TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kerbau Keramat 1 Sura Kiai Slamet Milik Keraton Solo Mati Terkena PMK

Kirab 1 Sura belum bisa dipastikan pelaksanaannya

Kerbau Kyai Slamet mati karna PMK. (IDN Times/Larasati Rey)

Surakarta, IDN Times - Seekor kerbau keturunan Kyai Slamet milik Keraton Kasunanan Surakarta bernama Apon mati pada Kamis (21/7/2022). Hal tersebut disampaikan oleh salah satu putri Paku Buwono (PB) XII Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau yang kerap disapa Gusti Moeng.

Baca Juga: Antisipasi PMK, Jeroan Hewan Kurban Direbus Sebelum Dibagikan 

1. Kerbau mati karena PMK

Kerbau Kyai Slamet di Keraton Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Gusti Moeng mengatakan, kematian kerbau keramat tersebut dikarenakan terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini sedang marak pada hewan ternak. Ia menjelaskan, jika kerbau keturunan Kyai Slamet tersebut ditemukan mati sekitar pukul 07.00 WIB.

"Kita menemukan meninggal itu antara jam 07.00 WIB dari srati-nya (kandang kerbau). Setelah itu didatangkan dari dinas peternakan dan dilihat semua sama dokternya ternyata betul ada 7 yang kena PMK," ujarnya Jumat (22/07/2022).

Menurut Gusti Moeng, sebelum mati, kerbau tersebut kondisinya lemas, dengan mulut dan kuku mulut banyak luka, serta hidung berliur.

"Yang meninggal ini umurnya 20 tahun namanya Apon (betina) yang paling tua dari anak keturunan Kiai Slamet. Kalau dari rekomendasi tadi tidak bisa ikut kirab. Memang ada beberapa yang sehat itu baru akan divaksinasi hari Sabtu (23/7/2022) nanti karena vaksinnya masih ada di Semarang," imbuh Gusti Moeng.

2. Kerbau dijadwalkan ikut kirab malam 1 Sura

kapanlagi.com

Lebih lanjut, Gusti Moeng menjelaskan bahwa kerbau Apon tersebut merupakan salah satu kerbau yang nantinya akan ikut kirab pada malam Satu Sura, pada Sabtu (30/7/2022).

"Ini (kerbau) adalah (satu) tim yang biasanya ikut kirab pusaka. Begitu rekomendasi dari dinas (peternakan), kalau (PMK) ini ke manusia tidak apa-apa. Tapi kalau ke hewannya sendiri itu jangan (dikirab), jadi tidak direkomendasikan kalau ikut kirab," ungkap Gusti Moeng

Meski mati pada Kamis (21/7/2022) Pagi, kerbau tersebut baru dikubur pada Malam harinya. Kemudian untuk kerbau lainnya kini dipisah agar tidak ada penularan PMK.

"Sudah terpisah jadi 3 tempat, yang kena sebelah Barat yang tua-tua malahan. Kalau sebelah Timur itu cucu-cucunya. Lalu ada sebagian di Sitinggil Kidul, dua-duanya sudah kena PMK," jelasnya.

Baca Juga: Jepara Darurat Wabah PMK, 1.398 Ternak Positif, 21 Ekor Mati

Berita Terkini Lainnya