Garis Sempadan Sungai Kanal Banjir Barat dan Sungai Garang Ditetapkan

- Pemerintah Kota Semarang dan BBWS Pemali Juana menetapkan garis sempadan Sungai Kanal Banjir Barat (KBB) dan Sungai Garang.
- Tujuannya adalah memberi kepastian bagi pemerintah dan masyarakat yang memanfaatkan sungai tersebut.
- Langkah ini diambil untuk mengatur penggunaan sungai dan mencegah konflik terkait pemanfaatan sumber daya alam.
1. Pastikan penataan sungai dilakukan secara tepat

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng mengatakan, bahwa sungai adalah anugerah sekaligus komponen penting ekosistem perkotaan yang harus dilindungi.
“Sungai adalah sumber kehidupan. Jika tidak dikelola, ia berubah menjadi sumber bencana. Maka itu, kita harus menjaga kebersihan dan kelestariannya,” ujarnya pada Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) Final untuk membahas Kajian dan Penetapan Garis Sempadan Sungai Kanal Banjir Barat (KBB) dan Sungai Garang, Jumat (12/12/2025).
Pertemuan ini menjadi forum strategis untuk memastikan penataan sungai dilakukan secara teknis tepat, ramah lingkungan, dan berkeadilan sosial.
2. Dasar penting penyusunan RDTR

Menurut Agustina, penetapan garis sempadan sungai ini akan menjadi dasar penting penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), normalisasi sungai, penguatan tebing, dan pembinaan bagi warga yang tinggal di sepanjang alur sungai.
“Keputusan ini memberi kepastian bagi pemerintah dan masyarakat, mana area yang boleh dimanfaatkan dan mana yang wajib dikembalikan menjadi ruang sungai,” tegasnya.
Pemkot Semarang menyambut pendekatan BBWS yang tidak hanya mengedepankan aspek teknis, tetapi juga mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat.
“Maka itu, kami meminta warga yang keberatan maupun yang punya masukan disampaikan secara terbuka dalam forum PKM final,” kata wali kota.
3. Ajak masyarakat ikut jaga sungai

Selain itu, Agustina juga mengajak masyarakat Kota Semarang untuk menjaga sungai sebagai ruang hidup yang bersih, aman, dan memberi manfaat bagi generasi mendatang.
Sementara, Pemkot Semarang juga menyoroti masalah sedimentasi, sampah, dan penyempitan ruang sungai yang kerap memicu banjir.
‘’Kami meminta camat, lurah, hingga komunitas peduli sungai lebih aktif menjaga kebersihan aliran sungai, termasuk memastikan pompa pengendali banjir tidak terganggu sampah,’’ ujarnya.
Adapun, saat ini Pemkot Semarang tengah menyiapkan langkah inovatif untuk memetakan titik kemacetan drainase melalui simulasi arus menggunakan bola ber-chip GPS. Hasil pemetaan akan digunakan untuk menentukan lokasi perbaikan dan penertiban bangunan yang menghambat aliran air.
















