Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Cara Menumbuhkan Rasa Cinta Belajar pada Anak, Dimulai dari Rumah

ilustrasi belajar (pexels.com/Stephen Andrews)
ilustrasi belajar (pexels.com/Stephen Andrews)
Intinya sih...
  • Wajib ada jam belajar setiap hari - Kegiatan anak di rumah juga mesti diselaraskan untuk mencapai tujuan pendidikan.
  • Wisata belajar, bukan sekadar main dan jajan - Anak harus memperoleh lebih dari sekadar rasa senang ketika pergi berwisata.
  • Menyaksikan hiburan sambil dijelaskan untuk menambah pengetahuan - Penjelasan orangtua sangat penting agar anak memperoleh pengetahuan di samping sekadar hiburan.

Anak sudah bersekolah bukan jaminan ia otomatis cinta belajar. Tanpa rasa cinta belajar, bagi anak bersekolah hanya sekadar kewajiban. Kegiatan yang rutin dilakukan dari pagi sampai siang atau sore sepanjang Senin hingga Jumat atau Sabtu. Meski peran guru dan sekolah juga penting, sesungguhnya kecintaan akan belajar dimulai dari rumah. Anak menghabiskan tahun-tahun awal kehidupannya dengan berada di rumah sepenuhnya. Setelah ia bersekolah pun, lebih banyak waktunya habis di rumah.

Jangan menunggu anak mencapai usia tertentu buat sekadar kamu mengarahkan minatnya pada ilmu. Walaupun menangani anak prasekolah berbeda dengan anak berusia di atasnya, tujuh cara berikut efektif untuk mendidik anak usia berapa pun di rumah. Belajar akan menjadi kebutuhan dan kesenangan anak.

1. Wajib ada jam belajar setiap hari

ilustrasi belajar (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi belajar (pexels.com/MART PRODUCTION)

Bukan cuma kegiatan sekolah yang diatur waktunya. Kegiatan anak di rumah juga mesti diselaraskan untuk mencapai tujuan pendidikan. Walaupun jam belajar anak di rumah tak sepanjang di sekolah, tapi kudu tetap ada.

Misalnya, 2 jam setiap hari yang bisa dipecah menjadi 1 jam pada sore hari dan 1 jam lagi setelah makan malam. Pada jam belajar tersebut, aktivitas anak murni belajar. Tidak boleh disambi bermain, membicarakan hal-hal yang gak berkaitan dengan pelajaran, mengemil, atau menonton televisi. Orangtua berperan seperti guru yang mengajar bila anak belum bisa belajar sendiri.

2. Wisata belajar, bukan sekadar main dan jajan

ilustrasi belajar (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi belajar (pexels.com/MART PRODUCTION)

Anak memang suka diajak piknik. Demikian juga orangtua perlu membangun waktu yang berkualitas bersama anak di sela-sela kesibukannya. Namun, wisata yang dipilih hendaknya tidak sembarangan.

Anak harus memperoleh lebih dari sekadar rasa senang ketika pergi berwisata. Ia juga mesti pulang-pulang membawa ilmu sekalipun belum terpatri sempurna dalam benaknya. Kebun binatang, museum, dan planetarium menjadi contoh wisata edukatif yang sesuai untuk anak.

Jangan lupa jelaskan pada anak agar ia mengerti apa yang dilihatnya. Anak hendaknya tak cuma dibiarkan berjalan terus atau berlarian ke sana kemari. Latih anak untuk memperhatikan apa-apa yang ada di sekitarnya seraya mendengarkan penjelasanmu.

3. Menyaksikan hiburan sambil dijelaskan untuk menambah pengetahuan

ilustrasi menggunakan kaca pembesar (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi menggunakan kaca pembesar (pexels.com/Monstera Production)

Lagi-lagi penjelasan orangtua sangat penting agar anak memperoleh pengetahuan di samping sekadar hiburan. Hiburan seperti film kartun untuk anak sekalipun, tetap harus disertai pendampingan serta penjelasan dari orangtua. Bukan anak cuma dibiarkan diam berjam-jam di depan televisi.

