Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Prinsip Stoicisme yang Bisa Kamu Terapkan untuk Hidup Tenang 

ilustrasi hidup tenang (freepik.com/pvproductions)
Intinya sih...
  • Stoicisme menawarkan prinsip-prinsip kuno yang praktikal untuk mengendalikan emosi dan menerima ketidakpastian.
  • Fokus pada hal yang bisa dikontrol, melepaskan hal di luar kendali, dan mencintai takdir membantu mengurangi stres dan meningkatkan ketahanan mental.
  • Kebahagiaan sejati berasal dari dalam, hidup sederhana, latihan premeditatio malorum, dan hidup berbasis kebajikan menjadi panduan untuk hidup tenang.

Di dunia yang serba cepat dan penuh ketidakpastian, banyak orang mencari cara untuk tetap tenang dan fokus. Stoicisme, filosofi kuno yang berasal dari Yunani dan Romawi, justru menawarkan prinsip-prinsip timeless yang masih relevan hingga sekarang. Filosofi ini gak sekadar teori, tapi praktikal yang membantu mengendalikan emosi, menerima ketidakpastian, dan menemukan ketenangan di tengah kekacauan.

Stoicisme diajarkan oleh para pemikir seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus, yang percaya bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam. Mereka mengajarkan bahwa kita gak bisa mengontrol segalanya, tapi bisa mengontrol respons kita. Nah, prinsip apa saja dari Stoicisme yang bisa diterapkan sehari-hari untuk hidup lebih tenang? Mari eksplorasi!

1. Fokus pada hal yang bisa dikendalikan

ilustrasi membawa payung (freepik.com/freepik)

Stoicisme membagi dunia menjadi dua yaitu hal yang bisa dikontrol dan yang gak bisa. Energi dan waktu sebaiknya dihabiskan hanya untuk hal-hal dalam kendali kita seperti pikiran, tindakan, dan reaksi. Misalnya, kita gak bisa mengatur cuaca, tapi bisa memilih apakah akan membawa payung atau tidak. Dengan fokus pada apa yang bisa diubah, stres berkurang dan hidup terasa lebih ringan.

Banyak kecemasan muncul karena terlalu memikirkan hal di luar kuasa kita, seperti pendapat orang lain atau situasi ekonomi global. Stoik mengajarkan untuk melepaskan hal-hal itu dan beralih ke hal yang bisa diatur. Latihan sederhana seperti tanyakan, "Apakah ini bergantung padaku?" Jika jawabannya tidak, lepaskan. Jika ya, bertindaklah dengan bijak.

2. Menerima kenyataan dengan lapang dada (amor fati)

ilustrasi gagal dalam pekerjaan (freepik.com/freepik)

Amor fati adalah konsep stoik tentang mencintai takdir, apapun yang terjadi. Prinsip ini mengajak kita untuk menerima kehidupan sepenuhnya, baik suka maupun duka, sebagai bagian dari perjalanan yang bermakna. Alih-alih melawan kenyataan, Stoik menyarankan untuk berdamai dan menemukan pelajaran di baliknya.

Misalnya, ketika gagal dalam pekerjaan, reaksi umum mungkin frustasi atau menyalahkan diri. Tapi seorang stoik akan bertanya, "Apa yang bisa dipelajari dari sini?" Dengan mengubah perspektif, setiap tantangan jadi kesempatan tumbuh. Filosofi ini membantu mengurangi penyesalan dan meningkatkan ketahanan mental.

3. Meminimalkan ketergantungan pada hal eksternal

ilustrasi hidup tenang (freepik.com/pvproductions)

Stoik percaya bahwa kebahagiaan sejati gak datang dari harta, jabatan, atau pujian, tapi dari ketenangan pikiran. Mereka mengajarkan untuk hidup sederhana dan gak terikat pada hal-hal material. Bukan berarti menolak kekayaan, tapi tidak menjadikannya sumber kepuasan utama.

Contohnya, Seneca menulis bahwa kekayaan bisa menjadi beban jika dijadikan tujuan hidup. Daripada mengejar validasi dari luar, stoik menyarankan untuk membangun kebahagiaan dari dalam, melalui kebijaksanaan, empati, dan kontribusi pada sesama. Dengan begitu, kita gak mudah goyah oleh perubahan eksternal.

4. Mempraktikkan persiapan mental (premeditatio malorum)

ilustrasi presentasi (freepik.com/pressfoto)

Premeditatio malorum adalah latihan membayangkan skenario terburuk sebelum terjadi. Tujuannya bukan untuk menakuti diri, tapi mempersiapkan mental agar lebih tangguh. Misalnya, sebelum presentasi, bayangkan jika ada technical issue atau audiens kurang responsif, lalu rencanakan solusinya.

Dengan melakukan ini, kita mengurangi kejutan dan emosi negatif ketika hal buruk benar-benar terjadi. Stoik percaya bahwa ketakutan sering lebih besar daripada kenyataan, dan dengan mengantisipasi, kita bisa mengurangi kecemasan. Latihan ini juga melatih rasa syukur, karena sadar bahwa situasi bisa lebih buruk.

5. Hidup sesuai dengan nilai kebajikan (virtue)

ilustrasi hidup tenang (freepik.com/jcomp)

Bagi stoik, kebajikan seperti kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan disiplin adalah tujuan tertinggi hidup. Mereka percaya bahwa dengan hidup sesuai nilai-nilai ini, kita mencapai eudaimonia (kesejahteraan sejati). Misalnya, kejujuran dalam bisnis mungkin gak selalu menguntungkan secara finansial, tapi memberi ketenangan batin.

Marcus Aurelius, Kaisar Romawi yang juga filsuf stoik, menulis bahwa "Kebahagiaan hidup tergantung pada kualitas pikiran kita." Artinya, tindakan berbasis kebajikan akan membawa kepuasan abadi, berbeda dengan kesenangan sesaat. Dengan menjalani prinsip ini, hidup jadi lebih terarah dan bermakna.

Stoicisme bukan tentang menekan emosi, tapi tentang mengelolanya dengan bijak. Lima prinsip di atas, fokus pada yang bisa dikontrol, amor fati, mengurangi ketergantungan eksternal, premeditatio malorum, dan hidup berbasis kebajikan, bisa menjadi panduan untuk hidup lebih tenang di era penuh distraksi ini.

Dengan melatih prinsip-prinsip stoik secara konsisten, kita bisa membangun mental yang lebih tangguh dan mengurangi kecemasan akan hal-hal di luar kendali. Filosofi ini mengingatkan bahwa ketenangan sejati berasal dari dalam, bukan dari dunia yang terus berubah. Jadi, mana prinsip yang paling ingin kamu coba hari ini? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us