5 Perbedaan Body Dysmorphia dan Ketidakpuasan Tubuh Biasa, Pahami!

- Ketidakpuasan tubuh biasa muncul sesekali dan tidak mendominasi pikiran sehari-hari.
- Body dysmorphia membuat seseorang terobsesi dengan "kekurangan" fisiknya hingga berjam-jam setiap hari.
- Persepsi yang sangat ekstrem dan tidak realistis terhadap "cacat" fisik menjadi ciri khas dari body dysmorphia.
Pernahkah kamu merasa gak puas sama penampilan tubuhmu? Mungkin kamu berpikir hidung terlalu besar, perut kurang rata, atau kulit gak mulus seperti yang kamu inginkan. Perasaan seperti ini wajar banget dialami hampir semua orang. Tapi, kapan sih rasa gak puas ini berubah jadi sesuatu yang lebih serius?
Body dysmorphia atau gangguan dismorfik tubuh adalah kondisi psikologis yang jauh lebih kompleks dari sekadar ketidakpuasan biasa terhadap penampilan. Sayangnya, banyak orang yang masih belum bisa membedakan antara keduanya. Padahal, memahami perbedaannya penting banget buat kesehatan mental kita. Yuk, simak lima perbedaan mendasar antara body dysmorphia dan ketidakpuasan tubuh biasa!
1. Intensitas dan frekuensi pikiran negatif tentang tubuh yang sangat berbeda

Ketidakpuasan tubuh biasa biasanya muncul sesekali dan gak mendominasi pikiranmu sehari-hari. Mungkin kamu sempat mikir "Wah, jerawat ini mengganggu banget" atau "Kayaknya aku harus olahraga lebih rutin", tapi kemudian kamu bisa lanjut beraktivitas seperti biasa tanpa terbebani.
Beda banget sama body dysmorphia yang bikin seseorang terobsesi dengan "kekurangan" fisiknya sampai berjam-jam setiap hari. Pikiran tentang penampilan tubuh bisa menghabiskan 3-8 jam per hari dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Bayangin aja, hampir sepanjang hari cuma mikirin satu bagian tubuh yang dianggap bermasalah.
2. Persepsi terhadap "cacat" fisik yang sangat ekstrem dan tidak realistis

Orang dengan ketidakpuasan tubuh biasa masih bisa melihat dirinya secara objektif. Mereka sadar kalau kritik terhadap tubuhnya mungkin berlebihan dan bisa menerima pujian atau pendapat positif dari orang lain tentang penampilannya.
Sebaliknya, penderita body dysmorphia punya persepsi yang sangat terdistorsi tentang tubuhnya. Mereka bisa melihat "cacat" yang sebenarnya gak ada atau sangat kecil, tapi dalam pandangan mereka terlihat sangat mencolok dan memalukan. Bahkan ketika orang lain bilang mereka terlihat baik-baik aja, mereka tetap yakin kalau ada yang salah dengan penampilan mereka.
3. Dampak terhadap kehidupan sosial dan aktivitas sehari-hari yang jauh berbeda

Ketidakpuasan tubuh biasa mungkin bikin kamu sesekali merasa gak percaya diri, tapi gak sampai menghindari aktivitas sosial atau kegiatan penting. Kamu masih bisa hangout sama teman, datang ke acara, atau tampil di depan umum meski kadang merasa sedikit insecure.
Body dysmorphia bisa bikin seseorang benar-benar mengisolasi diri dari lingkungan sosial. Mereka bisa menghindari bertemu orang, gak mau difoto, bahkan sampai gak berani keluar rumah karena takut orang lain melihat "kekurangan" fisik mereka. Kondisi ini bisa sampai mengganggu pekerjaan, sekolah, dan hubungan personal secara serius.
4. Perilaku kompulsif dan ritual berlebihan yang menyita waktu

Orang dengan ketidakpuasan tubuh biasa mungkin sesekali lebih lama di depan cermin atau lebih memperhatikan penampilan, tapi masih dalam batas wajar. Mereka bisa melakukan perawatan atau olahraga dengan tujuan yang jelas dan realistis.
Penderita body dysmorphia punya perilaku kompulsif yang sulit dikontrol, seperti mengecek cermin puluhan kali sehari, menyentuh atau mengukur bagian tubuh tertentu berulang-ulang, atau menghabiskan waktu berjam-jam untuk grooming. Mereka juga bisa terobsesi dengan pencarian informasi tentang prosedur kosmetik atau treatment untuk "memperbaiki" penampilan mereka.
5. Kemampuan untuk berpikir rasional dan menerima realitas yang sangat kontras

Ketidakpuasan tubuh biasa masih memungkinkan seseorang untuk berpikir logis dan objektif tentang penampilannya. Mereka bisa diingatkan bahwa standar kecantikan itu relatif dan masih mau mendengar pendapat orang lain dengan pikiran terbuka.
Body dysmorphia bikin penderitanya sangat sulit untuk berpikir rasional tentang penampilan fisiknya. Mereka cenderung menolak pendapat positif dari orang lain dan yakin banget kalau persepsi mereka tentang tubuhnya adalah yang paling benar. Kondisi ini butuh bantuan profesional karena melibatkan gangguan dalam cara otak memproses informasi visual tentang diri sendiri.
Memahami perbedaan antara body dysmorphia dan ketidakpuasan tubuh biasa itu penting banget buat kesadaran diri dan orang-orang di sekitar kita. Kalau kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala body dysmorphia, jangan ragu buat cari bantuan profesional. Ingat, body dysmorphia adalah kondisi yang bisa ditangani dengan terapi yang tepat, dan gak ada yang salah dengan meminta bantuan untuk kesehatan mental!