Cerita Sumarti Lari ke Hutan saat Suara Gemuruh Longsor Banjarnegara Terjadi

- Sumarti dan warga lain lari ke makam setempat dan kemudian ke hutan untuk menyelamatkan diri dari longsor.
- Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mencatat bahwa sebanyak 26 warga masih belum ditemukan setelah bencana longsor.
- Data bantuan yang telah masuk dari OPD dan BUMD Provinsi Jawa Tengah tercatat senilai Rp385,48 juta untuk penanganan korban longsor di Banjarnegara.
Banjarnegara, IDN Times - Bencana tanah longsor yang melanda Desa Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara menyisakan cerita traumatik bagi para korban. Suara gemuruh dan amuk longsor memaksa warga berlari menyelamatkan diri dari ancaman maut yang datang tiba-tiba.
Sumarti, salah satu korban selamat, menceritakan nasib tragis yang dialaminya dengan menitikkan air mata. Ia tidak menyangka kampung yang ditinggalinya bertahun-tahun tiba-tiba dilanda tanah longsor yang mengancam nyawanya dan meluluh-lantakkan rumahnya.
"Waktu kejadian itu terdengar suara gemuruh. Beberapa warga memastikan kondisi daerah atas. Tapi ternyata longsor itu membesar, saya pun lari menyelamatkan diri," kata Sumarti di tempat pengungsian, Senin (17/11) malam.
1. Lari ke makam setempat

Sumarti menuturkan, awalnya ia dan beberapa warga lain berlari ke arah makam dusun setempat untuk mencari tempat yang aman. Namun, karena situasi makin memburuk dengan material longsor yang terus bergerak, warga kemudian memutuskan untuk lari ke arah hutan.
"Setelah sampai di hutan, kami dijemput oleh petugas. Lalu dibawa ke puskesmas dan kemudian di posko pengungsian," lanjutnya.
Wastinah, korban longsor lainnya, mengapresiasi respons cepat pemerintah menyelamatkan para korban yang terisolasi.
"Saya dijemput di hutan, terus dibawa ke puskesmas dan posko pengungsian. Petugas cepat," papar Wastinah.
Setelah diselamatkan petugas, para warga mendapat pelayanan kesehatan dan juga pemenuhan kebutuhan dasar. Wastinah menyampaikan bahwa pelayanan di posko pengungsian cukup memadai.
"Ada kesehatan sama makan tiga kali sehari. Menunya sangat layak. Disediakan pengungsian ada tempat tidurnya," ungkapnya.
2. Sebanyak 26 warga masih belum ditemukan

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi meninjau lokasi bencana dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk penanganan yang tepat dan cepat.
"Informasi awal berkembang 800-an masyarakat terdampak. Ada 26 yang masih (terjebak) di hutan karena kejadiannya mendadak. Ada juga yang mungkin tertimbun," kata Luthfi, Senin (17/11/2025).
Luthfi menyatakan, pencarian dan upaya penanganan diperkuat bersama Panglima Daerah Militer (Pangdam), Basarnas, dan BNPB untuk memastikan operasi berjalan maksimal.
"Hari ini kami bergerak (pencarian) by name by address. Kita bentuk klaster pengungsi, logistik, sarana prasarana, dan kesehatan agar mobilisasi lebih cepat dan terarah," ujarnya.
Proses evakuasi dan pencarian korban terus dilakukan tim SAR gabungan. BPBD Jawa Tengah dan Kabupaten Banjarnegara, relawan, TNI-Polri, dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) bergerak cepat mendirikan tenda pengungsian, dapur umum, pos lapangan, serta layanan kesehatan darurat.
Sejumlah kebutuhan mendesak mulai disalurkan, antara lain logistik permakanan, selimut dan matras, hygiene kit, family kit, kids ware, air mineral, hingga perangkat ATK, laptop, dan printer untuk menunjang posko.
3. Total bantuan hampir Rp400 juta

Data bantuan yang telah masuk dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Tengah tercatat senilai Rp385,48 juta.
Bantuan meliputi logistik dari Dinas Sosial yang bersumber dari APBN senilai Rp239,35 juta, beras dua ton dari Dinas Ketahanan Pangan senilai Rp27 juta, serta obat-obatan dari Dinas Kesehatan senilai Rp11,91 juta.
Dukungan juga datang dari BUMD Jateng Peduli Bencana, yaitu logistik dari BPR BKK Mandiraja senilai Rp15,5 juta, tiga ton beras dari Bank Jateng senilai Rp45 juta, serta logistik dari BPBD Jateng senilai Rp46,72 juta.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga mengalokasikan Belanja Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp450 juta untuk penanganan rumah warga yang tertimbun atau musnah.


















