Angka Stunting di Semarang Capai 10,4 Persen, Per Bulan 3,1 Persen Anak Dalam Pantauan

Sudah ada 8 daycare rawat anak stunting

Semarang, IDN Times - Angka stunting di Kota Semarang hingga saat ini mencapai 10,4 persen. Pemerintah Kota Semarang terus menekan jumlah kasus anak stunting hingga menargetkan nol kasus di tahun 2024. 

1. Masih ada 900–1.000 anak stunting di Semarang

Angka Stunting di Semarang Capai 10,4 Persen, Per Bulan 3,1 Persen Anak Dalam PantauanIlustrasi anak stunting. (Stunting.brecorder.com)

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengataka, segala upaya dilakukan secara masif agar kasus stunting di Ibu Kota Jawa Tengah segera tuntas.

‘’Namun, sampai saat ini masih ada sekitar 10,4 persen anak atau sekitar 900 sampai 1.000-an anak dalam kondisi terancam stunting di Kota Semarang,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi, Selasa (24/10/2023).

Data tersebut berdasarkan hasil Survei Status Gizi (SSG). Sedangkan, dari data timbangan tiap bulan ada 3,1 persen anak stunting yang masuk dalam pantauan Dinkes Kota Semarang.

Meski demikian, sampai akhir 2023 ini Pemkot Semarang menargetkan penurunan stunting mencapai 50 persen. Sehingga pada 2024 nanti beberapa kasus stunting yang masih ada bisa cepat diselesaikan.

Baca Juga: Lewat Melon Mas, Pemkot Semarang Gandeng Milenial Atasi Stunting

2. Tuntaskan stunting dengan PMT dan Daycare

Angka Stunting di Semarang Capai 10,4 Persen, Per Bulan 3,1 Persen Anak Dalam PantauanWali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu meninjau lokasi fasilitas daycare untuk penderita stunting di Kecamatan Semarang Barat, Selasa (7/2/2023). (dok. Pemkot Semarang)

“Dari 10,4 persen, target kita tahun ini turun 5 persen. Dan nanti di 2024 mudah-mudahan bisa zero stunting. Tahun ini dari data survei itu sepertinya di awal tahun akan disampaikan oleh Kementerian Kesehatan tapi mudah-mudahan target kita di angka 5 persen bisa tercapai. Kalau keseluruhan bulan September 2023 ada 938 balita (stunting) dari sebelumnya bulan Agustus 2023 ada 1.022,” jelas Hakam.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, jika beberapa upaya untuk menuntaskan stunting terus dilakukan. Seperti program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Daycare yang rencananya akan ditambah di sejumlah wilayah.

Adapun, pemberian PMT ini menggunakan dana APBN senilai Rp3 miliar yang digunakan selama 3 bulan. Kemudian, pada APBN perubahan 2023, Pemkot Semarang juga mendapat Rp3 miliar yang diberikan selama di perubahan ini.

Dana itu sekaligus untuk kegiatan daycare stunting karena sekarang ini sudah ada empat, yaitu di Semarang Barat, Semarang Utara, Tembalang, dan Gunungpati. Ke depan juga akan dibangun lagi empat daycare di Semarang Timur, Pedurungan, Semarang Selatan, dan Ngaliyan.

3. Targetkan tiap kecamatan ada daycare

Angka Stunting di Semarang Capai 10,4 Persen, Per Bulan 3,1 Persen Anak Dalam Pantauanilustrasi lingkungan daycare bersih (pexels.com/@Yan-Krukov)

“Jadi, sampai akhir 2023 kita sudah memiliki delapan daycare. Untuk tahun 2024, kalau kita punya dana lagi kita akan bikin satu lagi di tiap kecamatan,” terang Hakam.

Menurut dia, program daycare menjadi pemicu yang kuat penurunan angka stunting di Kota Semarang. Sebab, Pemkot Semarang secara langsung bisa memantau tumbuh kembang anak.

“Yang paling nendang (paling berdampak, red) justru daycare karena kegiatannya juga ada PMT diberi makan, kemudian diberi kelas PAUD diajak nyanyi diajak tumbuh kembang. Kemudian, habis makan siang diajak main game setelah pukul 15.00 dimandikan kemudian minum susu. Sehingga, satu hari itu kita berikan 1.450 kalori kepada anak tersebut. Itu yang kemudian bisa mendorong untuk penurunan angka stunting dibanding PMT yang kita berikan ke rumah-rumah,” jelasnya.

4. Libatkan camat dan lurah untuk penurunan stunting

Angka Stunting di Semarang Capai 10,4 Persen, Per Bulan 3,1 Persen Anak Dalam PantauanSosialisasi pencegahan stunting di Nusa Tenggara Timur. (instagram.com/bkkbnofficial)

Pada sisi lain, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, menurut data sekarang ini tinggal sekitar 900-an anak stunting dan 800-an ibu hamil yang mengalami anemia, sehingga perlu mendapatkan pendampingan dan intervensi di masing-masing wilayah. Selain itu, pemangku wilayah seperti Camat dan Lurah diharapkan bisa terus mengupayakan penurunan stunting.

"Nanti dikolaborasikan dengan Dinkes agar zero stunting. Kemarin sama sekarang lebih gencar sekarang, apalagi bikin Daycare Rumah Pelita. Rumah Pelita kan tidak hanya ngurusi raga saja, tapi jiwanya juga diurus. Stunting kan sebabnya ada tiga, yaitu makanan, kesehatan, dan pola asuh," paparnya.

Untuk diketahui, aspek yang berdampak untuk penanganan stunting adalah makanan dan kesehatan. Sedangkan, pola asuh belum banyak disentuh sehingga Daycare Rumah Pelita menjadi contoh praktis bagaimana perhatian dalam pembangunan nonmaterial.

Maka itu, Pemkot Semarang juga mendorong masyarakat untuk memperhatikan sanitasi dasar. Sebab, masalah sanitasi juga dinilai memiliki pengaruh dalam upaya penanganan stunting.

Baca Juga: Pos Indonesia Distribusikan Bantuan ke 355.551 Keluarga Risiko Stunting

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya