Surakarta, IDN Times - Pasca enam tahun konflik internal dengan kejadian akhir dikeluarkan dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, kondisi bangunan cagar budaya (BCB) Keraton, semakin memburuk, banyak bangunan didalamnya yang mengali kerusakan yang parah.

Dari pantauan IDN Times di lokasi bahkan terdapat sejumlah bangunan yang dibiarkan rusak dan terbengkalai tidak ada penghuninya lagi. Tak hanya itu, kejadian kemasukan maling juga beberapa kali terjadi.

Bangunan yang mengalami kerusakan diantaranya, bangunan Parang Karso yang menjadi bangunan paling tua tempat tinggal raja.  Kemegahan bangunan itu saat ini masih terlihat dari patung Paku Buwono (PB) X dan patung wanita bergaya Eropa yang berada di depan bangunan tersebut.

Menurut putri Paku Buwono (PB) XII, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Koes Moertiyah Wandansari atau biasa dipanggil Gusti Moeng, mengatakan jika bangunan tersebut dulunya digunakan untuk tempat tinggal ayahnya.

"Kalau pas acara tingalan jumenengan kita sekeluarga selalu foto di sini. Ini bangunan paling tua tempat tinggal raja. Sinuhun ke-11 dan bapak juga lahir di sana juga. Persis di belakang sini ada kamar dahar. Belakang sana kamar-kamar, ini tingkat tiga. Di dalamnya juga berisi pusaka-pusaka,  Payung Brawijaya, tombak," jelas Gusti Moeng, saat berkeliling kawasan Keraton Surakarta, Rabu (21/12/2022).

Tapi sayangnya, ruangan itu saat ini tak terurus dan nampak digembok dari luar. Bangunan lain yang dulunya digunakan tempat tinggal istri raja, juga dibiarkan mangkrak.

Bangunan yang berada di dalam kompleks keraton itu, tahun 1985 ikut terbakar saat kejadian kebakaran Keraton Surakarta. Sampai saat ini, bangunan tersebut tak pernah tersentuh renovasi.

Bagian bangunan lain di dalam keraton yang tak terawat juga terlihat di bangunan Keraton Kulon yang dibangun saat PB X.  Di depan bangunan itu ada kolam air mancur yang tidak terawat dengan airnya yang berwarna hijau.

"Ini baru kita bersihkan, harusnya enam tahun lalu. Tapi karena enam tahun ini tidak  bisa masuk jadi tidak bisa membersihkan," katanya.

Kerusakan juga banyak terlihat di bangunan lain, termasuk bangunan tempat tinggal putra putri PB XII. Bahkan beberapa ruangan tersebut sempat disatroni maling.

"Dulu kamar Gusti Ratu Alit, dijeboli semua. Tahun lalu, rumah yang digunakan Gusti Puger dibobol maling, kemarin baru saja kamar Gusti Devi yang dimasuki maling. Bahkan salah satu abdi dalem sempat diancam mau dibunuh," katanya lagi.

Untuk kejadian terakhir, dirinya mengaku tidak mengetahui barang apa yang berhasil dicuri. Pasalnya, saat ini yang memiliki kamar tersebur tidak berada di Kota Solo.

"Kalau secara fisik ada yang hilang, oke. Tapi saya lebih sedih kehilangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kakak saya ada tiga, adik satu, belum sentono dalem yang jadi sesepuh," ujarnya.

Menurut Gusti Moeng, banyak sentono dalem yang sakit hati karena tidak lagi diterima keberadaannya. Dirinya meminta ke semua pihak untuk tidak hanya melihat konflik yang terjadi di dalam Keraton Surakarta.

"Karena saat ini justru diserahkan ke pihak yang tidak tahu apa-apa. Saya merasa tidak pernah konflik. Sinuhun keberapapun yang tidak mau terima dan posisinya sebagai kerabat keraton dan anaknya sinuhun, apa tugas pertama. Jadi jangan dibilang saya punya konflik, saya hanya mempertahankan adat, karena mereka tidak mau menjalankan," paparnya.

Dirinya juga berharap pemerintah memperhatikan Keraton Surakarta. Tetapi tidak asal melakukan pembenahan, perlu diperhatikan manfaatnya.

Berikut potret kerusakam di dalam Keraton Kasunanan Surakarta;

Baca Juga: Harga Prangko ASEAN Para Games 2022 dan Prajurit Keraton Solo Rp5 Ribu