisa Sekolah di Semarang

Ijal kini bahagia bisa sekolah di SD Krapyak

Suasana SDN Krapyak saat siswa masuk sekolah di tahun ajaran baru 2022. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Tmes - Tawa riang anak-anak terdengar riuh saat keluar dari SD Negeri Krapyak, Semarang jam 10.00 WIB pagi. Sama seperti sekolahan lainnya, SD Negeri Krapyak juga sedang menggelar kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi para siswa baru. 

Terletak di kawasan Hanoman, Kecamatan Semarang Barat, sekolah tersebut sejak lama menjadi tempat favorit bagi orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Di antara banyaknya siswa baru yang mengikuti masa pengenalan sekolah, terselip seorang bocah laki-laki yang tampak sumringah. Dia adalah Faisal Rizki Slamet. 

Ketika dijemput petugas Rudenim di sekolahnya, bocah tersebut tampak bahagia. Rona mukanya ceria. Tak ada lagi kegalauan dalam batinnya karena akhirnya bisa mengenyam pendidikan layaknya anak-anak sebayanya. 

"Pulang dulu ya," kata Faisal yang akrab disapa Ijal tersebut, sembari melambaikan tangan kepada seorang temannya. 

Baca Juga: 3 WNA di Semarang Dideportasi ke Negara Asal usai Bebas dari Penjara

1. Ijal tidak punya kewarganegaraan

Seorang bocah deteni saat dijemput oleh petugas Rudenim Semarang sepulanh sekolah di SDN Krapyak Kecamatan Semarang Barat. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sekilas memang tak ada yang berbeda dari sosok Faisal yang akrab disapa Ijal. Namun, sejatinya Ijal menjadi anak yang beruntung karena bisa bersekolah di SD Krapyak dengan segala keterbatasan. 

Menurut informasi dari Rudenim Semarang, Ijal merupakan bocah yang berstatus tanpa kewarganegaraan atau biasa disebut Steteless

Retno Mumpuni, Kepala Rudenim Semarang mengakui harus butuh usaha yang maksimal untuk membantu menyekolahkan Ijal ke SD Krapyak. 

"Sebagai seorang yang tidak punya status kewarganegaraan sebenarnya sangat mustahil bagi anak seperti Ijal untuk bersekolah. Tapi kami upayakan semaksimal mungkin supaya dia tetap mendapatkan haknya di bidang pendidikan. Akhirnya atas bantuan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Semarang, Heru Sukendar dan dukungan penuh dari Bu Tia Hendi, Ijal lalu didaftarkan ke SD Krapyak dan hari ini mulai sekolah," kata Retno ketika berbincang dengan IDN Times, Selasa (12/7/2022). 

2. Istri Wali Kota Semarang bantu sekolahkan Ijal

General Manager PLN UID Jateng dan DIY Feby Djoko Priharto, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, dan Sekretaris Dinas ESDM Provinsi Jateng Boedyo Dharmawan hadir dalam acara peresmian command center dan layanan borderless zona Semarang di PLN Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D) Semarang. IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Tia Hendi yang dimaksud Retno adalah Krisseptiana yang notabene istri Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. 

Retno bersyukur, Tia mau mengulurkan tangannya untuk membantu Ijal medapatkan sekolah formal. Pendidikan menjadi hal dasar bagi setiap anak. Maka, Retno ikut bahagia ketika Ijal diterima di SD Krapyak yang jaraknya hanya 100 meter dari tempat penampungan Rudenim di Jalan Hanoman. 

"Emang saya awalnya menyampaikan ke Bu Tia kalau pakaian, obat, buku dan sebagainya kita ada biayanya. Tapi untuk dana pendidikan kita gak ada. Jadinya ini rejekinya Ijal bisa sekolah di SDN Krapyak. Apalagi jarak sekolahnya cuman 100 meter. Gak terlalu jauh dari Rudenim sehingga relatif aman. Kita setiap hari menugaskan seorang pegawai untuk antar jemput dia," terangnya. 

3. Ijal anak dari warga Taiwan

Ijal saat diantar petugas Rudenim Semarang masuk ke blok penampungan sementara. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Retno berkata, Ijal adalah anak dari Che Che, seorang perempuan berstatus warga Taiwan yang kini ditampung sementara di Rudenim Semarang. Praktis, Ijal dan ibunya yang tinggal di penampungan Rudenim kebutuhan hidupnya ditanggung oleh pihak Rudenim. 

Keberadaan Ijal dan ibunya di Rudenim pun terbilang unik. Che Che semula seorang warga negara Indonesia (WNI) yang menikah dengan warga Taiwan di Medan. Karena ikut suaminya, maka Che Che pindah kewarganegaraan menjadi warga Taiwan. 

Setelah menikah, keduanya menetap di Taiwan. Akan tetapi sang suami kemudian meninggal dunia ketika Che Che beberapa bulan melahirkan.

Masalah muncul saat Che Che memutuskan pulang ke kampung halamannya di Kota Tegal. Che Che masih berstatus warga Taiwan. Sedangkan Ijal yang masih balita tidak memiliki akte kelahiran sama sekali. 

4. Ijal dan ibunya sempat ditahan di Imigrasi Pemalang

Kepala Rudenim Semarang Retno Mumpuni ketika ditemui di kantornya Jalan Hanoman, Semarang Barat. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Retno mengatakan, dengan kasus yang membelit Che Che membuatnya hidup tanpa kejelasan di Tegal. Petugas imigrasi yang mendapat laporan jika masa tinggal Che Che sudah overstay lalu menahannya di kantor Imigrasi Pemalang. 

"Sejak 2006 Che Che dan Ijal ditahan di Imigrasi Pemalang. Lalu setelahnya keduanya dilimpahkan ke Rudenim Semarang dan sampai sekarang tinggal di sini," terangnya. 

Baca Juga: Banyak Industri Baru, Imigrasi Jateng Perketat Pengawasan Pekerja Asing

5. Ijal satu-satunya bocah tanpa kewarganegaraan di Indonesia

Ijal saat digandeng petugas Rudenim Semarang ketika pulang sekolah. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Retno menyebutkan, kasus tersebut adalah yang unik di Indonesia. Sebab, status tanpa kewarganegaraan yang dialami Ijal baru pertama kali terjadi. 

"Apa yang dialami Ijal ini unik sekali. Hanya kami yang satu-satunya memiliki detensi cilik tanpa kewarganegaraan. Karena kasusnya jarang sekali terjadi. Tapi selama di Rudenim, Ijal dan ibunya kita cukupi semua kebutuhannya. Termasuk kebutuhan bahan makanan, biaya sabun, sampo, pakaian, susu sampai ada juga dokter dan psikolog buat mereka," terangnya. 

Baca Juga: Saat Lebaran, 8 WNA di Penampungan Semarang Bakal Dijaga Ketat Petugas

Berita Terkini Lainnya