Anak belum memahami alur cerita serta pesan moral dari tayangan apa pun. Kamu dan pasangan bisa memberitahunya tentang karakter setiap tokoh, apa yang dilakukan, dan bagaimana akibatnya. Hiburan berupa lagu pun demikian. Beri tahu anak tentang maksud lagu tersebut karena hafal lirik tidak sama dengan memahami maksudnya.

4. Orangtua memberi contoh

ilustrasi mendampingi anak belajar (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi mendampingi anak belajar (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Keteladanan orangtua merupakan fondasi anak dalam belajar. Orangtua jangan hanya menyuruh anak belajar tanpa kalian sendiri memperlihatkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Tugas orangtua di rumah tidak boleh disederhanakan menjadi sebatas teman main untuk anak.

Jangan merasa bersalah apabila kamu tampak asyik membaca buku atau mencari jurnal ilmiah. Kalau anak bertanya, katakan bahwa dirimu sedang belajar. Anak secara alami bakal mengikuti kebiasaan orangtuanya. Anak lebih terdorong untuk menekuri buku-buku pelajarannya setenang serta setekun orangtua.

5. Menyediakan berbagai sumber bacaan

ilustrasi banyak belajar (pexels.com/olia danilevich)
ilustrasi banyak belajar (pexels.com/olia danilevich)

Orangtua hendaknya tidak kebanyakan alasan saat dianjurkan membuat perpustakaan mini di rumah. Memang harga buku tak murah, tapi bisa diusahakan. Kalian dapat gonta-gonta gadget dan menghabiskan ratusan ribu sampai jutaan rupiah per bulan untuk internet serta berbagai biaya langganan.

Buku anak tidak semahal itu. Apalagi ketika kamu memborongnya setiap ada obral buku. Daripada orangtua terus membanjiri anak dengan boneka, mainan supermahal, dan baju atau sepatu baru lucu-lucu; alokasikan lebih banyak uang guna membelikannya berbagai buku.

6. Beri mainan edukatif

ilustrasi kelas (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi kelas (pexels.com/Ron Lach)

Anak suka dan butuh bermain. Bagi anak, bermain bukan sekadar untuknya mendapatkan kesenangan. Permainan juga menjadi caranya belajar. Hanya saja, orangtua wajib cermat memilih mainan yang sisi edukatifnya kuat.

Contohnya, mainan balok-balok kayu yang harus disusun atau dimasukkan ke tempat yang tepat. Juga lego atau robot yang perlu dirangkai. Paling simpel, buku mewarnai. Namun, orangtua tetap harus mendampingi serta mengarahkan anak agar ia tak asal mencoretkan warna.

Beri contoh pada anak untuk mewarnai dengan rapi serta sesuai gambarnya. Misalnya, gajah berwarna abu-abu dan bukan merah. Sebaliknya, bunga bisa berwarna merah, kuning, atau putih dan bukan abu-abu.

7. Memasukkannya ke sekolah yang tepat

ilustrasi belajar (pexels.com/Pragyan Bezbaruah)
ilustrasi belajar (pexels.com/Pragyan Bezbaruah)

Urusan pemilihan sekolah juga menentukan semangat anak dalam belajar. Memang pada dasarnya semua sekolah membantu orangtua untuk mencerdaskan anak. Akan tetapi, beda sekolah beda pula proses KBM-nya serta karakter murid-muridnya.

Sekolah dengan program pendidikan kurang bagus membuat siswa-siswanya juga kurang bersemangat dalam belajar. Anak perlu berada di lingkungan pendidikan yang lebih mendorongnya untuk rajin belajar. Jangan takut memasukkan anak ke sekolah yang siswanya terkenal pandai-pandai.

Sedikit banyak anak bakal terpengaruh oleh kebiasaan teman-temannya dalam belajar. Kawannya lebih suka membaca di perpustakaan di jam istirahat daripada sekadar berkejaran, anakmu ikut-ikutan. Kawannya ingin ikut lomba mata pelajaran, anakmu pun mencari kompetisi yang sesuai untuknya.

Rasa cinta belajar pada anak gak bisa diharapkan tumbuh kuat dengan sendirinya. Anak memang punya dorongan alami untuk belajar dalam bentuk tingginya rasa ingin tahu. Namun, tanpa peran besar orangtua sebagai pendorong dan pembimbing, rasa ingin tahunya bisa redup perlahan-lahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us