6 Kesalahan Umum Saat Mengepel Lantai Rumah yang Bikin Kotor Terus

- Tidak menyapu atau menyedot debu terlebih dahulu sebelum mengepel
- Menggunakan terlalu banyak air bisa membuat lantai terlalu basah dan licin
- Salah memilih cairan pembersih yang tidak sesuai dengan jenis lantai rumah
Membersihkan lantai rumah jadi aktivitas rutin yang sering dianggap sepele. Padahal, cara kamu mengepel bisa sangat memengaruhi kebersihan dan kenyamanan rumah secara keseluruhan. Lantai yang terlihat bersih belum tentu benar-benar bebas dari kuman, apalagi kalau kamu masih sering melakukan kesalahan-kesalahan kecil tanpa disadari.
Mengepel lantai bukan cuma soal membasahi pel dan menyapunya ke seluruh ruangan. Ada teknik dan langkah tertentu yang perlu diperhatikan supaya hasilnya benar-benar maksimal. Nah, biar gak sia-sia usahamu saat bersih-bersih rumah, simak enam kesalahan umum saat mengepel lantai berikut ini, yuk!
1. Tidak menyapu atau menyedot debu terlebih dahulu

Salah satu kesalahan paling umum adalah langsung mengepel tanpa menyapu lantai sebelumnya. Padahal, debu, pasir, atau kotoran kecil yang menempel di permukaan lantai bisa menyebar. Akibatnya, hasil pel jadi kotor atau bahkan bikin lantai tergores.
Mengepel lantai yang masih kotor justru membuat kotoran makin menyebar ke seluruh ruangan. Selain itu, gesekan antara serpihan kecil dan alat pel bisa merusak lapisan permukaan lantai dalam jangka panjang. Maka dari itu, selalu sapu atau gunakan vacuum cleaner sebelum mulai mengepel.
2. Menggunakan terlalu banyak air

Mungkin kamu berpikir makin banyak air, lantai akan semakin bersih. Nyatanya, penggunaan air berlebihan justru bisa menyebabkan lantai jadi terlalu basah dan licin. Ini berbahaya, apalagi jika ada anak-anak atau orang tua di rumah.
Selain itu, jika lantai rumahmu berbahan kayu atau vinyl, kelembapan berlebih bisa membuatnya cepat rusak. Pel basah yang menetes ke mana-mana juga bikin proses pengeringan jadi lebih lama. Gunakan air secukupnya dan pastikan pel sudah diperas dengan benar sebelum digunakan.
3. Salah memilih cairan pembersih

Setiap jenis lantai membutuhkan cairan pembersih yang berbeda. Salah pilih produk bisa merusak permukaan lantai atau meninggalkan residu lengket yang justru menarik debu lebih cepat. Ini sering terjadi saat orang asal pakai sabun lantai tanpa membaca label atau petunjuk penggunaannya.
Misalnya, lantai marmer atau granit sebaiknya tidak dibersihkan dengan pembersih yang bersifat asam karena bisa membuat permukaannya kusam. Sementara lantai kayu atau parket membutuhkan cairan khusus yang tidak membuat lapisannya mengelupas. Jadi, penting untuk menyesuaikan cairan pembersih dengan jenis lantai di rumahmu.
4. Mengepel dengan pola acak dan asal geser

Gerakan saat mengepel ternyata juga berpengaruh terhadap kebersihan lantai. Mengepel dengan pola acak atau asal geser justru membuat kotoran berpindah-pindah, bukan terangkat. Hasil akhirnya, lantai mungkin terlihat bersih tapi masih terasa lengket atau kotor.
Sebaiknya gunakan pola zig-zag atau gerakan memutar dari sudut ruangan ke arah pintu keluar agar tidak menginjak area yang sudah dibersihkan. Dengan cara ini, kamu juga bisa memastikan seluruh area lantai terjangkau dan tidak ada bagian yang terlewat.
5. Tidak membersihkan alat pel secara berkala

Alat pel yang kotor bisa menyebarkan bakteri dan kotoran ke seluruh rumah, alih-alih membersihkannya. Banyak orang lupa atau malas mencuci kain pel setelah digunakan, sehingga kuman dan bau tidak sedap menumpuk dan akhirnya menempel di lantai.
Pastikan kamu mencuci kain pel setelah selesai digunakan, dan ganti secara rutin jika sudah terlihat kusam atau rusak. Selain itu, ember pel dan tongkatnya juga perlu dibersihkan untuk mencegah pertumbuhan jamur atau bakteri. Alat yang bersih akan membuat proses mengepel jadi lebih efektif dan higienis.
6. Terlalu sering atau terlalu jarang mengepel

Frekuensi mengepel yang tidak tepat juga bisa berdampak pada kebersihan rumah. Mengepel terlalu sering dengan cairan kimia bisa membuat lantai cepat aus, terutama pada jenis lantai kayu atau keramik berpola. Sebaliknya, jika kamu terlalu jarang mengepel, debu dan kuman akan menumpuk, membuat lantai jadi tidak sehat.
Idealnya, lantai rumah dipel satu sampai dua kali seminggu, tergantung pada aktivitas dan jumlah penghuni rumah. Jika ada anak kecil, hewan peliharaan, atau sering menerima tamu, kamu bisa mengepel lebih sering. Tapi pastikan caranya sudah benar agar tidak merusak lantai.
Mengepel lantai terlihat mudah, tapi ternyata banyak jebakan kecil yang bikin hasilnya kurang maksimal. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, kamu bisa menjaga lantai tetap bersih, awet, dan nyaman untuk ditinggali. Yuk, mulai praktikkan cara mengepel yang benar dari sekarang dan rasakan perbedaannya!