Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Prof Kholid Mawardi Soroti Kesalahpahaman Publik soal Pesantren

idntimes.com
Polemik di salah satu siaran TV, Prof Kholid Mawardi sebut Itu bukan feodalisme, tapi adab, Sabtu (19/10/2025).(IDN Times/Dok. Prof Kholid)
Intinya sih...
  • Adab sebelum ilmu, landasan pendidikan pesantren. Santri diajarkan beradab sebelum berilmu, menundukkan nafsu, melatih kesabaran, dan menanamkan rasa hormat kepada ilmu.
  • Kiai adalah penjaga nilai budi pekerti. Kiai adalah penjaga nilai keikhlasan dan adab, bukan sosok feodal. Kiai menjalankan fungsi pendidikan karena panggilan batin untuk menyalurkan ilmu.
  • Landasi pengetahuan dan penghormatan terhadap tradisi. Media sering kali hanya merekam gerak tubuh tanpa memahami "getar adab" di baliknya. Kritik terhadap pesantren sah saja, selama dilandasi pengetahuan dan penghormatan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyumas, IDN Times - Polemik seputar tayangan televisi nasional yang menampilkan kehidupan pesantren kembali menuai reaksi dari kalangan akademisi. Tayangan itu dianggap menyesatkan karena menggambarkan santri sebagai sosok yang tunduk secara sosial di hadapan kiai.

Guru Besar Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora UIN Saizu Purwokerto, Prof. Dr. Kholid Mawardi, menilai narasi tersebut keliru besar. Menurutnya, apa yang terlihat sebagai bentuk "ketundukan" justru merupakan manifestasi adab dan penghormatan terhadap ilmu.

"Pesantren bukan ruang hirarki sosial antara yang kaya dan miskin, melainkan ruang spiritual antara yang mengajar dan yang belajar,"ujar Prof Kholid yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Aswaja An-Nahdliyah Panembahan Banteran, Sumbang, Banyumas kepada IDN Times, Sabtu (18/10/2025).

1. . Adab sebelum ilmu, landasan pendidikan pesantren

young-muslim-man-showing-respect-his-father_resize_9.jpg
Dalam pandangan pesantren, santri diajarkan untuk beradab sebelum berilmu, Sabtu (19/10/2025).(IDN Times/Ilustrasi)

Dalam pandangan pesantren, santri diajarkan untuk beradab sebelum berilmu. Hal ini merujuk pada kitab klasik Ta‘limul Muta‘allim karya Burhanuddin al-Zarnuji yang selama berabad abad menjadi pedoman utama di pesantren Nusantara.

"Santri tidak hanya diajarkan membaca kitab, tetapi juga membaca dirinya belajar menundukkan nafsu, melatih kesabaran, dan menanamkan rasa hormat kepada ilmu,"terangnya.

KH Hasyim Asy‘ari dalam Adabul ‘Alim wal Muta‘allim juga menekankan prinsip yang sama guru wajib mengajar dengan kasih sayang dan keikhlasan, sementara murid wajib menjaga adab dalam mencari ilmu.

"Belajar bukan untuk berkuasa, tetapi untuk memperbaiki diri dan masyarakat,"tambah Prof Kholid mengutip pesan Ahmad Syakir dalam Washoya.

2. Kiai adalah penjaga nilai budi pekerti

freepik.com
Kiai adalah penjaga nilai nilai keikhlasan dan adab, yang disebut sebagai waratsatul anbiya’ pewaris para nabi, Sabtu (19/10/2025).(IDN Times/Ilustrasi)

Prof Kholid juga meluruskan pandangan keliru yang menganggap kiai sebagai sosok feodal. Menurutnya, kiai justru adalah penjaga nilai nilai keikhlasan dan adab, yang disebut sebagai waratsatul anbiya’ pewaris para nabi.

"Kiai menjalankan fungsi pendidikan bukan karena mengejar materi, tetapi karena panggilan batin untuk menyalurkan ilmu,"ujarnya.

Ia menegaskan, kepatuhan santri tidak bisa dipahami dengan kacamata Barat yang menekankan relasi kuasa. "Apa yang terlihat sebagai ketundukan sebenarnya latihan batin untuk meredam ego,"tegasnya.

3. Landasi pengetahuan dan penghormatan terhadap tradisi

muslims-reading-from-quran_resize_33.jpg
Prof Kholid menegaskan bahwa pesantren bukan warisan masa lalu, melainkan pelita moral bangsa, Sabtu (19/10/2025).(IDN Times/Ilustrasi)

Prof Kholid menyoroti kekeliruan media yang kerap memotret pesantren secara dangkal. Ia menilai kamera televisi sering kali hanya merekam gerak tubuh tanpa memahami "getar adab" di baliknya. "Framing seperti itu tidak hanya kesalahan jurnalistik, melainkan kegagalan memahami kebudayaan spiritual bangsa sendiri,"katanya.

Menurutnya, media seharusnya menjadi penghubung pemahaman antarbudaya, bukan penyebar prasangka. Kritik terhadap pesantren sah saja, selama dilandasi pengetahuan dan penghormatan terhadap tradisi.

Prof Kholid menegaskan bahwa pesantren bukan warisan masa lalu, melainkan pelita moral bangsa. "Dunia sekarang gemar berdebat tapi miskin keteladanan, pesantren justru mengajarkan hal yang sangat modern adab sebelum ilmu,"tuturnya.

Ia menegaskan, kecerdasan tanpa kerendahan hati hanya akan melahirkan kesombongan, sedangkan ilmu tanpa keikhlasan akan berubah menjadi alat kekuasaan. "Santri belajar menundukkan diri bukan kepada manusia, tapi kepada kebenaran," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

Prof Kholid Mawardi Soroti Kesalahpahaman Publik soal Pesantren

18 Okt 2025, 18:21 WIBLife