Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Budaya Malu dan Minta Maaf Harus Ditanamkan dalam Diri

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Ron Lach)
Intinya sih...
  • Kesalahan tanpa permintaan maaf dapat menimbulkan kesan negatif dan merugikan diri sendiri.
  • Rasa malu dapat mencegah perilaku buruk dan menjaga kehormatan serta martabat diri.
  • Permintaan maaf merupakan awal yang baik untuk menyelesaikan masalah dan menunjukkan niat baik dalam memperbaiki keadaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu berhadapan dengan orang yang seperti gak punya malu? Contohnya, utang lama belum dibayar tapi dia sudah ingin meminjam uang lagi. Atau, pinjaman uang darimu malah dipakai buat bersenang-senang.

Orang yang gak tahu malu sering kali juga sepaket dengan sifat sulit meminta maaf. Sejelas apa pun kekeliruannya, dia tetap bergeming. Bahkan seakan-akan gak bisa memahami kesalahannya yang ditunjukkan oleh orang lain.

Tak jarang orang yang tidak tahu malu dan sulit meminta maaf bakal suka menyalahkan siapa pun. Kalau kamu saja sebal dengan watak orang yang seperti ini, pastikan budaya malu serta bersedia meminta maaf tertanam dalam dirimu. Jangan menganggapnya tidak penting sebagai bagian dari kualitas diri. Kenapa?

1. Tidak meminta maaf atas kesalahan justru mempermalukan diri

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Marcela Santos)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Marcela Santos)

Ketika kamu sadar sudah berbuat salah memang dapat muncul rasa malu yang kuat. Contoh simpel, dirimu naik kereta api. Kemudian tanpa sengaja kamu keliru mengambil tas orang lain di bagasi kabin yang mirip dengan tasmu.

Untung pemiliknya segera mengingatkanmu. Pastinya ada rasa malu atas kekeliruan tersebut. Akan tetapi, tanpa permintaan maaf kamu malah akan terkesan tidak tahu sopan santun. Bahkan dirimu dapat dikira sengaja hendak mengambil tas orang.

Kamu disangka hendak menukar tasnya dengan tasmu yang hanya berisi barang-barang gak berharga. Sementara kalau dirimu segera meminta maaf serta mengakui kesalahanmu, orang lain akan maklum. Mereka seketika yakin itu murni ketidaksengajaan.

2. Punya rasa malu menjaga martabatmu

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Rasa malu di saat yang tepat justru menjadi penyelamat kehormatanmu. Misalnya, kamu menduduki posisi penting di pekerjaan. Lalu ada rayuan dari sana sini untuk melakukan korupsi. Meski ajakannya menggiurkan, rasa malu dalam diri bakal mencegahmu melakukannya.

Di depan iming-iming uang yang nilainya besar, hatimu dapat nyaring berbicara. Nuranimu bakal berkata malu ah, masa gaji sudah tinggi tapi kamu masih mau korupsi? Dirimu bukan lagi orang yang menahan lapar.

Bahkan orang kelaparan saja masih banyak yang memilih tetap hidup di jalan yang lurus. Mereka tidak melakukan kejahatan, tak meminta-minta, serta cuma menerima jika diberi. Masa dirimu kalah dari mereka? Tahu malu sebelum sesuatu terjadi mencegahmu dari keburukan.

3. Belajar malu di saat yang tepat atau dipermalukan orang lain

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Ultra)
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Ultra)

Jangan playing victim terus saat kamu merasa dipermalukan orang. Makin banyak olok-olok serta ujaran kebencian yang diterima dari berbagai pihak menandakan pasti ada kesalahan dari sisimu. Masih dengan contoh kamu telah hidup berkecukupan bahkan berlebih, tapi masih saja korupsi.

Kegeraman orang-orang terhadap ulahmu dapat diekspresikan dengan berbagai cara untuk mempermalukanmu. Kamu boleh jadi dicap lebih miskin daripada orang-orang yang selama ini dipandang tak berharta. Sebab kemiskinanmu tidak hanya secara materi.

Namun, juga lemah iman dan moralitasmu rendah. Mereka sudah kesal sekali padamu yang melakukan korupsi tanpa tahu malu. Apalagi jika uang yang masuk kantong pribadi berasal dari orang-orang yang secara ekonomi di bawahmu. Daripada kamu telanjur dipermalukan orang mending sejak awal menghidupkan rasa malu dalam diri.

4. Banyak masalah bisa diselesaikan dengan minta maaf dulu

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Lisa from Pexels)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Lisa from Pexels)

Permintaan maaf memang bukan penyelesaian masalah yang sesungguhnya. Akan tetapi, mau minta maaf merupakan awal yang sangat baik guna menyelesaikan persoalan apa pun. Permintaan maaf sudah menunjukkan niat baikmu dalam memperbaiki keadaan.

Kamu tidak merasa benar sendiri. Meski tentu saja kesalahan tak sepenuhnya berada di pihakmu. Orang yang merasa dirugikan atau terganggu menjadi lebih tenang setelah mendengarkan permintaan maafmu.

Namun, dirimu tidak cukup hanya meminta maaf lalu seolah-olah semua masalah selesai. Permintaan maaf tersebut mesti diikuti dengan tindakan-tindakan nyata untuk menunjukkan keseriusanmu. Bila semuanya hanya berhenti di kata maaf, malah orang lain dapat bertambah marah.

5. Kombinasi malu dan mau minta maaf penting guna perbaikan ke depan

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Charise Pieterse)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Charise Pieterse)

Kalau rasa malu saja tidak ada, bagaimana mungkin akan terjadi perbaikan ke depannya? Justru dirimu berpotensi mengulang-ulang kesalahan. Tambah lama tambah buruk karena kamu juga makin gak tahu malu.

Sementara dengan adanya rasa malu, dirimu segera menghentikan suatu perbuatan. Ditambah dengan permintaan maaf, rasa tanggung jawab dalam diri meningkat. Kamu terdorong untuk secepatnya melakukan perbaikan buat sekarang dan ke depannya.

Bila dirimu telah merasakan beratnya menanggung malu serta memperbaiki keadaan, otomatis ke depan berusaha lebih keras untuk mencegah kesalahan. Hal ini baik sekali sebab kekeliruan yang berulang dapat menghabiskan kesabaran orang lain. Belum tentu mereka mau kembali memaafkan dan memberimu kesempatan untuk melakukan perbaikan.

Tidak ada kata terlambat untuk menanamkan budaya malu serta mau minta maaf dalam diri. Tahan ucapan serta tindakanmu. Pikirkan dulu semua konsekuensinya. Jika pun kesalahan telanjur dibuat, segera minta maaf. Jangan justru kamu menyangkal terus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us

Latest Life Jawa Tengah

See More

Cara Magenta Pegadaian Ubah Gaya Hidup Demi Mengemaskan Indonesia

07 Sep 2025, 12:22 WIBLife