Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Fakta-fakta dan Sejarah Letusan Gunung Merapi yang Harus Kalian Tahu

Ilustrasi gunung erupsi (ANTARA FOTO/Rizky Tulus)

Boyolali, IDN Times - Menjadi salah satu negara yang berada di lingkaran api membuat Indonesia sangat rawan terkena bencana alam.

Struktur lempengan bumi yang ada di bawah daratan Indonesia membuat negara ini memiliki banyak kekayaan alam yang rawan mengalami bencana, misalnya saja gunung api aktif yang bisa meletus kapan saja.

Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia dan kerap menunjukkan aktivitas erupsi adalah Gunung Merapi. Gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Klaten, Boyolali, Magelang dan Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta ini bahkan akhir-akhir ini rutin terjadi erupsi atau letusan.

Berikut ini adalah fakta-fakta dan hal-hal yang perlu kalian ketahui tentang Gunung Merapi.

1. Profil Merapi gunung api strato yang cukup aktif

ANTARA FOTO/Agus Sarnyata

Sebelum mengenal sejarah letusan Gunung Merapi, Anda perlu mengetahui tentang profil dari Gunung Merapi sendiri.

Gunung Merapi terletak di wilayah perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gunung ini dikenal sebagai salah satu gunung api strato yang cukup aktif bahkan hingga saat ini.

2. Sejarah, rekap kejadian tahun Meletusnya Gunung Merapi

default-image.png
Default Image IDN

Dalam beberapa arsip kolonial Belanda, terdapat catatan yang berkaitan dengan tahun meletusnya Gunung Merapi.

Pada Journal of Volcanology and Geothermal Research yang diterbitkan tahun 2000, Gunung Merapi telah meletus sebanyak 6 kali dan masing-masing merupakan letusan yang besar. Enam letusan ini terjadi pada masa kolonial Belanda yakni pada tahun 1587, 1672, 1768, 1822, 1849 dan 1872.

Meskipun tahun-tahun meletusnya Gunung Merapi sudah pernah tercatat dalam jurnal, beberapa kronologi erupsi Gunung Merapi baru mulai tercatat pada awal abad ke 20.

3. Erupsi dahsyat letusan Gunung Merapi mengubur pemukiman warga

default-image.png
Default Image IDN

Pada letusan Gunung Merapi di tahun 1930, tercatat terjadi erupsi yang sudah mengubur 13 desa dan menelan 1369 korban jiwa. Tidak hanya manusia, letusan Gunung Merapi juga telah menewaskan 2100 ternak yang berada di sekitar wilayah lereng Gunung Merapi. Pada saat itu, menurut catatan, terjadi letusan dengan semburan gas disertai dengan abu vulkanik bertipe Plinian.

Dibentuklah sebuah tim untuk mencatat erupsi Gunung Merapi secara berkala yakni Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG.

Melalui catatan yang dilakukan oleh BPPTKG, Gunung Merapi memiliki nilai rata-rata aktif erupsi skala 1 hingga 2 dan bertipe eksplosif. Erupsi yang terjadi pada Gunung Merapi memiliki tingkat Volcano Explosivity Index atau VEI.

4. Memiliki periode letusan 4-15 tahun

Ilustrasi pos pemantauan gunung berapi (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Gunung Merapi memiliki periode letusan pendek dengan jangka waktu 4 hingga 5 tahun, sementara untuk letusan jangka panjang setiap 10 hingga 15 tahun.

Jarak luncur awan panas yang terjadi ketika ada letusan berkisar pada rata-rata 4 hingga 15 km.

5. Catatan Erupsi Gunung Merapi Periode Sejarah Modern

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Ada beberapa catatan terkait erupsi Gunung Merapi selama 7 dekade. Catatan pertama pada tahun 1954, tepatnya pada tanggal 18 Januari. Pada saat itu, erupsi Gunung Merapi mengeluarkan awan panas bersamaan dengan hujan abu.

Aliran lahar mengarah ke Boyolali bersamaan dengan hujan abu dalam jarak lingkat 25 km. tercatat 64 orang meninggal dunia dan 57 luka-luka dalam letusan Gunung Merapi ini.

Pada 8 Mei 1961, terjadi letusan Gunung Merapi yang cukup parah. Letusan ini menghasilkan aliran lava, awan panas, hujan abu hingga banjir lahar. Letusan ini menelan 6 orang meninggal dan 19 ternak mati. Hujan abu juga berdampak ke wilayah Yogyakarta, Muntilan dan Magelang.

 

Kita sebagai manusia memang tidak bisa mengendalikan bencana alam seperti gunung meletus. Tetapi kita bisa menjaga alam dan lingkungan sebaik mungkin sebagai bentuk berterimakasih kepada Yang Maha Kuasa karena telah menjaga kita dalam kondisi yang aman.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us