Ukuran Ayam Geprek Makin Mini di Semarang, Pedagang Sambat Omzet Turun

Semarang, IDN Times - Kenaikan harga daging ayam tidak hanya membuat konsumen menjerit tetapi juga pedagang mengeluh. Selama satu bulan belakangan, para pedagang daging ayam dan ayam geprek terdampak dengan lonjakan harga yang tidak masuk akal.
1. Satu ekor ayam dipotong 10

Seperti kata Yuli, pedagang ayam geprek di Jalan Hanoman Raya, Krapyak, Kota Semarang itu sedih dengan kenaikan harga daging ayam, akhir-akhir ini. Tidak hanya harus mengeluarkan uang lebih untuk belanja bahan baku, ia harus memutar otak agar konsumen tetap datang ke warungnya.
‘’Kalau harga ayam geprek saya naikkan bisa-bisa pembeli kabur. Akhirnya, saya kecilkan ukurannya. Satu ekor ayam yang semula saya potong 8, kini jadi 10,’’ ujarnya saat ditemui, Senin (3/7/2023).
Hal itu dilakukan pemilik Ayam Geprek Aqila semenjak harga daging ayam naik sebulan terakhir. Sebelumnya, Yuli yang selalu belanja daging ayam di peternak hanya mengeluarkan biaya kisaran Rp22 ribu–Rp21 ribu per ekor. Kini, pengeluarannya harus membengkak karena harga daging ayam mencapai Rp26 ribu–Rp27 ribu per ekor.
2. Porsi ayam geprek yang dijual berkurang

Selain itu, perempuan 39 tahun itu juga mengurangi jumlah daging ayam yang dibeli. Dari 25 ekor per hari menjadi turun 20 ekor per hari.
‘’Sedih sekali harganya (ayam, red) nggak turun-turun sejak setelah Lebaran lalu. Sebab, lonjakan harga daging ayam ini juga membuat omzet saya turun. Sebelumnya, saya bisa menjual 200 porsi ayam geprek per hari menjadi 160 porsi per hari,’’ ungkapnya.
Salah satu pelanggan Ayam Geprek Aqila, Asti juga merasakan dampak dari kenaikan harga daging ayam. Menurut dia, ukuran ayam yang dibelinya menjadi lebih kecil daripada biasanya.
‘’Biasanya pesen bagian dada ukurannya tuh gede, ini kok jadi mini. Namun, gapapa lah yang penting harganya nggak naik dan rasanya masih enak sesuai selera,’’ tuturnya.
3. Omzet pedagang turun 50 persen

Setali tiga uang, pedagang daging ayam, Nunuk juga merasakan dampak yang sama dari kenaikan harga beberapa waktu ini. Selain mengalami penurunan omzet dari penjualan daging ayam per harinya, ia juga harus membutuhkan tambahan modal untuk belanja daging ayam untuk dijual ke konsumen.
‘’Biasanya, saya jual ayam tuh di kisaran harga Rp30 ribu sampai Rp35 ribu per kilogram ke konsumen. Namun, sejak daging ayam naik tepatnya habis Lebaran kemarin, saya jual Rp40 ribu per kilogram. Akibatnya, konsumen kaget saat tahu harga ayam naik,’’ ujarnya.
Kenaikan harga daging ayam ini juga berdampak pada penurunan omzet penjualan Nunuk per harinya. Penurunan omzet ini mencapai lebih dari 50 persen.
4. Uang untuk belanja daging ayam lebih besar

‘’Per hari biasanya saya belanja 40 ekor ayam, sejak harga naik saya cuma belanja 30 ekor ayam per hari. Meskipun jumlah ayam yang saya beli berkurang, tapi uang yang dikeluarkan untuk belanja malah lebih besar. Ini membuat saya sampai menjaul handphone buat tambahan modal,’’ jelasnya yang membuka lapak di daerah Kalipancur, Semarang.
Menurut Nunuk, keluhan pedagang terhadap kenaikan harga daging ayam ini tidak hanya terjadi di Kota Semarang, tetapi di seluruh Indonesia.
‘’Saya ikut grup Pedagang Ayam Potong Indonesia di media sosial. Di sana tuh semua isinya sambatan pedagang soal kenaikan harga daging ayam. Semoga saja harga daging ayam segera turun,’’ tandasnya.